Nabi Muhammad SAW adalah utusan terpilih dari Allah SWT untuk seluruh umat manusia di bumi. Tentu saja, perilaku dan akhlak yang dimiliki beliau sangat terpuji dan patut ditiru oleh semua umatnya. Diantara perilaku dan akhlak terpuji yang dimiliki ada sikap jujur Nabi Muhammad atau shiddiq.

Sifat shiddiq tersebut merupakan satu diantara 4 sifat nabi yang harus diteladani umat. Sifat tersebut adalah shiddiq yang berarti jujur, Amanah bermakna dapat dipercaya, Tabligh yang artinya menyampaikan, dan Fathonah yang berarti cerdas.

4 Sifat Nabi Muhammad yang Harus Dijadikan Suri Tauladan

Sifat Nabi - Sekolah Prestasi Global

Dalam kesempatan kali ini, yang akan dibahas memang khusus sifat shiddiq atau jujur. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk mengetahui ke-4 sifat nabi supaya bisa lebih diteladani bukan?

     1. Amanah

Sifat kedua yaitu amanah artinya bisa dipercaya, apabila ada urusan yang diberikan, maka dilaksanakan dengan baik.

Dalam bahasa Arab sendiri, secara literal amanah berarti kewajiban, kepercayaan, kesetiaan, titipan, dan kejujuran. Karena sifat amanah atau berkat Kejujuran Nabi Muhammad mendapat gelar Al-Amin. Gelar tersebut diperoleh jauh sebelum Nabi Muhammad diangkat oleh Allah SWT sebagai utusannya. 

Peristiwa yang melandasi pemberian gelar itu ialah renovasi Ka’bah. Setelah diadakan renovasi karena Kabah terkena banjir, perselisihan mulai terjadi. Perselisihan ini berkaitan dengan siapa yang layak untuk meletakkan Hajar Aswad kembali. Perselisihan yang memakan waktu cukup lama ini bukan semakin reda malah semakin meruncing. Sampai, Nabi Muhammad memberikan solusi yaitu beliau meminta disediakan sehelai kain.

Di atas kain tersebut diletakanlah Hajar Aswad dan setiap pemimpin kabilah memegang ujung kain itu. Lalu, nabi meminta para pemimpin kabilah untuk mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai di tempat Hajar Aswad harus diletakkan, nabi mengambilnya dan menaruhnya disana.

Peristiwa inilah yang melandasi pemberian gelar Al-Amin kepada Nabi Muhammad.

     2. Tabligh

Tabligh memiliki arti menyampaikan, sifat ketiga yang dimiliki Rasulullah ini sama artinya juga dengan menyampaikan wahyu. Sebagai seorang rasul, semua wahyu yang diterima pasti akan disampaikan kepada umat.

Sama dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, semua wahyu disampaikan tanpa terkecuali. Hal ini juga tertuang dalam Q.S Al-Maidah : 67 yang terjemahnya berbunyi,

Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Apabila tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

     3. Al-Fatanah

Al-Fatanah berarti cerdas, nabi dan rasul memang diberikan kecerdasan tinggi oleh Allah SWT. Kecerdasan yang tinggi dimaksudkan agar nabi dan rasul mengajak manusia ke jalan yang diridhoi Allah.

     4. As-Shiddiq

As-Shiddiq merupakan sifat pertama dari nabi dan rasul yang harus diteladani dan memiliki arti jujur atau selalu benar. Sifat inilah yang nanti akan dibahas lebih jauh beserta berbagai contoh sifat jujur Nabi Muhammad yang lain.

Sifat As-Shiddiq juga menegaskan bahwa seorang nabi tidak pernah berbohong kepada orang lain. Contoh mengenai sifat ini tertuang pada Q.S Maryam 19:41. Isinya adalah perintah Allah untuk menceritakan kisah Nabi Ibrahim yang jujur dan membenarkan Ayat-ayat Allah.

Lebih Jauh Mengenal Sikap Jujur (As-Shiddiq) Nabi Muhammad

Jujur - Sekolah Prestasi Global

Sifat jujur Nabi Muhammad disebut dengan As-Shiddiq, penjelasan singkatnya sudah tertulis di atas.

Sikap jujur dalam islam dipandang sebagai sifat yang sangat penting dan harus dimiliki oleh semua muslim. Sifat ini seharusnya menjadi bagian dari karakter diri seperti yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT pada Q.S At-Taubah 9:19.

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian dan hendaklah kamu sekalian bersama orang-orang yang jujur.”

Sikap atau sifat jujur tidak hanya jujur dalam perkataan saja. Setiap muslim seharusnya juga jujur di dalam pergaulan, jujur di dalam perbuatan, Jujur dalam berjanji, dll.

1. Jujur dalam Perkataan

Jujur dalam perkataan sangat mudah untuk dibuktikan benar atau tidaknya. Jenis kejujuran ini juga merupakan kejujuran yang paling sering dilanggar karena mudah dilakukan.

Jujur dalam perkataan tidak hanya ketika menjawab sebuah pertanyaan yang diajukan oleh orang lain. Jujur dalam perkataan juga berarti hanya memberikan atau menyebarkan informasi yang benar.

Rasulullah sangat membenci orang yang tidak jujur atau sering melakukan kebohongan. Bahkan, bagi Rasulullah sebuah kebohongan sudah bisa dipandang sebagai pengkhianatan yang besar. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud.

“Suatu penghianatan akan menjadi besar, jika engkau membicarakan kepada saudaramu, dan ia membenarkan pembicaraanmu, padahal engkau mendustainya”. (HR. Abu Daud).

2. Jujur dalam Pergaulan

Bergaul atau muamalah dalam islam memiliki hukum mubah, dan dengan syarat tidak melanggar syariat. Meskipun termasuk mubah, kejujuran tetap harus ditegakkan agar tidak melanggar syariat. Contohnya seperti saat berdagang, kejujuran harus dijaga ketika jual beli, tidak boleh seenaknya menaikkan harga.

3. Jujur dalam Menjaga Ketetapan Hati

Jujur dalam ketetapan hati berarti mempertimbangkan semua perbuatan sebelum dilakukan. Jangan sampai apa yang dikerjakan melanggar ketentuan syariat. Ketetapan hati ini akan menghindarkan dari berbagai kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

4. Jujur dalam Berjanji

Allah sangat mencintai orang yang menepati janjinya dan tidak berbuat ingkar. Hal ini tertulis dalam firman Allah pada Q.S Maryam 19:54 yang artinya :

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) dalam Al-Qur’an, sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi.”

Mengingkari janji atau berbohong ketika berjanji merupakan salah satu tanda-tanda orang munafik. Tentu saja hal ini dibenci oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

5. Jujur dalam Menyatakan Kenyataan

Nabi Muhammad mengeluarkan sindiran kepada orang yang berpura-pura dan tidak jujur dalam menyatakan kenyataan. Sabda ini tertulis dalam Hadist Riwayat Muslim yang artinya :

Orang yang merasa kenyang dengan apa yang diterimanya, sama seperti orang yang memakai dua pakaian palsu.”

Dalam menyatakan sebuah pernyataan, hendaklah itu sebuah kenyataan dan bukan yang lain. Kenyataan tidak seharusnya ditutupi hanya untuk pencitraan atau membangun pandangan baik terhadap diri sendiri.

Semua bentuk kejujuran yang dimiliki oleh Rasulullah tentu harus diteladani. Sebagai umatnya sudah menjadi kewajiban untuk mengikuti apa yang dicontohkan oleh beliau.

Kisah Kejujuran Nabi Muhammad

Kisah kejujuran Nabi Muhammad bisa dijadikan contoh untuk mengetahui lebih dalam apa itu jujur. Banyak kisah mengenai kejujuran dari Nabi Muhammad yang diriwayatkan dan dapat langsung diteladani, misalnya seperti :

1. Kisah Kejujuran yang Diriwayatkan oleh Abu Dawud

Diriwayatkan Abu Dawud dari Abdullah bin Hamsa bahwa ia berkata :

“Saya pernah membeli sesuatu dari Rasulullah sebelum ia diangkat menjadi rasul. Saya masih ada sesuatu pembayaran yang tertinggal baginya, saya berjanji akan membawanya kepada beliau di tempatnya.

Kemudian saya lupa dan baru ingat tiga hari setelahnya, kemudian saya datangi dan ternyata beliau masih di tempatnya”.

Hal ini tentu menyusahkan Rasulullah sendiri tetapi, beliau tetap menunggu di tempatnya sesuai yang dijanjikan. Beliau tidak mengingkari dan tetap jujur pada janji yang telah dibuat.

2. Kisah Kejujuran yang Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi

Pada suatu kesempatan, Rasulullah diberikan pertanyaan oleh sahabat. Salah satu dari pertanyaan tersebut berkaitan dengan kejujuran.

Wahai Rasulullah, apakah orang beriman itu bisa berbohong?”

Untuk pertanyaan ini Rasulullah dengan tegas menjawab “Tidak”. (H.R Tirmidzi)

Para cendekiawan muslim sempat bertanya-tanya, sedemikian beratkah hukuman bagi seorang pembohong? Ia tidak dikategorikan kepada golongan orang-orang yang beriman. Dari hadits yang diriwayatkan tersebut tentu bisa diambil kesimpulan bahwa pembohong bukanlah bagian dari orang beriman.

3. Kisah dari Sirah Nabawiyah

Nabi Muhammad sudah sering ikut berdagang sang paman Abdul Muthalib sejak usia 12 tahun. Perjalanan dagang yang diikutinya tidak tanggung-tanggung dan bahkan sampai di negeri yang jauh yaitu Syam.

Sejak usia dini beliau sudah memegang teguh kejujuran bahkan saat berdagang. Ia tidak pernah mengurangi timbangan dan tidak pernah pula memberikan janji berlebihan. Transaksi jual beli yang dilakukan atas dasar sepakat kedua belah pihak dan nabi juga tidak pernah bersumpah atas nama apapun kala itu.

Suatu saat, seorang calon pembeli meragukan kualitas barang yang dijual oleh beliah. Pembeli tersebut meminta nabi untuk melakukan sumpah atas nama Lata dan Uzza. Akan tetapi, tentu beliau tidak mau melakukannya dan berkata :

“Aku tidak pernah bersumpah atas nama Lata dan Uzza sebelumnya”.

Kejujuran ini telah dipegang bahkan jauh sebelum beliau diangkat menjadi utusan Allah. Bahkan sebelum mengenal Allah, beliau tidak pernah menjadikan simbol ketuhanan sebagai sesuatu yang mudah diucapkan begitu saja.

4. Kisah Kesaksian Siti Khadijah R.A

Nabi Muhammad tidak hanya berdagang dengan mengikuti pamannya saja. Berkat kabar kejujuran yang dimiliki menyebar, Siti Khadijah R.A yang seorang bangsawan mempercayai beliau.

Siti Khadijah mempercayakan harta dan dagangannya di tangan Nabi Muhammad untuk berniaga. Pada saat itu, Maisarah yang merupakan pembantu Khadijah mengikuti perjalanan niaga tersebut. Dari Maesarah, diketahuilah sikap kejujuran yang dimiliki Rasulullah dan membuat Khadijah terkesan.

Berangkat dari sini, kemudian Khadijah mengirim pinangan kepada Nabi Muhammad. Sikap menjaga tali kekerabatan Rasulullah juga menjadi salah satu sikap yang membuat Khadijah terkesan.

Kisah ini dituliskan dalam Assiratul Nabawiyyah li ibni Hisyam Al-Ma’ruf sirat Ibni Hisyam Kisah Buhairi.

Contoh Sikap Jujur di Rumah

Untuk menjadikan kejujuran Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan, bisa dimulai dari rumah. Anda bisa memulainya dari hal kecil yang mungkin tampak biasa tetapi, sering dilupakan seperti contoh sikap jujur di rumah berikut :

  • Meminta Izin dengan alasan sebenarnya ketika akan pergi
  • Bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan
  • Mengerjakan pekerjaan rumah yang dibebankan dengan sungguh-sungguh
  • Mengembalikan kelebihan uang dengan tepat
  • Tidak mengatakan “Sudah” ketika diperintah hanya untuk menghindari dimarahi
  • Tetap mengerjakan sesuatu yang diminta tanpa dikurang-kurangi walaupun tidak diawasi

Contoh kejujuran di atas mudah untuk dilakukan dan tanpa perlu usaha berlebih bukan? Jadi, untuk meneladani Rasulullah Anda bisa memulainya dari yang sederhana, kemudian secara perlahan mengikuti sepenuhnya.

Berdasarkan hadis, Al-Qur’an dan kisah yang diriwayatkan, Nabi Muhammad menjunjung tinggi kejujuran. Bahkan, ketika ada sahabat yang bertanya mengenai pembohong, tanpa ragu beliau menggolongkannya ke golongan tidak beriman.

Kejujuran sendiri tidak sebatas kejujuran kata-kata semata. Kejujuran bersikap, bergaul, menyatakan kenyataan, janji, dan ketetapan hati juga dijaga.

Dari berbagai kisah mengenai sikap jujur Nabi Muhammad di atas tentu ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Itu artinya, kejujuran adalah yang utama dan sebaiknya selalu diamalkan. 

4 Sifat Nabi Muhammad yang Harus Dijadikan Suri Tauladan

1. Amanah 2. Tabligh 3. Al-Fatanah 4. As-Shiddiq

Beberapa Sifat jujur Nabi Muhammad

1. Jujur dalam Perkataan 2. Jujur dalam Pergaulan 3. Jujur dalam Menjaga Ketetapan Hati 4. Jujur dalam Berjanji 5. Jujur dalam Menyatakan Kenyataan

Kisah-Kisah Kejujuran Nabi Muhammad

1. Kisah Kejujuran yang Diriwayatkan oleh Abu Dawud 2. Kisah Kejujuran yang Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi 3. Kisah dari Sirah Nabawiyah 4. Kisah Kesaksian Siti Khadijah R.A