Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Salah satu suku bangsa dengan karakter unik yang ada di Indonesia adalah Suku Minahasa. Suku yang bermukim di Pulau Sulawesi ini memiliki sistem kebudayaan, kesenian dan kekayaan adat, serta tradisi yang menarik untuk dipelajari.
 

Informasi Umum

 
Mengenal Tradisi Suku Minahasa - Sekolah Prestasi Global

Minahasa berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah 5273 km2 dan pulau kecil sekitarnya seluas 169 km2. Pulau kecil ini terdiri atas Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Nain, dan juga Pulau Siladen.

Lingkungan alam di Minahasa sebagian besar terdiri atas kawasan vulkanik muda berupa perbukitan dan pegunungan. Setidaknya ada 4 gunung terkenal, yaitu Gunung Klabat, Gunung Soputan, Gunung Lokon, dan Gunung Mahawu.

Minahasa juga memiliki dataran tinggi dengan danau indah, yaitu Danau Tondano. Di beberapa kawasan ini juga terdapat sungai kecil yang memiliki aliran singkat ke laut.

Kata Minahasa diyakini berasal dari kata ‘Minaesa’ yang memiliki arti ‘persatuan’. Penduduk Minahasa senang memperkenalkan diri sebagai orang Minahasa, Tou Wenang, atau Kawanua.

Menurut catatan sejarah, penduduk Minahasa terbagi dalam 8 kelompok sub etnik yang didasarkan pada tempat bermukimnya. Berikut pembagian sub etnis penduduk Minahasa dan penjelasannya:

  • Tonsea, bermukim di wilayah timur laut dari Minahasa
  • Tombulu, bermukim di wilayah barat laut dari Danau Tondano
  • Tompakewa atau Tontemboan, bermukim di wilayah barat daya dari Minahasa
  • Toulour, bermukim di wilayah timur dan pesisir dari Danau Tondano
  • Tonsawang, bermukim di wilayah tengah dan selatan dari Minahasa
  • Ratahan atau Pasan, bermukim di wilayah tenggara dari Minahasa
  • Ponosakan, bermukim di wilayah tenggara dari Minahasa
  • Bantik, bermukim di wilayah pesisir barat laut, selatan, dan juga utara dari Kota Manado.

 

Sistem Kebudayaan

Penduduk Minahasa memiliki sebuah lambang, yaitu wujud perisai dengan gambar burung hantu. Burung hantu dimaknai sebagai representasi dari kearifan atau kebijaksanaan dengan penglihatan yang tajam karena burung hantu dapat memutar kepalanya hingga 360 derajat.

Gambar burung hantu ini umum disebut sebagai ‘Burung Manguni’ dengan jumlah bulu sayap 17 helai dan bulu ekor 5 helai. Jumlah bulu sayap mencirikan tanggal kemerdekaan Indonesia dan jumlah bulu ekor mencirikan Pancasila. Di dada Burung Manguni tergambar sebuah pohon kelapa yang mencirikan komoditi utama penduduk Minahasa.

Dalam budaya Suku Minahasa juga menganut falsafah hidup yang berbunyi “Si tou timou tumou tou” dan “Si Tou Timou Toua” sebagai pengingat sesama manusia.
 

Kesenian dan Kekayaan Adat

Seperti suku lain yang ada di Indonesia, Suku Minahasa juga memiliki kesenian dan kekayaan adat yang tak kalah unik. Keunikan ini tercermin pada bahasa, rumah adat, pakaian adat, upacara perkawinan, alat musik, tarian adat, lagu daerah, kuliner, dan upacara adat.

Bahasa Suku Minahasa adalah bahasa Melayu Manado yang tercipta sebagai identitas etnik mereka. Bahasa ini umum diterapkan sebagai alat komunikasi antar sub etnik Minahasa, terlebih yang menggunakan bahasa ini sebagai bahasa ibu.

Rumah adat Suku Minahasa berupa rumah panggung dengan jumlah tiang penyangga 16 atau 18 buah dan 2 buah tangga di bagian depan. Secara garis besar rumah ini terbagi menjadi 4 bagian penting, yaitu emperan atau setup, ruang tamu atau leloangan, ruang tengah atau pores, dan kamar-kamar.

Pakaian adat Suku Minahasa disebut wuyung untuk wanita dan baju karai untuk pria. Wuyung berbahan dasar kulit kayu dengan model sejenis kebaya yang dikombinasikan dengan gaun pasalongan rinegetan dari kain tenun bentenan. Baju kari adalah baju berwarna hitam, berbahan ijuk, memiliki potongan lengan panjang dengan bentuk lurus.

Upacara perkawinan yang dilakukan oleh penduduk Minahasa adalah posanan atau pingitan, lumelea atau menginjak batu, dan bacoho atau mandi adat.

Alat musik yang paling terkenal di kalangan penduduk Minahasa adalah kolintang. Namun selain kolintang ternyata masih ada alat musik lain yang tak kalah unik, yaitu musik bambu dan musik bia.

Tarian adat Suku Minahasa ada beragam, diantaranya adalah Tari Maengket, Tari Tumentenden, Tari Kabasaran atau Tari Cakalele, Tari Lens, dan Tari Katrili.

Lagu adat yang sering didendangkan suku ini adalah Oh Minahasa dan O Ina Ni Keke.

Suku ini memiliki makanan khas yang lezat, yaitu bubur manado, biakolobi, dan juga ayam rica-rica. Sedangkan untuk minuman khasnya adalah saguer dan cap tikus.

Upacara adat yang ada di suku ini ada 2 yang umum dilakukan, yaitu Monondeaga dan Mupuk Im Bete.
 

Tradisi Suku Minahasa yang Wajib Dilestarikan

Minahasa - Sekolah Prestasi Global

Suku Minahasa memiliki banyak tradisi yang berkembang dalam masyarakat sejak zaman dahulu. Setidaknya ada 5 tradisi yang hingga kini masih lestari dan harus dijaga, berikut kelima tradisi tersebut:

1. Waruga

Di wilayah Minahasa banyak ditemukan batu-batu megalit yang menjadi saksi perkembangan zaman. Batu tersebut diantaranya adalah menhir, batu bergores, lumpang batu, altar batu, arca batu, arca menhir, batu dakon, dan yang paling terkenal adalah peti kubur atau umum disebut waruga.

Menurut Bahasa Minahasa Kuna, istilah waruga merupakan gabungan dari 2 kata yaitu wale yang berarti rumah dan maruga yang berarti badan yang hancur lebur jadi debu. Jadi dapat dimaknai sebagai peti kubur batu yang berperan sebagai rumah untuk badan yang telah hancur lebur jadi debu atau meninggal.

Bentuk waruga terdiri atas 2 bagian utama, yaitu badan dan tutup. Masing-masing bagian tersebut dibuat dari batu utuh atau monolith dengan bentuk dasar segi empat yang paling umum dan sebagian berbentuk segi delapan atau berbentuk bulat.

Mayat yang dalam waruga ini diposisikan jongkok yang mencirikan posisi bayi dalam kandungan. Maksudnya adalah manusia berawal dalam posisi jongkok dan berakhir dalam posisi jongkok pula, filosofi ini disebut whom.

Tangan pria diposisikan dalam keadaan kunci tangan sedangkan wanita diposisikan dalam keadaan kepal tangan. Umumnya satu buah waruga diperuntukan untuk satu famili dan beberapa kasus diperuntukan untuk beberapa orang yang satu profesi.

Waruga yang ditemukan di kawasan Minahasa mencapai 1335 buah dan diperkirakan ada sejak tahun 1600-an. Jumlah tersebut terdiri atas 104 marga atau dotu, diantaranya adalah Karamoy, Wenas, Kalalo, Mantiri, Kojongiang, Tangkudung, dan Rorimpandey.
 

2. Kolintang

Kolintang adalah salah satu alat musik tradisional yang dibuat dengan bahan dasar kayu belar. Namun seiring perkembangan zaman, kolintang tidak hanya diproduksi dari bahan dasar kayu belar tetapi juga bisa menggunakan kayu cempaka. Alat musik ini terdiri atas barisan gong kecil yang disusun secara horizontal.

Istilah kolintang diadaptasi dari bunyi tingkatan dari alat musik ini. Seperti bunyi ‘tong’ pada nada rendah, ‘tang’ pada nada sedang, dan ‘ting’ pada nada tinggi. Orang dahulu mengajak bermain alat musik ini dengan ajakan “Maimo Kumolintang” hingga munculah istilah kolintang.

Di Minahasa, kolintang sudah diajarkan sejak masa kanak-kanak untuk memperkenalkan tradisi sejak dini. Umumnya pementasan kolintang dikemas dalam bentuk orkes dengan alunan suara yang menenangkan. Kolintang sering dipentaskan dalam perayaan khusu yang ada di wilayah Minahasa.
 

3. Kegiatan Mapalus

Seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, penduduk Minahasa juga gemar menjalin kerjasama untuk menghadapi kehidupan. Sistem ini biasanya disebut Mapalus, yaitu kerjasama atau tolong menolong yang dilakukan oleh kelompok atau perorangan yang dipimpin oleh tu’a im palus.

Mapalus bisa terjalin di berbagai aspek kehidupan, seperti pada kegiatan sosial serta kegiatan ekonomi. Berikut beberapa bentuk mapalus yang terjadi di lingkungan penduduk Minahasa:

  • Mendu impero’ongan, yaitu kegiatan sosial dalam wujud kerja bakti memperbaiki lingkungan
  • Berantang, yaitu kegiatan sosial dalam wujud membantu keluarga yang tertimpa musibah atau kedukaan
  • Sumakey, yaitu kegiatan sosial dalam wujud syukuran atas nikmat yang diberikan
  • Ma’endo, yaitu kegiatan ekonomi dalam wujud memperbaiki rumah atau menggarap ladang
  • Pa’anda, yaitu kegiatan ekonomi dalam wujud arisan rutinan
  • Kerukunan, yaitu kegiatan ekonomi dalam wujud lebih luas yang melibat kecamatan

 

4. Upacara Toki Pintu

Upacara Toki Pintu adalah tradisi sakral yang dilakukan sebagai rangkaian dari pernikahan adat Suku Minahasa. Tradisi ini umumnya bersifat privat sehingga tidak sembarang orang bisa menyaksikan tradisi ini tanpa adanya izin dari pihak yang bersangkutan.

Pernikahan adat ini banyak yang diselenggarakan secara mapalus, yaitu kedua mempelai dipandu oleh mapalus warga desa yang berwenang. Karena mayoritas penduduk Minahasa adalah penganut agama Kristen yang taat, biasanya kegiatan pesta digantikan dengan acara kebaktian yang khusyuk.

Pernikahan adat ini dapat dilakukan di di Langowan Toutemboan atau rumah mempelai pria atau di Tomohon Tombulu atau rumah mempelai wanita sesuai kesepakatan kedua keluarga. Seiring perkembangan zaman, keseluruhan prosesi pernikahan adat ini umumnya dilakukan dalam satu hari saja.

Rangkaian acara bermulai di pagi hari yaitu memandikan pengantin, merias wajah pengantin, memakaikan busana adat pada pengantin, memasangkan mahkota dan memasangkan topi pengantin. Persiapan ini dilakukan untuk menjalankan Upacara Maso Minta atau Upacara Toki Pintu.

Selanjutnya pada siang hari kedua mempelai dibawa ke catatan sipil untuk mengesahkan pernikahan secara hukum Indonesia. Kemudian acara dilanjutkan dengan resepsi yang biasanya terdiri dari lempar bunga, iringan musik, dan tari-tarian yang meriah.
 

5. Tari Kabasaran

Tari Kabasaran adalah tarian keprajuritan tradisional yang menjadi kekayaan adat Suku Minahasa. Tarian ini bermula dari istilah ‘wasal’ yang dimaknai sebagai ayam jantan yang telah dipotong jenggernya dengan maksud membuat ayam tersebut lebih garang ketika sedang bertarung.

Orang yang menarikan tari ini dinamakan Kawasalan dengan gerakan menirukan ayam jantan dalam pertarungan. Tarian ini diringi alat musik Pa’wasalen yang terdiri atas kolintang dan gong. Tari Kabasaran umum dipertontonkan dalam wujud 3 babak, yaitu cakalele, kumoyak, dan lalayaan.

Tidak sembarang orang bisa menarikan Tari Kabasaran karena tari ini merupakan salah satu tari yang bersifat turun temurun. Tak heran jika masing-masing penari memiliki sebuah senjata tajam yang didapat dari leluhurnya sebagai sebuah warisan. Leluhur yang dimaksud adalah mereka yang bertugas sebagai seorang prajurit pada saat perang dan petani di hari biasa.

Saat ini Tari Kabasaran sering dipentaskan dalam acara pagelaran seni budaya. Tak heran jika tarian ini menjadi salah satu tradisi ikonik yang terkenal dari Minahasa.

Jadi itulah beberapa informasi menarik terkait Suku Minahasa yang bisa Anda jadikan referensi. Indonesia adalah negara yang kaya, jadi jangan berhenti untuk terus mengeksplorasi keragaman dan keunikan yang ada di dalamnya.

Baca Juga : Mengenal Suku Jawa, Sejarah dan Keseniannya
 

Sebutkan sub etnis penduduk Minahasa dan penjelasannya!

● Tonsea, bermukim di wilayah timur laut dari Minahasa ● Tombulu, bermukim di wilayah barat laut dari Danau Tondano ● Tompakewa atau Tontemboan, bermukim di wilayah barat daya dari Minahasa ● Toulour, bermukim di wilayah timur dan pesisir dari Danau Tondano ● Tonsawang, bermukim di wilayah tengah dan selatan dari Minahasa ● Ratahan atau Pasan, bermukim di wilayah tenggara dari Minahasa ● Ponosakan, bermukim di wilayah tenggara dari Minahasa ● Bantik, bermukim di wilayah pesisir barat laut, selatan, dan juga utara dari Kota Manado.

Bagaimana Sistem Kebudayaan Minahasa?

Penduduk Minahasa memiliki sebuah lambang, yaitu wujud perisai dengan gambar burung hantu. Burung hantu dimaknai sebagai representasi dari kearifan atau kebijaksanaan dengan penglihatan yang tajam karena burung hantu dapat memutar kepalanya hingga 360 derajat. Gambar burung hantu ini umum disebut sebagai ‘Burung Manguni’ dengan jumlah bulu sayap 17 helai dan bulu ekor 5 helai. Jumlah bulu sayap mencirikan tanggal kemerdekaan Indonesia dan jumlah bulu ekor mencirikan Pancasila. Di dada Burung Manguni tergambar sebuah pohon kelapa yang mencirikan komoditi utama penduduk Minahasa. Dalam budaya Suku Minahasa juga menganut falsafah hidup yang berbunyi “Si tou timou tumou tou” dan “Si Tou Timou Toua” sebagai pengingat sesama manusia.

Sebutkan Tradisi Suku Minahasa yang Wajib Dilestarikan!

1. Waruga 2. Kolintang 3. Kegiatan Mapalus 4. Upacara Toki Pintu 5. Tari Kabasaran