Hal yang kurang menyenangkan terjadi pada diri siapa saja, termasuk anak-anak. Beberapa penyebab childhood trauma adalah yang menimpa sang anak secara langsung, seperti kekerasan fisik, kematian orang tua, atau bencana alam yang meluluh-lantakkan rumah dan keluarganya.

Namun beberapa adalah sesuatu yang dilihat oleh anak, seperti lingkungan yang banyak melibatkan kekerasan atau sering mendengar orang tua yang sering bertengkar.

Meskipun tidak menimpanya secara langsung, menyaksikan maupun hidup berdampingan di situasi yang traumatik hal-hal tersebut membuat anak merasa tidak aman.

Ketika trauma tersebut menyerang, anak merasa tidak memiliki kontrol terhadap dirinya. Tapi kabar baiknya, hal itu bisa diatasi. Di artikel ini, kami akan menjelaskan tentang trauma pada anak-anak dan beberapa hal yang bisa membantu mengurangi intensitasnya.

Mengenal Childhood Trauma

Penyebab trauma yang terjadi pada anak-anak sangatlah beragam. Bahkan melihat kecelakaan atau sering mendengar orang tuanya saling berteriak satu sama lain bisa mengakibatkan stres tersendiri pada diri anak.

Namun belajar memahami, memproses, dan mengatasi kesulitan yang terjadi pada dirinya merupakan bagian dari proses perkembangan anak. Tapi tidak jarang anak-anak merasa mentok, apalagi pengalaman yang tidak mengenakkan tersebut terjadi berkali-kali.

Beberapa anak bahkan kewalahan menghadapi perasaannya sendiri, dan membuat mereka merasa tidak punya kendali akan perasaannya. Inilah yang disebut dengan trauma anak-anak.

Apabila trauma ini terabaikan, pengaruh jangka panjangnya bisa berakibat fatal, seperti ketidakmampuan berkembang secara sosial, emosional, fisik, bahkan intelektual.

Pengalaman Apa Saja yang Menyebabkan Trauma?

Kenali Penyebab Childhood Trauma - Prestasi GlobalPhoto by Susan Wilkinson on Unsplash

Di atas kami telah menjelaskan sedikit tentang penyebab trauma yang terjadi pada anak. Berikut adalah penyebab lainnya yang perlu Anda perlu ketahui.

  • Kekerasan seksual, fisik, dan psikis, serta penelantaran. Korban trafficking memiliki kecenderungan trauma lebih besar.
  • Bencana alam, peperangan, kegagalan teknologi yang menyebabkan insiden besar, dan banyak teror di mana-mana.
  • Kekerasan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
  • Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian orang tua.
  • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang di lingkungan keluarga.
  • Tinggal di pengungsian.
  • Penyakit serius maupun kecelakaan besar.
  • Stress karena tinggal di keluarga militer.

Ketika seorang anak berada di situasi yang membuat mereka ketakutan, merasa tidak aman, merasa sesuatu akan menyakiti dirinya, atau kehilangan orang yang dicintai secara tragis, maka besar kemungkinan anak tersebut akan menunjukkan tanda-tanda trauma.

Tanda-tanda Anak Mengalami Trauma

Kenali Penyebab Childhood Trauma - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Kelly Sikkema on Unsplash

Ciri-ciri anak sedang mengalami trauma berbeda satu sama lain, namun menurut pakar ada kesamaan yang dapat ditemukan di setiap kelompok usia.

Usia Dini

Ada beberapa ciri-ciri trauma pada anak usia dini yang bisa Anda identifikasi. Apabila anak melakukan beberapa hal berikut ini, Anda perlu mengambil langkah lebih lanjut.

  • Ketakutan untuk berpisah dari orang tua maupun pengasuhnya.
  • Sering menangis dan berteriak.
  • Susah makan dan beratnya menyusut terus menerus.
  • Mimpi buruk hampir setiap malam.

Usia Sekolah Dasar

Sedangkan pada anak-anak yang sudah masuk ke masa sekolah dan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain, tanda-tanda trauma akan terlihat seperti berikut:

  • Sering cemas dan ketakutan secara tiba-tiba.
  • Pemalu dan merasa bersalah terus menerus.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Gangguan tidur.

Usia Remaja

Trauma pada remaja biasanya bisa sampai mengganggu kehidupan sehari-hari anak tersebut. Beberapa tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

  • Selalu merasa sendiri bahkan depresi.
  • Gangguan makan dan sering menyakiti diri sendiri secara fisik.
  • Mulai menggunakan obat-obatan dan alkohol.
  • Aktif secara seksual.

Dampak yang Muncul Akibat Trauma pada Anak

Trauma fisik adalah salah satu penyebab gangguan kepribadian pada seseorang, termasuk pada anak, salah satunya adalah paranoid. Namun hal itu bukan satu-satunya dampak yang muncul dari suatu trauma.

Bahkan apabila trauma ini tidak segera mendapatkan penanganan, dampak buruknya bisa bertahan hingga anak tersebut dewasa. Menurut penelitian, seorang anak yang tumbuh dengan trauma memiliki beberapa kecenderungan sebagai berikut.

  • Mengalami kesulitan belajar dan tidak jarang nilai-nilainya di sekolah rendah. Bahkan beberapa sering mendapatkan hukuman karena kelalaian di sekolahnya.
  • Sering mengalami gangguan fisik sehingga harus mendapatkan perawatan medis.
  • Ketika dewasa, anak tersebut akan banyak terlibat dengan institusi yang menjamin kesejahteraan anak.
  • Memiliki masalah kesehatan, seperti masalah jantung dan diabetes.

Dampak Childhood Trauma di Masa Depan

Kenali Penyebab Childhood Trauma - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Anne spratt on Unsplash

Selain menyebabkan berbagai kesulitan dalam tumbuh kembang anak, trauma masa kecil memiliki dampak yang luar biasa pada kehidupan sosial seseorang.

Bahkan muncul beberapa ciri-ciri trauma mental bahwa seseorang mengalami trauma di masa kecilnya. Gejala tersebut bisa mempengaruhi secara emosional, fisik, maupun tingkah laku yang meliputi:

  • Mudah marah.
  • Sering cemas dan mengalami panic attacks.
  • Suka menyendiri.
  • Gangguan makan.
  • Depresi dan tidak enak ketika malam hari.
  • Gemetaran, dan lain sebagainya.

Dampak trauma masa kecil yang muncul pada orang dewasa pun tidak main-main. Beberapa hal yang umum muncul pada kehidupan sosial seseorang dengan trauma masa kecil adalah sebagai berikut.

1. Trust Issues

Saat ini ada banyak sekali orang yang mengalami trust issues atau kesulitan mempercayai orang lain. Hal ini biasanya merupakan akibat dari pengabaian orang tua, pengasuh, atau lingkungan sekitarnya.

Dampaknya bisa melebar mulai dari dalam berhubungan sesama teman hingga hubungan romantis.

2. Berlebihan dalam Bereaksi

Apabila Anda bertemu dengan seseorang yang sering memberikan reaksi berlebihan terhadap sesuatu di sekitarnya atau cenderung bersifat defensif di segala situasi, bisa jadi ia tumbuh dengan banyak trauma.

Defensif dan reaksi berlebihan ini adalah salah satu cara seseorang melindungi dirinya dari perasaan terluka.

3. Sulit Mempertahankan Hubungan

Penting sekali bagi orang tua untuk membuat anak memiliki ikatan dengan orang tua atau keluarganya. Namun apabila hubungan antara orang tua dan anak tidak dekat, maka ada kemungkinan orang tersebut kesulitan mempertahankan hubungan ketika ia dewasa.

Kesulitan mempertahankan sesuatu, seperti hubungan percintaan maupun pertemanan ini merupakan akibat dari kurangnya kepercayaan dan ketakutan. Menyembuhkan hal ini sangat mungkin, namun yang bersangkutan memang harus mau untuk mendapatkan pertolongan.

4. Kesepian Berkepanjangan

Tahukah Anda bahwa kesepian adalah bagian dari trauma? Bahkan apabila terjadi secara terus menerus, hal ini bisa mengakibatkan kematian.

Kesepian adalah perasaan terisolasi dari dunia luar, yang juga menjadi indikasi bahwa seseorang belum siap menghadapi dunia yang sebenarnya. Biasanya rasa malu, kegagalan, dan semacamnya akan membuat seseorang cenderung mengisolasi diri yang akhirnya menyebabkan kesepian.

5. Sulit Fokus

Orang dengan trauma biasanya sering memikirkan tentang hal-hal yang sudah lewat. Mereka punya banyak skenario “what if” di kepalanya, yang mana membuat mereka jauh dari kehidupan saat ini.

Pikiran orang dengan trauma seringkali berada di masa lalu. Oleh karena itu akan sulit sekali seseorang dengan trauma masa kecil fokus dengan apa yang ia kerjakan atau bicarakan apalagi jika hal itu adalah salah satu trigger dari traumanya.

6. Kehilangan Memori Masa Kecil

Otak manusia secara otomatis melakukan blocking terhadap memori tertentu, terutama di masa-masa penyebab trauma itu terjadi. Dari sekian banyak memori yang ada, orang tersebut hanya mengingat traumanya.

Tidak jarang mereka yang tumbuh dengan trauma merasa masa kecilnya hilang, yang mana membuat individu tersebut memiliki kesulitan dalam mencari jati dirinya ketika dewasa.

7. Masalah Kesehatan

Meskipun trauma adalah masalah yang menyerang psikis dan mental, kesehatan seseorang akan mudah tumbang. Menurut penelitian, anak-anak yang tumbuh dengan trauma yang tidak terselesaikan memiliki resiko penyakit serius lebih tinggi ketika dewasa.

Trauma pada anak-anak yang berkepanjangan meningkatkan resiko:

  • Stroke
  • Diabetes
  • Depresi
  • Penyakit jantung koroner
  • Asma

Bahkan kemungkinan terburuknya adalah orang tersebut memiliki kecenderungan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Mengatasi Trauma pada Anak Sejak Dini

Lalu, apa yang keluarga bisa bantu? Bagaimana cara mengatasi trauma pada anak-anak apapun sebabnya?

Peran keluarga sangat penting dalam memastikan kesehatan anak, baik secara fisik maupun mental. Apabila luka fisik mudah terlihat, Anda perlu usaha ekstra untuk mengidentifikasi luka yang menggores mental dan psikis anak Anda.

Ada beberapa usaha yang membantu Anda agar setidaknya anak mau berbagi. Apabila anak sudah berani berbagi, maka akan lebih mudah untuk mengambil tindakan lebih lanjut.

  • Meyakinkan bahwa anak berada di tempat yang aman. Jangan ragu untuk mengatakan apa yang akan Anda lakukan untuk memastikan keamanan anak Anda baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar.
  • Jelaskan kepada anak bahwa apapun yang terjadi bukan tanggung jawabnya. Kasus yang sering terjadi adalah bahwa anak sering menyalahkan dirinya sendiri ketika suatu hal yang buruk terjadi dan mereka tidak mampu mengendalikannya.
  • Sebagai orang tua, hendaknya Anda terus bersabar. Selama ini tidak ada durasi mutlak untuk penyembuhan luka batin. Beberapa anak bisa sembuh dengan cepat namun ada juga yang perlu waktu lebih lama.
  • Terus tunjukkan bahwa Anda menyayanginya dan mendukung apapun untuk kesembuhannya. Selain itu, yakinkan si kecil bahwa tidak perlu merasa bersalah atas segala perasaan maupun pikiran yang memenuhi kepalanya.

Penanganan lebih lanjut dengan meminta bantuan profesional adalah ide yang baik, apabila anak memang memerlukannya. Langkah tersebut bahkan dianggap perlu apabila anak kesulitan menyampaikan apa yang ada di kepalanya.

Untuk anak usia dini, terapi kognitif dan tingkah laku bisa mengurangi stres akibat trauma. Namun untuk langkah lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya pada ahlinya.

Kesimpulan

Trauma masa kecil adalah masalah yang serius. Meskipun beberapa hal memang di luar kendali Anda sebagai orang tua, ada beberapa hal yang bisa Anda usahakan.

Selain menjadi sahabat terbaik bagi anak dan memberikan tempat aman untuknya, Anda bisa memilih lembaga pendidikan yang serius dalam menangani masalah anak.

Prestasi Global adalah sekolah yang mengusung konsep pendidikan dan keagamaan secara modern. Selain membekali anak-anak dengan pendidikan yang baik, kami menanamkan rasa cinta terhadap sesama manusia, seperti selalu Islam ajarkan.

Kami pun menyadari bahwa sebagai tempat anak-anak menimba ilmu, pendidikan karakter adalah suatu hal yang penting dan perlu. Oleh karena itu, beberapa program kami fokus untuk memperkaya karakter anak agar siap menghadapi tantangan di luar sana.

Informasi lebih lanjut tentang Prestasi Global dapat Anda akses di sini. Memilih sekolah yang tepat akan menghindarkan generasi penerus dari childhood trauma.

Baca Juga : 10 Buku Cerita Islami untuk Anak

Apa saja Apa saja Penyebab Childhood Trauma?

- Kekerasan seksual, fisik, dan psikis, serta penelantaran. Korban trafficking memiliki kecenderungan trauma lebih besar

- Bencana alam, peperangan, kegagalan teknologi yang menyebabkan insiden besar, dan banyak teror di mana-mana.

- Kekerasan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

Bagaimana ciri ciri trauma pada anak usia dini?

- Ketakutan untuk berpisah dari orang tua maupun pengasuhnya.

- Sering menangis dan berteriak.

- Susah makan dan beratnya menyusut terus menerus.

- Mimpi buruk hampir setiap malam.

Bagaimana cara mengatasi Trauma pada anak?

Meyakinkan bahwa anak berada di tempat yang aman. Jangan ragu untuk mengatakan apa yang akan Anda lakukan untuk memastikan keamanan anak Anda baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar.