Dear Islamic parents, siapa sangka bahwa ternyata terdapat banyak pelajaran hidup yang luar biasa dalam makna surat At-Tin yang biasa kita baca sehari-hari?

Sebagai orang tua di zaman post-modern ini, acap kali kita kesulitan mencari nasihat-nasihat yang baik untuk kita sampaikan pada anak. Apalagi, di tengah gempuran pop culture dengan beragam medianya yang tidak sedikit pengaruh buruknya.

Nah, kali ini kita akan membahas pelajaran-pelajaran penting dari surat At-Tin yang bisa kita ajarkan pada anak-anak tercinta kita sebagai benteng pemahaman dan bekal hidup di dunia dan akhirat bagi mereka.

Surat At-Tin

Sebelum memulai pembahasan, berikut teks lengkap surat At-Tin dan artinya:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ – ١

[1] Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,

وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ – ٢

[2] demi gunung Sinai,

وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ – ٣

[3] dan demi negeri (Mekah) yang aman ini.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ – ٤

[4] Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,

ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَۙ – ٥

[5] kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ – ٦

[6] kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.

فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ – ٧

[7] Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ ࣖ – ٨

[8] Bukankah Allah hakim yang paling adil?

[Surat At-Tin/1-8]

Tafsir Ringkas Surat At-Tin

Tafsir ringkas surat At-Tin - Sekolah Prestasi Global

Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash

Surat At-Tin termasuk surat Makkiyyah (surat yang diturunkan di Mekkah sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah).

Dalam surat yang terdiri dari 8 ayat ringkas ini, Allah subhanahu wa ta’ala mengawalinya dengan tiga sumpah. Pertama, Allah ‘azza wa jalla bersumpah dengan buah tin dan zaitun, yang merupakan buah-buahan yang masyhur di kalangan manusia dengan ragam manfaatnya.

Tin dan zaitun pun menggambarkan Baitul Maqdis (yang di sekitarnya banyak buah tin dan zaitun) tempat diutusnya Nabi ‘Isa alaihissalam.

Allah subhanahu wa ta’ala pun bersumpah dengan gunung Thursina (Sinai) tempat Allah subhanahu wa ta’ala berbicara secara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihissalam.

Kemudian, Allah ‘jalla jalaluh mengakhiri sumpah-Nya dengan sumpah atas negeri Mekkah yang aman dari segala ketakutan. Yakni negeri tempat turunnya wahyu pada Nabi terakhir Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Setelah itu, Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan bahwa Ia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian, Ia akan mengembalikannya ke neraka jika tidak patuh pada Allah dan mengikuti para Rasul.

Akan tetapi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala besar yang tidak terputus lagi tidak dikurangi.

Namun bahkan setelah berlimpahnya tanda-tanda kekuasaan Allah dan keterangan-keterangan yang jelas, sebagian manusia masih saja mendustakan Hari Pembalasan.

Padahal, hari tersebut adalah hari yang nyata yang pasti terjadi. Hari di mana Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Hakim Yang Paling Adil akan mengadili manusia dengan pemberian hukum yang paling adil serta bijaksana.

Apakah manusia mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan kembali, dan tidak akan diminta pertanggungjawaban atas yang telah mereka lakukan?

Tentu saja tidak mungkin terjadi angan-angan kosong mereka (yakni, mereka pasti akan dibangkitkan dan dimintai pertanggungjawaban).

Karena, bukankah Allah azza wa jalla adalah Hakim Yang Paling Adil? Tentu Ia tidak membiarkan manusia begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Juga tanpa diberi pahala (ketika berbuat baik) dan tanpa dihukum (ketika berbuat buruk).

Faidah Berharga untuk Anak dalam Surat At-Tin

Kisah-kisah hebat yang nyata dan benar-benar terjadi dalam Al-Qur’an mampu memberi pengaruh yang besar pada pembacanya. Pengaruhnya tentu berbeda dengan kisah-kisah yang meski penuh dengan balutan kata indah namun hanya imajinasi saja.

Kemudian sebagai bahan pembelajaran bersama, berikut beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dan ajarkan pada anak-anak tercinta dari Surat At-Tin:

1. Tidak Boleh Bersumpah dengan Nama Selain Allah

Tidak Boleh Bersumpah dengan Nama Selain Allah - Sekolah Prestasi Global

Photo by Abdullah Öğük on Unsplash

Sering kita dapati anak-anak dalam pergaulannya sering bermudah-mudahan dalam bersumpah, atau bersumpah dengan nama selain Allah.

Contohnya mereka saling bersaut, “sumpah? demi apa?”, dan kawannya pun membalas dengan ragam hal. Ada yang bersumpah demi orang tuanya, demi Rasulullah, atau bahkan demi hal-hal yang kurang penting.

Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

من حلف بغير الله فقد أشرك

“Siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Abu Daud no 3251, dan al-Albani menshahihkannya).

Alasannya adalah –sebagaimana dijelaskan oleh Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Author— karena sumpah itu mengandung pengagungan terhadap sesuatu yang menjadi objek sumpah. Padahal, keagungan hakiki hanyalah milik Allah semata.

Adapun ketika Allah azza wa jalla bersumpah di awal surat At-Tin yang isinya demi buah tin, buah zaitun, gunung Thursina, dan kota Mekkah, maka ini adalah kekhususan untuk Allah subhanahu wa ta’ala saja.

Berikut perinciannya yang penting kita ajarkan pada anak:

  1. Tidak boleh bersumpah dengan nama selain Allah, bahkan dengan nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sekalipun.

2. Yang boleh bersumpah dengan makhluk-Nya hanya Allah saja.

Contohnya adalah ketika Allah berfirman dalam awal surat At-Tin, dan ketika Allah bersumpah demi masa dalam surat Al-Ashr.

Ketika Allah bersumpah demi suatu makhluk, ini untuk menunjukkan urgensi atau kedudukan yang tinggi dari makhluk tersebut. Ini pun murni hak Allah saja.

3. Bersumpah dengan nama selain Allah termasuk kesyirikan dan harus kita jauhi.

2. Keutamaan para Nabi Ulul Azmi

Di awal surat At-Tin, Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan 3 tempat yang merupakan tempat para Ulul Azmi diutus.

Buah tin dan zaitun melambangkan Baitul Maqdis yang merupakan tempat Nabi Isa ‘alaihissalam. Lalu, gunung Sinai merupakan tempat Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dengan Nabi Musa ‘alaihissalam. Adapun kota yang aman adalah Mekkah tempat dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ulul Azmi berarti pemilik tekad yang kuat atau kesabaran yang luar biasa.

Di antara seluruh Rasul yang Allah azza wa jalla utus, ada 5 di antara mereka yang mengalami ujian paling berat dan sangat sabar dan bertekad kuat dalam melaluinya.

Kelima Ulul Azmi ini adalah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Isa, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad ‘alaihimushshalatu wassalam.

Kita perlu mengajarkan pada anak-anak kita tentang sosok-sosok pribadi yang luar biasa ini. Tentang perjuangan mereka, kesabaran mereka, dan teladan-teladan mereka.

3. Manusia Diciptakan dalam Bentuk yang Sebaik-baiknya

Manusia Diciptakan dalam Bentuk yang Sebaik-baiknya - Sekolah Prestasi Global

Photo by Sulthan Auliya on Unsplash

Allah subhanahu wa ta’ala, Sang Pencipta, menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia Allah ciptakan dalam bentuk yang lebih baik dari makhluk-makhluk lainnya, dan Allah pun muliakan manusia dengan mengutus para Rasul yang berasal dari jenisnya.

Maka, tanamkanlah pada anak bahwa Allah telah memberikan kita “modal” yang luar biasa. Allah berikan kita fisik yang sempurna, akal, dan kemuliaan.

Oleh karena itu, kita harus menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah dan memakmurkan bumi dengan syariat-Nya.

Tanamkanlah pula pada anak agar tidak takut kepada setan-setan dari bangsa jin, karena sesungguhnya kita lebih mulia dari mereka. Tidaklah pantas untuk kita memberi sesajen pada mereka atau menghormat-hormat pada mereka ketika melewati suatu tempat “keramat”.

Sebagai Sang Pencipta yang ciptaannya adalah yang paling baik, maka manusia pun sudah Ia ciptakan dengan bentuk paling sempurna dan ideal. Sehingga, penggambaran-penggambaran di kartun-kartun mengenai “manusia-manusia super” tidaklah lebih baik dari bentuk asal ciptaan Allah.

4. Manfaatkan Masa Muda Sebaik-baiknya Sebelum Datang Kelemahan di Masa Tua

Di antara makna surat At-Tin pun, sebagaimana yang para ulama jelaskan, adalah bahwa manusia mengalami siklus kehidupan. Siklus ini dari kekuatan di masa muda hingga kelemahan di masa tua.

Masa muda adalah masa yang Allah berikan pada manusia dengan beragam kelebihan agar mereka memanfaatkannya untuk melakukan banyak amalan shalih.

Adapun ketika seseorang sudah menua, maka kekuatannya berkurang jauh dan ia pun tidak selincah dahulu, sehingga ia tidak bisa beramal sebagaimana yang bisa anak muda lakukan.

Oleh karena itu, tanamkanlah pada anak kita bahwa hendaknya ia memanfaatkan masa mudanya dengan baik, ketika jasad, penglihatan, dan pendengarannya masih sempurna.

Doronglah ia untuk memanfaatkan jasadnya untuk kebaikan yang memberi manfaat pada sebanyak mungkin orang, penglihatannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan belajar, dan pendengarannya untuk mendengar ayat-ayat-Nya.

Para ulama pun menjelaskan bahwa seseorang yang senantiasa beramal shalih di masa muda, maka ia pun akan tetap mendapatkan pahalanya di masa tua dengan kadar sebagaimana saat ia muda.

Oleh karena itu, hendaknya ia bersemangat dan tidak terlena dengan angan-angan orang banyak yang berbunyi “muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga”.

5. Semua Merugi Kecuali yang Beriman dan Beramal Shalih

Bagi mereka yang memanfaatkan “modal” dari Allah dengan sebaik-baiknya dengan beriman dan beramal shalih, maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak putus-putus. Mereka pun akan tetap dalam kemuliaan sebagaimana kodratnya.

Adapun yang tidak, maka ia akan Allah rendahkan ke derajat yang serendah-rendahnya.

Di dunia, ia akan jauh dari orang-orang shalih dan kemuliaan. Ia pun jauh dari penjagaan dan rahmat Allah yang bersifat khusus, yang hanya Ia berikan pada hamba-hambanya yang beriman dan beramal shalih.

Adapun di akhirat, maka ia akan masuk ke tempat yang serendah-rendahnya yaitu neraka.

Ibnu Katsir, seorang Imam dan juga ahli tafsir terkemuka pun menjelaskan bahwa isi kandungan surat At-Tin ini selaras dengan firman Allah di surat Al-Ashr:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” [Surat Al-‘Ashr/ 1-3]

Yakni, mereka yang tidak beriman dan beramal shalih itu merugi.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pun menerangkan bahwa seluruh manusia dan umat berada dalam kerugian serta keadaan yang serendah-rendahnya, kecuali yang beriman dan beramal shalih.

6. Pedoman Hidup Berharga

Isi kandungan surat At-Tin ini pun bisa menjadi pedoman hidup bagi anak-anak kita, agar tidak silau dengan mereka yang tidak taat kepada Allah namun bergelimang dengan dunia.

Meskipun di pandangan awam manusia mereka terlihat “sukses”, namun jika mereka tidak beriman dan beramal shalih pada hakikatnya mereka adalah orang-orang yang merugi.

Selain itu juga bisa menjadi pedoman hidup agar tidak sombong dengan dunia yang ia sekarang atau kelak miliki, karena patokan kesuksesan yang sebenarnya adalah ketika ia terus beriman dan beramal shalih.

Sebagaimana dalam hadits yang terkenal:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanya melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).

7. Tidak Ada yang Luput dari Penghakiman Allah

Tidak ada satu pun hal yang luput dari pencatatan Allah subhanahu wa ta’ala, dan seluruhnya akan diperhitungkan di Hari Kiamat.

Oleh karena itu, tanamkanlah pada anak agar mereka selalu merasa bahwa mereka dalam pengawasan Allah di mana pun mereka berada. Bahwa Allah senantiasa melihat mereka, meskipun mereka bersembunyi dari seluruh manusia dan makhluk sekalipun.

Kesimpulan

Meskipun hanya terdiri dari 8 ayat yang ringkas-ringkas, namun surat At-Tin mengandung banyak sekali faidah yang bisa gali.

Termasuk di antara faidah dan makna surat At-Tin yang bisa kita ambil adalah pelajaran-pelajaran penting yang sudah kita bahas. Selain bermanfaat untuk diri kita sendiri, pelajaran-pelajaran ini pun sangat baik untuk kita ajarkan pada anak, utamanya sebagai pedoman hidup baginya di zaman yang penuh cobaan ini.

Baca juga : 11 Manfaat Psikologis yang Bisa di Dapatkan Anak dengan Nonton Drama Musikal

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dan ajarkan pada anak-anak dari Surat At-Tin?

Beriman & beramal salih supaya kita mendapatkan pahala yang tidak putus-putus & akan tetap dalam kemuliaan sebagaimana kodratnya.

Dalam surat At-Tin, Allah subhanahu wa ta’ala mengawalinya dengan tiga sumpah, jelaskan!

Pertama, Allah ‘azza wa jalla bersumpah dengan buah tin dan zaitun, yang merupakan buah-buahan yang masyhur di kalangan manusia dengan ragam manfaatnya; Allah subhanahu wa ta’ala pun bersumpah dengan gunung Thursina (Sinai) tempat Allah subhanahu wa ta’ala berbicara secara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihissalam; Kemudian, Allah ‘jalla jalaluh mengakhiri sumpah-Nya dengan sumpah atas negeri Mekkah yang aman dari segala ketakutan. Yakni negeri tempat turunnya wahyu pada Nabi terakhir Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di manakah Allah subhanahu wa ta’ala berbicara secara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihissalam?

Gunung Thursina (Sinai)