Saat memasuki usia pra remaja, anak-anak akan banyak berubah, baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Sebagai orang tua, tentu kita harus mulai mempersiapkan bagaimana cara menghadapi perilaku anak pra remaja. Jangan sampai pada masa-masa ini kita justru melewatkan peran kita sebagai orang tua. Sebenarnya apa itu pra-remaja? Pra remaja yaitu masa-masa di mana anak memasuki usia 9-12 tahun. Anak usia pra remaja sedang memasuki masa-masa pencarian jati diri. Mereka memiliki banyak pertanyaan dan rasa penasaran yang tinggi. Pada usia-usia ini, orang tua membutuhkan trik khusus dalam menghadapinya.

Tips Menghadapi Perubahan Perilaku Anak Pra Remaja

Menghadapi anak pada usia pra remaja bisa dibilang tidaklah susah, tetapi juga tidak mudah. Anak-anak pada usia ini kerap kurang dapat berpikir jernih dan matang. Namun, perlakukan yang mereka inginkan juga tidak mau lagi seperti anak kecil. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua untuk menghadapinya.

Menurut Douglas Haddad, seorang penulis The Ultimate to Rising Teens and Tweens, menyebutkan jika anak dengan usia remaja paling menginginkan tiga hal. Yaitu, rasa ingin didengarkan, dipahami, dan dicintai. Saat Anda dapat memenuhi ketiga hal tersebut, maka ikatan antara anak dan orang tua akan terbentuk dengan baik. Jika Anda bingung harus bagaimana, berikut beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam menghadapi perubahan perilaku anak pra remaja.

1. jangan mudah tersinggung

Waktu orang tua bersama anak-anak ketika memasuki usia remaja cenderung akan berkurang. Mereka akan lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Bahkan, tak jarang mereka akan lebih bergantung kepada teman-temannya.

Menyikapi hal ini, sebaiknya Anda jangan terlalu mengambil hati atas sikap anak-anak yang cenderung lebih cuek. Anda juga sebaiknya jangan terlalu memaksa anak dan harus siap dengan segala penolakan yang terjadi. Steiner Adair, ahli psikologis Harvard menyebutkan jika anak-anak pada usia ini cenderung mulai memiliki rahasia. Sebagai orang tua, sebaiknya Anda tidak terlalu mendesak anak untuk bercerita dan mengikuti keinginan Anda, sepanjang masih dalam batas toleransi yang dapat Anda maklumi.

2. luangkan waktu khusus

Luangkan Waktu Khusus - Sekolah Prestasi Global

Mengingat pada usia pra remaja anak mulai memiliki rahasia, mungkin sulit rasanya untuk mengajaknya berdiskusi secara terbuka. Meski begitu, sebaiknya orang tua tetap meluangkan waktu khusus untuk berbicara secara intens dengan anak. Buat quality time bersama anak setidaknya 1-2 kali dalam seminggu. Saat quality time inilah saat yang tepat bagi Anda untuk menyelami kehidupannya dan memahami setiap perasaannya. Tunjukkan jika Anda akan selalu mencintainya dan terus mendukungnya apapun yang terjadi nanti. Umumnya, anak-anak pra remaja ini membutuhkan sosok orang tuanya agar ia tetap merasa aman.

3. dampingi konsumsi tayangan anak

Saat anak-anak memasuki usia pra remaja, cobalah untuk ikut menonton tayangan favoritnya. Kemudian, ajak anak untuk melakukan diskusi dari tontonan tadi. Selain mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak, hal ini menjadi salah satu cara untuk Anda dapat mendampingi setiap tontonan anak. Anda juga dapat menjelaskan bagaimana batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak. Selain itu, Anda juga dapat mendiskusikan bersama anak hal-hal yang dapat diambil sebagai pembelajaran.

4. jadilah sumber informasi utama bagi anak

Sebagai orang tua, sudah seharusnya kita menjadi sumber informasi utama bagi anak dalam berbagai hal. Tak terkecuali hal-hal yang berhubungan dengan pubertas. Beri informasi anak secara jelas mengenai sex education atau hal lainnya, seperti pendidikan dan persiapan menghadapi masa-masa dewasa. Selain itu, sebaiknya kita sebagai orang tua juga turut mengikuti perkembangan zaman dan gaya pergaulan anak-anak kita. Jika memungkinkan, ikutilah apa saja informasi yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial.

5. coba lakukan pendekatan tidak langsung

Cara orang tua menghadapi perubahan perilaku anak pra remaja selanjutnya yaitu dengan melakukan pendekatan tidak langsung. Maksudnya di sini yaitu, kita sebagai orang tua jangan terlalu membombardir anak dengan sederet pertanyaan. Namun, lebih biarkan dengarkan apa saja yang anak bicarakan. Meski pada saat itu anak masih belum bercerita, setidaknya secara tidak langsung Anda sudah menunjukkan ke anak bahwasanya Anda akan selalu ada untuknya. Dengan begitu, saat anak mengalami kesulitan dan membutuhkan Anda, ia pasti tahu dan akan mencari Anda.

6. jangan terlalu menghakimi

Jangan Terlalu Menghakimi - Sekolah Prestasi Global

Para ahli mendidik anak menyebutkan jika anak-anak pra remaja cenderung sangat memperhatikan pendapat orang tua terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka juga akan menilai bagaimana pandangan Anda terhadap orang lain, terutama pada anak-anak yang berulah. Bila Anda terlalu banyak mengomentari atau menghakimi suatu peristiwa, hal ini akan membuat Anda semakin menjauh. Untuk itu, sebaiknya tahan pendapat Anda dan sebisa mungkin bertindaklah netral di depan anak.

7. jangan takut untuk memulai percakapan yang sensitif

Pada usia pra remaja, anak juga cenderung memiliki rasa penasaran untuk mencoba hal-hal baru. Eksperimen menggunakan rokok, alkohol, atau bahkan obat-obatan terlarang mungkin saja terjadi. Ini menjadi masa-masa kritis di mana kita sebagai orang tua harus berani membuka pembicaraan yang sebelumnya terkesan tabu.

Selain itu, bahasan mengenai sex education juga sebaiknya jangan Anda hindari. Beri tahu anak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jika itu sesuatu yang dilarang, berikan juga penjelasan mengenai dampaknya. Namun sebelum itu, sebaiknya orang tua juga memberikan informasi yang akurat mengenai hal tersebut. Atau jika tidak, Anda dapat menyediakan buku bacaan yang menarik dan sesuai dengan topik yang akan dibahas, kemudian diskusikan bersama-sama.

8. berikan pendidikan agama dan moral

Seperti yang kita tahu, pendidikan agama dan juga pendidikan moral sangatlah penting. Hal inilah yang nantinya akan menjaga anak dari hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang. Meski pendidikan ini sudah pasti anak peroleh di sekolah, tetapi sebagai orang tua, memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari akan lebih penting daripada hanya teori semata. Dengan contoh yang nyata, anak juga akan semakin memahami bagaimana ia seharusnya bertindak sesuai dengan agama dan moral yang berlaku.

9. jalin komunikasi yang baik dengan anak

Bangun komunikasi yang baik dengan anak, agar anak merasa nyaman untuk bercerita. Lakukan komunikasi dua arah, tidak hanya orang tua saja yang terus memberi nasihat dan perintah. Sesekali berikan anak kesempatan bercerita dan jadilah pendengar yang baik. Dengan begitu, anak-anak akan terbiasa berkata jujur dan lebih terbuka.

Jika anak lebih cenderung terbuka kepada orang lain, khawatir orang tersebut justru akan membawa pengaruh yang kurang baik. Tidak ada jaminan orang yang nantinya ditemui anak kita merupakan orang yang tepat. Selain itu, Anda juga akan lebih sulit melakukan pengawasan.

10. jangan terlalu polos

Sebaiknya juga jangan menjadi orang tua yang terlalu polos. Bagaimana maksudnya? Maksudnya, yaitu terlalu cuek dan tidak mau tahu apa yang anak lakukan. Salah satu kesuksesan dalam mendidik anak pada saat memasuki pra remaja yaitu membiarkan semuanya berjalan seimbang. Dengan begitu, anak juga akan mengetahui konsekuensi yang harus ia terima untuk setiap perbuatan yang ia lakukan.

11. jangan bertindak berlebihan

Cara menghadapi perilaku anak pra-remaja lainnya yaitu dengan tidak bertindak berlebihan. Gaya mendidik anak yang terlalu heboh dan berlebihan juga tidaklah terlalu baik. Justru gaya mendidik seperti ini akan memicu emosi anak pra remaja yang cenderung kurang stabil.

Jika anak merasa kesulitan atau tengah mengalami musibah, sebaiknya Anda jangan terlalu panik. Ajak anak untuk menenangkan diri dan menghilangkan setiap emosi negatifnya. Sementara itu, jika anak berbuat salah, jangan terlalu heboh menghakiminya. Sebab, jika seperti itu, anak justru akan merasa takut untuk mengatakan hal yang jujur.

12. menjelaskan perubahan fisik dan psikologis kepada anak

Saat anak-anak memasuki usia pra remaja sudah pasti mereka akan mengalami berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Agar anak tidak merasa kaget dan bingung, kita sebagai orang tua sebaiknya memberi anak penjelasan mengenai perubahan fisik dan juga psikis yang terjadi dengan sebaik-baiknya. Jelaskan juga kepada anak bahwa perubahan-perubahan tersebut wajar adanya. Hal ini perlu, karena beberapa anak mungkin akan merasa kurang nyaman dengan perubahan yang terjadi. Dengan hadirnya kita sebagai orang tua juga akan membuat anak merasa bahwa kita merupakan sahabat terbaik yang selalu bisa mengertinya.

13. pupuk sisi emosional anak

Orang tua juga sebaiknya mengajarkan anak untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, ajak anak untuk terbuka terhadap topik-topik yang bersifat personal, seperti cinta, persahabatan, atau hubungan antar manusia. Meskipun mungkin hal ini akan terasa sulit, yang terpenting bangun rasa percaya pada diri anak. Dengan begitu, anak akan tahu bahwa Anda akan selalu ada bersamanya.

14. dorong anak berolahraga

Umumnya, rasa percaya diri seorang anak perempuan akan tumbuh sejak ia berusia 9 tahun. Kemudian, rasa percaya diri itu akan berkurang pada tahun-tahun berikutnya. Sebuah riset menyebutkan bahwa dengan berolahraga secara teratur, hal ini akan mengembangkan rasa percaya diri anak. Tak hanya itu, berolahraga dengan teratur juga akan membuat tubuh lebih sehat dan juga meningkatkan kemampuan akademik anak.

15. ajarkan anak menghormati orang tua

Meski menjadi dekat dengan anak sangat baik, tetapi sedekat apapun hubungan antara anak dan orang tua, anak tetap harus menghormati orang tua. Dengan begitu, anak akan sedikit merasa segan dan orang tua pun akan lebih mudah untuk mengarahkan anak.

Sejak kecil, mungkin Anda sudah selalu menanamkan kepada anak untuk memiliki rasa hormat terhadap orang tua. Namun, saat anak memasuki usia pra remaja, kita kerap memposisikan diri layaknya teman agar kita tetap dapat dekat dengan anak. Sementara itu, terkadang anak lupa dan terbawa suasana, sehingga rasa hormat itu tidak sebesar dulu. Selain itu, emosi anak pada usia pra remaja juga cenderung tidak stabil. Tak jarang mereka akan menentang orang tua. Jika hal ini terus dibiarkan, ditakutkan anak akan menjadi terbiasa untuk melawan.

Penutup

Memasuki usia pra remaja, anak sedang berada di tahap pencarian jati dirinya. Kondisi emosionalnya yang belum stabil tentu menjadi perhatian besar bagi setiap orang tua. Dalam menghadapi anak usia pra remaja, orang tua membutuhkan trik-trik khusus agar anak tetap merasa nyaman, bukan malah menjauh. Di Prestasi Global, tentu perubahan perilaku anak pada usia pra remaja menjadi salah satu perhatian khusus. Kami juga melakukan berbagai trik khusus dalam menghadapi perilaku anak pra remaja agar mereka dapat melewati masa-masa ini dengan baik.

Baca Juga : Penanaman Pendidikan Moral Terhadap Anak Usia Remaja

Apa itu pra remaja?

Pra remaja yaitu masa-masa di mana anak memasuki usia 9-12 tahun. Anak usia pra remaja sedang memasuki masa-masa pencarian jati diri.

Apa yang diinginkan anak dengan usia remaja menurut Douglas Haddad?

anak dengan usia remaja paling menginginkan tiga hal. Yaitu, rasa ingin didengarkan, dipahami, dan dicintai. Saat Anda dapat memenuhi ketiga hal tersebut, maka ikatan antara anak dan orang tua akan terbentuk dengan baik.

Bagaimana Tips Menghadapi Perubahan Perilaku Anak Pra Remaja?

1. Jangan mudah tersinggung
2. Luangkan waktu khusus
3. Dampingi konsumsi tayangan anak
4. Jadilah sumber informasi utama bagi anak
5. Coba lakukan pendekatan tidak langsung
6. Jangan terlalu menghakimi
7. Jangan takut untuk memulai percakapan yang sensitif
8. Berikan pendidikan agama dan moral
9. Jalin komunikasi yang baik dengan anak
10. Jangan terlalu polos
11. Jangan bertindak berlebihan
12. Menjelaskan perubahan fisik dan psikologis kepada anak
13. Pupuk sisi emosional anak
14. Dorong anak berolahraga
15. Ajarkan anak menghormati orang tua