Apakah Anda tahu? Ternyata membuat anak lebih terorganisir bisa Anda lakukan dengan berbagai cara, lho. Salah satunya bisa Anda lakukan dengan membangun rutinitas pada anak, terlebih lagi dengan mengajarkannya hidup lebih produktif.

Meski demikian, namanya anak, pasti membutuhkan kesabaran lebih untuk mendidiknya. Apalagi, untuk melakukan berbagai rutinitas keseharian yang terorganisir, pasti akan tampak membosankan.

Lantas, bagaimana cara membangun anak agar menjadi lebih terorganisir? Yuk simak ulasan berbagai aktivitas sehari-hari yang bisa membuat anak lebih terorganisir berikut ini.

Rutinitas Pembangun Hidup Terorganisir untuk Anak

Sebagai orang dewasa, pasti Anda juga sudah memahami jika pola hidup lebih terorganisir membuat kita hidup lebih mudah dan teratur. Namun, tentu saja pola hidup terorganisir tidak bisa datang secara instan. Anda bisa mulai membangunnya sejak masih usia anak.

Hal inilah yang membuat Anda sebaiknya mengajarkan si kecil untuk terbiasa hidup terorganisir. Bagaimana caranya?

Membangun pola hidup pada anak tidak perlu terlalu keras. Berikut ini berbagai kebiasaan sehari-hari yang membantu anak untuk bisa terbiasa hidup terorganisir:

1. Beri Contoh tentang Hidup yang Terorganisir

Sedikit banyak, anak akan sering melakukan aktivitas berdasarkan apa yang sering ia lihat. Pada usia ini, anak akan meniru apa pun yang ia perhatikan, khususnya dari orang tua.

Ini bisa Anda manfaatkan dengan baik untuk mengajarkan banyak hal kepada anak, termasuk tentang pola hidup yang teratur. Misalnya seperti berolahraga di pagi hari, makan tepat waktu, hingga beberes barang di kamar.

Ketika anak terbiasa melihat Anda melakukan hal yang sama berulang-ulang, otomatis ia akan mengingat dan mulai mengikutinya. Namun, dalam tahap ini komunikasi yang baik tetap harus Anda perhatikan. Seperti membicarakan apa yang sedang Anda lakukan, dan mengapa Anda melakukannya.

2. Ajak Anak untuk Selalu Bersiap Lebih Awal dalam Hal Apapun

Setelah anak mulai tumbuh besar, Anda bisa melanjutkan dengan mengajak anak bersiap lebih awal untuk melakukan kegiatan apa pun, termasuk dalam melakukan kegiatan produktif.

Misalnya seperti saat akan mengerjakan PR. Anda bisa mengingatkan dan memintanya untuk bersiap lebih awal. Jika jadwal mengerjakan PR jam 7 malam, maka anak sebaiknya 5-10 menit lebih awal untuk menyiapkan buku-buku dan alat tulis yang akan anak perlukan.

Begitu pun saat melakukan liburan. Anda bisa mengingatkan dan meminta anak untuk siap-siap lebih awal. Jika berangkat berlibur pada pagi hari, maka Anda bisa mengingatkan dan menyuruh anak untuk bersiap sehari sebelumnya untuk mengemas barang pribadinya.

Begitu pun saat akan berangkat ke sekolah. Anda bisa menjelaskan apabila anak tidak ingin terlambat masuk kelas, maka ia harus bersiap-siap setidaknya 10 sampai 20 menit lebih awal.

Bersiap lebih awal, terutama untuk menjalani aktivitas sehari-hari memiliki banyak manfaat.

Selain untuk mengurangi resiko barang tertinggal, bersiap lebih awal juga akan berpengaruh positif secara psikologis dan pemikiran anak. Anak bisa lebih tenang, tidak mudah gelisah, santai, dan mampu berpikir jernih.

3. Lebih Terorganisir dengan Selalu Menulis Jadwal Harian

Dalam satu hari, anak-anak akan melakukan berbagai aktivitas yang sama dengan hari-hari sebelumnya. Bangun tidur, siap-siap ke sekolah, belajar, sampai bermain dan tidur lagi. Sayangnya, mood atau perasaan anak terkadang mudah berubah sehingga bisa membuat seluruh aktivitasnya seharian terpengaruh.

Misalnya, anak telat bangun tidur, maka umumnya anak akan terlambat datang ke sekolah. Waktu main yang berlebihan, membuat jam belajar bergeser, bahkan sampai membuat anak begadang semalaman. Hingga akhirnya anak akan bangun terlambat lagi.

Lantas, kenapa Anda tidak mengajarkan kepada anak untuk membuat jadwal harian saja? Misalnya bangun tidur pukul sekian, merapikan tempat tidur dan siap-siap ke sekolah pukul sekian, belajar pukul sekian, dan seterusnya.

Jika anak sudah bisa mengikuti arus jadwal harian, maka secara otomatis anak akan terbiasa. Bahkan, tanpa perlu menuliskan lagi jadwal hariannya suatu saat nanti. Ini adalah salah satu cara efektif agar anak bisa menjadi lebih terorganisir.

4. Ajarkan Konsisten dalam Menjalani Rutinitas

Ini masih berhubungan dengan poin sebelumnya, bahwa salah satu cara untuk membuat anak lebih terorganisir dengan menulis jadwal harian. Biasanya, setelah beberapa hari melakukan hal yang teratur, tiba-tiba muncul rasa bosan dan ingin menyudahi aktivitas yang serasa terbatas itu.

Sebenarnya, ini merupakan salah satu tantangan yang memang harus anak lalui. Nah, saat anak sudah mulai jenuh dengan jadwal hariannya, Anda bisa mengajaknya berdiskusi, menjelaskan bahwa anak akan berhasil melaluinya. Namun, tetap perhatikan cara bicara jangan sampai bikin anak tambah malas.

Beritahu bahwa memang pada awal-awal minggu melakukan rutinitas sesuai jadwal akan membosankan. Beri tahu jika manfaat tersusunnya jadwal harian membuat dia bisa lebih cepat mengerjakan apa pun, alih-alih keseharian yang tidak terjadwal yang akan membuatnya semakin menunda-nunda pekerjaan.

5. Ajak Anak Buat Skala Prioritas Tentang Timeline Tugas

Ajak Anak Buat Skala Prioritas Tentang Timeline Tugas - Sekolah Prestasi Global

Photo by Annie Spratt on Unsplash

Tugas maupun aktivitas memiliki timelinenya sendiri-sendiri. Mulai dari yang harus selesai dalam waktu dekat, sampai tugas yang memiliki batas waktu dua minggu.

Karena terkadang anak memiliki mood yang mudah berubah, timeline tugas pun bisa hancur. Tugas sekolah yang tidak kunjung mereka kerjakan, lambat laun pun akan menumpuk. Jika sudah menumpuk, anak akan kesulitan untuk memilah mana yang harus lebih dulu mereka kerjakan.

Untuk mengatasi hal tersebut, ajak anak untuk berdiskusi dan membuat skala prioritas. Dengan demikian, anak akan membedakan mana tugas yang sebaiknya harus segera selesai dan tugas yang punya batas waktu lebih lama, sehingga ia bisa mengerjakan pada waktu lain.

Tahukah Anda? Seseorang yang kesehariannya terorganisir cenderung tidak mau menyelesaikan tugas sekaligus dalam satu waktu. Hal ini bisa terjadi lantaran terdapat tugas yang membutuhkan waktu lama untuk selesai. Padahal, waktunya sangat berharga untuk mengerjakan hal lainnya.

Oleh sebab itu, membuat skala prioritas begitu penting. Selain untuk mengurangi resiko mengerjakan tugas dalam satu waktu sekaligus, membagi tugas berdasarkan skala prioritas bisa membuat anak mengerjakan tugas lebih santai dan jadwal haria lain tetap bisa berjalan.

6. Batasi Waktu Main HP

Seperti yang Anda ketahui, di abad ke-21 ini, penggunaan gawai atau ponsel pintar memang semakin berkembang pesat. Apalagi, beberapa tahun ini bahkan anak kecil pun sudah bisa mengoperasikannya.

Sebenarnya penggunaan ponsel di era serba internet ini bukanlah hal yang keliru. Terlebih lagi, lambat laun banyak aplikasi khusus untuk anak-anak yang berguna untuk proses pembelajaran.

Bermain ponsel yang terlalu lama membuat anak kurang terorganisir. Ia akan lupa waktu dan berbagai kegiatan anak yang produktif lain akan terlantar. Lantas, apa solusi terbaiknya?

Semenjak Anda memperbolehkannya main ponsel, Anda juga harus siap untuk memberikan batasan waktu. Misalnya anak boleh bermain ponsel dua hari sekali, dengan batas waktu hanya dua jam dalam sehari. Atau hanya seminggu sekali pada weekend, namun tetap dalam batas waktu harian, yaitu 2 jam.

Apa sih Pentingnya Rutinitas untuk Anak?

Menurut seorang psikolog dan profesor sosial USC, Wendy Wood, rutinitas punya manfaat untuk:

1. Memberi Waktu dan Energi untuk Fokus dan Berpikir

Memberi Waktu dan Energi untuk Fokus dan Berpikir - Sekolah Prestasi Global

Photo by Michał Parzuchowski on Unsplash

Hidup terorganisir menjaga Anda tetap di jalur tengah dari ketidakpastian yang muncul. Selain itu, hidup yang terorganisir juga membuat ruang otak bebas bermimpi, menciptakan berbagai ide segar dan menyelesaikan masalah.

2. Anak dan Orang Dewasa Bisa Menyesuaikan Diri dengan Perubahan

Manfaat dari hidup terorganisir yang selanjutnya adalah agar anak bisa menyesuaikan diri apabila terjadi suatu perubahan. Tanpa Anda sadari, manusia merupakan makhluk sosial yang berpegang teguh pada suatu kebiasaan.

Hal ini terjadi lantaran struktur otak manusia terprogram untuk melakukan sesuatu yang lebih familiar dan cenderung menolak adanya perubahan. Apalagi pada anak, otak biasanya akan merespon perubahan sebagai sebuah ancaman, meski lambat laun bisa menyesuaikan diri.

3. Hidup Terorganisir Mengurangi Stres, Bahkan Mengurangi Depresi

Kebiasaan hidup terorganisir dan disiplin cenderung melakukan pekerjaan lebih teratur. Tentu saja ini berdampak pada penyelesaiannya. Anda jadi bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, bahkan bisa jauh lebih awal.

Dengan menyelesaikan pekerjaan dan aktivitas lebih awal, anak bisa memiliki banyak waktu untuk istirahat. Menyelesaikan pekerjaan lebih awal juga membuat anak tidak lagi terbebani oleh batas waktu dan berbagai kegiatan lainnya yang juga harus segera terselesaikan.

4. Pola Makan Lebih Teratur

Salah satu komponen dalam pola hidup yang terorganisir adalah waktu makan yang sudah terjadwal. Tentu saja, ini merupakan salah satu kelebihan yang positif.

Anda pasti juga sudah tahu apabila pola makan teratur membuat tubuh menjadi lebih sehat, tentu saja dengan makanan sehat pula. Jika pola makan kurang teratur, akan banyak kondisi buruk bagi tubuh yang membayangi. Salah satunya seperti adanya gangguan pencernaan.

Makan teratur sesuai jadwal juga membantu anak untuk bisa melakukan aktivitas lainnya sesuai jadwal pula. Kenapa demikian? Makan yang kurang teratur, apalagi bukan pada waktunya akan membuat aktivitas lain terganggu.

5. Hubungan Sosial Lebih Harmonis

Dengan melakukan berbagai kegiatan terjadwal, berarti anak sudah melakukan suatu hal yang menjadi prioritas. Jika aktivitas tersebut sudah selesai, maka ia akan memiliki banyak waktu luang untuk bersosialisasi dengan keluarga maupun orang lain.

Sebaliknya, anak yang kurang terbiasa hidup terorganisir cenderung kesulitan untuk meluangkan waktu bersosialisasi. Hal ini bisa terjadi lantaran ia akan sibuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak ia selesaikan sebelumnya karena pola hidup yang kurang teratur.

6. Bantu Anak Hidup Lebih Produktif

Bantu Anak Hidup Lebih Produktif - Sekolah Prestasi Global

Photo by Sigmund on Unsplash

Karena sudah terbiasa melakukan hal yang sama berulang-ulang, secara otomatis ini akan mengasah kemampuan untuk menemukan berbagai solusi yang efisien untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sehingga, anak pun bisa melakukan berbagai hal lain yang juga produktif.

Berbagai kegiatan produktif di rumah bisa berupa banyak hal. Mulai dari manajemen waktu, melakukan aktivitas bermanfaat seperti membaca buku, sampai melakukan hobi yang positif.

Kesimpulan

Membuat anak lebih terorganisir tidak harus dengan cara keras. Anda bisa melakukannya dengan menyesuaikan kegiatan kesehariannya. Hal inilah yang juga dilakukan oleh prestasi global dalam mempersiapkan anak didik menjadi lebih terorganisir dalam melakukan aktivitas produktif sehari-hari.

Dari berbagai kegiatan sehari-hari yang ternyata bisa membantu anak lebih produktif di atas, mana yang sudah Anda terapkan untuk membangun rutinitas pada anak? Yuk bagikan pengalaman Anda di kolom komentar!

Baca juga: 10 Cara Mengatasi Anak Tidak Mau Mengaji

Rutinitas apa yang dapat membangun anak agar menjadi lebih terorganisir?

Mengajak anak untuk selalu bersiap lebih awal dalam hal apapun dan jangan menunda pekerjaan

Mengapa membuat skala prioritas begitu penting untuk anak?

Karena untuk mengurangi resiko mengerjakan tugas dalam satu waktu sekaligus, membagi tugas berdasarkan skala prioritas bisa membuat anak mengerjakan tugas lebih santai dan jadwal harian lain tetap bisa berjalan.

Apa saja manfaat dari hidup terorganisir?

Membuat ruang otak bebas bermimpi, menciptakan berbagai ide segar dan menyelesaikan masalah.