Jika membaca atau menonton berita, pasti tidak luput dari berbagai kekerasan yang terjadi di sekolah. Tidak jarang pula berita tentang tawuran antar pelajar muncul di berbagai kanal berita sebagai bukti masalah krisis moral pendidikan. Padahal sejatinya sekolah bukan hanya sebagai tempat mencari ilmu untuk memperkaya pengetahuan. Namun juga membuat anak memiliki karakter dan kepribadian yang baik. Tujuannya agar dapat bergaul di masyarakat tanpa menimbulkan masalah. Namun, jika berbagai tindak kekerasan oleh pelajar masih sering terjadi, artinya terdapat masalah pada sistem pendidikannya.

Tujuan Pendidikan

UU No. 2 Tahun 1985 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya. Adapun yang maksud dari manusia yang seutuhnya yaitu sebagai insan yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, dan bertanggung jawab terhadap bangsa.

Dari uraian tersebut sudah jelas bahwa dalam pendidikan tidak hanya menghasilkan murid yang cerdas. Namun juga berperilaku yang baik. Selain memiliki pengetahuan yang luas, dengan pendidikan juga anak menjadi lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan orang lain.

Penyebab Meningkatnya Krisis Moral Peserta Didik

Meningkatnya Masalah Krisis Moral Peserta Didik - Sekolah Prestasi Global

Pendidikan yang berhasil adalah ketika peserta didik dapat mengimplementasikan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika di sekolah diajarkan untuk sopan santun, menghormati orang yang lebih tua, dan lainnya maka diharapkan anak pun berperilaku demikian saat di luar sekolah.

Sayangnya, hal ini belum sepenuhnya terealisasikan. Sebab masih banyak anak yang sering membangkang pada orang tua bahkan gurunya sendiri di sekolah. Lalu, apa penyebab penurunan moral dari anak meskipun telah diajarkan di sekolah? Ada berbagai kemungkinan yang bisa menjadi penyebabnya, yaitu sebagai berikut.

1. Kurangnya Perhatian Orang Tua saat Di Rumah

Salah satu penyebab utama yang membuat penurunan akhlak dari anak adalah kurangnya perhatian orang tua. Tidak sedikit orang tua yang menyerahkan anak pada pihak sekolah sepenuhnya. Sehingga merasa sudah memberikan pendidikan yang cukup karena anak setiap hari berangkat ke sekolah. Padahal, guru memiliki wewenang yang terbatas yaitu hanya ketika anak berada di lingkungan sekolah. Saat di luar sekolah, anak kembali menjadi tanggung jawab orang tua. Artinya, orang tua pun memiliki andil dalam keberhasilan pendidikan karakter di sekolah. Sebab, anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar sekolah.

2. Guru Tidak Memperhatikan Setiap Anak Secara Menyeluruh

Salah satu kelemahan dari sistem pendidikan di Indonesia adalah jumlah murid yang banyak dalam satu kelas terutama di sekolah negeri. Tentu saja hal tersebut terjadi karena kurangnya fasilitas kelas ketika jumlah siswa terus bertambah. Banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas membuat guru kewalahan ketika harus memperhatikan satu persatu muridnya. Guru menjadi sulit untuk menilai karakter setiap anak sehingga penilaian menjadi sama rata.

Tidak dapat dipungkiri masalah ini sudah berlangsung sejak dulu sampai dengan saat ini. Tidak jarang pula guru yang tidak mengenal satu pun muridnya. Padahal pada rapor siswa terdapat penilaian sikap yang seharusnya sesuai dengan sikap dan cara bersosialisasi anak selama di sekolah.

3. Pengaruh Gadget dan Sosial Media

Meningkatnya Masalah Krisis Moral Peserta Didik - Sekolah Prestasi Global

Saat ini kita memasuki era digital ketika gadget menjadi sebuah kebutuhan. Bahkan anak SD pun kini sudah memiliki gadget sendiri. Jika melihat perkembangan zaman memang hal ini tidak dapat dihindari. Sebab, sistem pembelajaran pun perlahan mulai beralih ke digital. Mau atau tidak, anak pun harus berkenalan dengan gadget sejak dini.

Akan tetapi tetap perlu waspada ketika memberikan gadget pada anak yang masih mudah terpengaruhi. Apalagi saat ini semakin banyak orang yang menggunakan sosial media secara bebas termasuk anak di bawah umur. Belum ada filter pada sosial media yang membuat anak dapat melihat semua konten yang tersaji di dalamnya. Bahkan anak pun dapat mengakses video yang mengandung unsur pornografi dengan sangat mudah melalui sosial media.

Tren di sosial media pun biasanya langsung diikuti oleh anak tanpa memikirkan baik atau buruknya. Apalagi anak di bawah umur yang masih perlu pengawasan orang tua. Salah satu contoh tren di sosial media yang banyak diikuti anak di bawah umur adalah memberhentikan truk yang sedang melaju di jalanan. Tidak sedikit yang memakan korban jiwa namun masih banyak yang melakukannya. Hal tersebut adalah salah satu dari banyaknya dampak gadget dan sosial media terhadap karakter dan moral anak.

4. Kurangnya Pendidikan Agama

Sebagai umat yang beragama, pendidikan agama adalah salah satu hal yang paling penting untuk membentuk karakter yang baik. Kurangnya pendidikan agama ini pun menjadi salah satu penyebab menurunnya moral anak. Sebagai seorang pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu duniawi saja. Tapi juga harus menanamkan nilai-nilai keagamaan agar selalu terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, pendidikan agama kian ditinggalkan dan diabaikan sehingga menyebabkan menurunnya akhlak anak baik di sekolah maupun luar sekolah.

Solusi Untuk Meningkatkan Moral Peserta Didik

 

Setiap masalah akan selalu ada solusi. Begitu pula dengan permasalahan akhlak peserta didik yang terus mengalami penurunan. Berikut ini beberapa solusi untuk permasalahan di atas.

1. Orang Tua Ikut Berperan Aktif dalam Membentuk Karakter Anak

Keberhasilan dalam pendidikan karakter anak di sekolah memerlukan peran orang tua di rumah. Orang tua harus bisa berperan aktif dalam membentuk karakter anak. Jangan hanya menitipkan anak ke sekolah tapi juga tanyakan proses belajar anak pada guru. Dengan demikian, orang tua dapat mengetahui kekurangan anak dan membantu meningkatkannya di rumah. Sebab, terkadang anak hanya mendengarkan orang tau daripada guru atau sebaliknya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting untuk membantu guru untuk memperbaiki karakter anak.

2. Guru dapat Memperhatikan Setiap Murid secara Menyeluruh

Berhasil atau tidaknya pendidikan karakter di sekolah tentu bisa terlihat melalui evaluasi nilai oleh guru. Untuk itu, guru harus bisa memperhatikan sikap setiap anak secara menyeluruh. Dengan demikian dapat terlihat bagaimana proses perubahan pada setiap anak setelah mendapatkan pendidikan karakter di sekolah maupun rumah. Selain itu, guru juga harus memiliki karakter yang baik karena anak selalu mengikuti apa yang orang dewasa lakukan. Jika guru dapat memberikan contoh yang baik, maka anak pun akan mengikutinya.

3. Mengawasi dan Membatasi Penggunaan Gadget pada Anak

Apabila pemberian gadget pada anak tidak dapat terhindarkan, maka sebagai orang tua dan guru dapat mengawasi sekaligus membatasi penggunaan gadget pada anak. Selalu periksa apa saja yang anak buka dan akses selama memainkan gadget. Jika perlu, gunakan mode anak dan pengawasan orang tua. Hal tersebut untuk mencegah anak membuka konten-konten yang tidak sesuai serta dapat merusak akhlaknya. Selain itu juga harus ada pembatasan waktu penggunaan gadget. Selalu utamakan anak memainkan hal lain selain gadget. Sebab, jika sudah kecanduan dengan sosial media maka akan sulit untuk melepaskannya.

Beri batasan waktu setiap harinya untuk anak. Misalnya sehari hanya boleh memainkan gadget selama 3 jam setelah pekerjaan sekolah selesai. Dengan demikian, anak lebih terkontrol dalam penggunaan gadgetnya dan terhindar dari konten-konten yang tidak bermanfaat.

4. Mengajarkan Nilai-Nilai Agama

Nilai-nilai agama menjadi fondasi dasar untuk membentuk karakter yang kuat. Terutama bagi umat muslim yang memiliki panutan seorang Rasul dengan akhlak mulia. Mengajarkan anak nilai-nilai agama yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari juga tidak bertentangan dengan tujuan dari pendidikan. Apabila keempat hal tersebut dapat terlaksana secara konsisten, maka masalah dari pendidikan karakter siswa dapat teratasi. Namun tentu saja bukan hal yang mudah karena memerlukan kerja sama dari berbagai pihak.

Penanaman Karakter Anak dengan Mengajarkan Puasa

Berbagai permasalahan yang terjadi pada anak seperti tawuran, memakai narkoba, pergaulan bebas, kekerasan pada guru, dan lainnya adalah akibat dari kurangnya penanaman karakter pada anak. Tidak jarang hal-hal tersebut dilakukan oleh anak yang terkenal pintar secara akademis. Hal ini karena pendidikan tidak hanya untuk memperkaya intelektual.

Pendidikan yang berhasil yaitu dapat membuat anak cerdas baik secara intelektual, spiritual, dan emosional. Pendidikan intelektual sudah bisa terlihat hasilnya dengan banyaknya anak berprestasi. Namun, secara spiritual dan emosional masih kurang karena masih terdapat banyak permasalahan terkait kenakalan siswa baik di sekolah maupun luar sekolah. Salah satu cara untuk menanamkan karakter yang baik adalah dengan mengajarkan anak berpuasa sejak dini. Berikut ini beberapa manfaat dari mengajarkan anak berpuasa.

1. Kepribadian yang Religius

Berpuasa di bulan Ramadhan maupun puasa sunnah dapat menjadikan anak memiliki kepribadian yang religius. Pasalnya, berpuasa merupakan salah satu kewajiban yang harus dijalankan umat Islam. Saat berpuasa Anda dapat mengajak anak untuk melakukan kegiatan ibadah lainnya. Namun tentu saja mengajak dengan tanpa paksaan agar anak tidak merasa terpaksa dan senang menjalankannya. Anda pun dapat memberi hadiah pada anak jika mampu mengerjakan kewajibannya secara penuh.

2. Jujur dan Bertanggung Jawab

Berpuasa juga mengajarkan anak untuk jujur tidak makan, minum, dan melakukan hal yang membatalkan puasa. Selain itu juga bertanggung jawab atas kewajiban yang harus dijalankannya sebagai seorang Muslim.

3. Peduli pada Sesama

Selama berpuasa ajak juga anak untuk membagikan takjil saat menjelang berbuka dan melakukan kegiatan sosial lainnya. Hal ini untuk menumbuhkan rasa kepedulian anak pada sesama.

Kesimpulan

Pendidikan karakter sangat penting untuk anak. Sebab, sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk memperkaya pengetahuan intelektual saja. Hasil akhir dari pendidikan di sekolah yaitu dapat membentuk anak yang memiliki kepribadian baik, menghormati orang yang lebih tua serta peduli pada sesama.

Mengajarkan anak berpuasa sejak dini dapat menjadi salah satu upaya untuk menanamkan karakter baik pada anak. Sebab, dapat membuat anak menjadi religius, jujur, bertanggung jawab serta peduli pada sesama. Sekolah Prestasi Global pun menerapkan hal tersebut sehingga hasil akhirnya anak tidak hanya cerdas tapi juga memiliki akhlak yang baik. Sebab, Sekolah Prestasi Global juga mengajarkan nilai-nilai keagamaan.

Dengan demikian, krisis moral pada pendidikan dapat teratasi dengan baik. Anak tidak hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas secara spiritual dan emosional.

Sebutkan beberapa manfaat dari mengajarkan anak berpuasa!

Apakah tujuan pendidikan menurut UU No. 2 Tahun 1985?

UU No. 2 Tahun 1985 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya.

Apakah penyebab utama penurunan akhlak dari anak?

Salah satu penyebab utama yang membuat penurunan akhlak dari anak adalah kurangnya perhatian orang tua. Tidak sedikit orang tua yang menyerahkan anak pada pihak sekolah sepenuhnya. Sehingga merasa sudah memberikan pendidikan yang cukup karena anak setiap hari berangkat ke sekolah. Padahal, guru memiliki wewenang yang terbatas yaitu hanya ketika anak berada di lingkungan sekolah.