Parental burnout merupakan suatu kondisi kelelahan ekstrem yang dialami oleh orang tua, baik ayah maupun ibu. Kondisi ini setidaknya dialami oleh 8-36% orang tua dengan tingkatan dan gejala yang berbeda.

Pada dasarnya, parental burnout adalah sindrom kelelahan yang ditandai dengan kelelahan fisik berlebih, perasaan kewalahan mengurus anak, memiliki jarak emosional dengan anak, hingga terbentuk pikiran telah gagal menjadi orang tua.

Hingga kini penelitian yang membahas terkait apa itu parental burnout masih terus dikembangkan. Banyak pro dan kontra terkait hal ini, terutama karena pemikiran konvensional yang menganggap hal ini tabu.

Walaupun demikian, banyak ahli yang menyatakan pemikirannya terkait sindrom kelelahan yang dialami orang tua ini. Untuk mengenalnya lebih lanjut, di bawah terangkum tanda dan gejala, faktor yang mempengaruhi, fase, hingga cara mengatasi parental burnout yang bisa Anda jadikan referensi.

Tanda dan Gejala Parental Burnout

Secara garis besar, tanda dan gejala seseorang mengalami parental burnout dibedakan menjadi 3 tingkatan. Tingkatan tersebut terdiri atas mild burnout, moderate burnout, dan severe burnout dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Mild Burnout (Kelelahan Ringan)

Kelelahan ringan umumnya disebabkan karena situasi yang berlangsung dalam jangka pendek. Misalkan ketika pasangan Anda bepergian beberapa hari sehingga Anda harus mengurus semuanya sendiri. Bisa juga terjadi ketika anak Anda sakit dan membutuhkan perhatian lebih dari Anda.

Tanda dan gejala yang timbul ketika mengalami mild burnout diantaranya adalah temperamen meningkat dalam jangka pendek, toleransi terhadap masalah memburuk, kurang bisa berpikir jernih, dan seringkali dibarengi dengan gangguan pola tidur.

2. Moderate Burnout (Kelelahan Sedang)

Moderate Burnout

Kelelahan sedang umumnya disebabkan karena gangguan pola tidur yang berturut-turut. Selain itu ada faktor lainnya yang memicu stres, seperti masalah keuangan, keterbatasan waktu merawat anak akibat bekerja, kurang memperhatikan kebutuhan diri sendiri, dan masalah serupa lainnya.

Tanda dan gejala yang timbul pada mild burnout bisa muncul pada moderate dengan tambahan gejala lainnya, seperti sakit kepala, sakit perut, sering kebingungan, gampang lupa, rasa cemas yang berlebih, sering merasa kewalahan dan jenuh mengurus anak, hingga berdampak pada komunikasi dengan orang lain memburuk.

3. Severe Burnout (Kelelahan Parah)

Kelelahan parah umumnya disebabkan karena stres dalam jangka waktu yang berkepanjangan, kelelahan yang berlebih, serta tidak mendapatkan dukungan (baik fisik, emosional, maupun material) dari orang terdekat sehingga berdampak pada ketidakseimbangan hormon.

Tanda dan gejala yang ada pada moderate burnout bisa muncul pada severe burnout dengan tambahan gejala lainnya, seperti insomnia akut, menurunnya gairah seksual, memiliki kecenderungan menjadi obsesif kompulsif, dan tidak mampu menjalankan tugas atau peran pada umumnya.

Faktor yang Mempengaruhi Parental Burnout

Segala sesuatu tentu berkaitan antara sebab dan akibat, tidak terkecuali kehadiran parental burnout ini. Faktor yang mempengaruhinya dibedakan menjadi dua, yaitu faktor yang meningkatkan stres dan faktor yang menurunkan stres orang tua.

Faktor yang meningkatkan stres orang tua, diantaranya:

  1. Dikaruniai dengan karakter mental yang unik dan susah dipahami
  2. Anak lahir dengan kesehatan fisik yang tidak sesuai harapan
  3. Kurang mendapatkan dukungan moral dan material dari orang terdekat, khususnya pasangan
  4. Tidak memiliki tempat untuk mencurahkan isi hati ketika kondisi mental sedang tidak stabil
  5. Memiliki masalah finansial, terutama kekhawatiran tidak dapat membesarkan anak dengan layak
  6. Enggan meminta pertolongan dengan berbagai alasan
  7. Mengurus anak sendirian di rumah
  8. Memiliki sifat perfeksionis yang mendorong diri sendiri menjadi orang tua sempurna setiap sehingga ketika hal tersebut tidak terpenuhi akan merasakan kekecewaan yang berlebihan

Faktor yang menurunkan stres orang tua, diantaranya:

  1. Mendapatkan kasih sayang penuh dari orang terdekat, seperti pasangan dan orang tua
  2. Mendapatkan dukungan dari sahabat, keluarga, dan orang lain yang peduli
  3. Memiliki banyak orang yang bisa dimintai pertolongan ketika diperlukan
  4. Memiliki keterampilan yang baik dalam mengelola emosi
  5. Mampu memprioritaskan jam istirahat di sela waktu mengurus anak
  6. Sudah berpengalaman dalam mengurus anak
  7. Memiliki finansial yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rekreatif
  8. Terbiasa dengan gaya hidup dan pola makan sehat yang cukup nutrisi

Fase dalam Parental Burnout

Parenting merupakan kemampuan yang melatih kesabaran, empati, cinta kasih, memahami, dan hal positif lainnya. Namun di balik itu semua, parenting juga menggambarkan pengorbanan segalanya untuk mengasuh anak.

Di titik tertentu, pengorbanan ini akan terasa sangat melelahkan yang bisa diklasifikasi dalam 5 fase. Diurutkan dari yang paling ringan hingga yang paling berat, fase tersebut terdiri dari Gung-Ho Phase, Phase of Uncertainty, Transition Phase, Pulling Away Phase, dan Chronic Disenchantment Phase.

Untuk lebih jelasnya, berikut terangkum karakteristik dari setiap fase dalam parental burnout:

1. Gung-Ho Phase (Fase Gung-Ho)

Fase ini bermula sejak masa kehamilan dan bisa berlangsung terus di tahun-tahun berikutnya. Di fase ini orang tua mulai menjajal peran baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dengan segala hal baru ini orang tua merasa kewalahan dengan perannya tersebut.

Orang tua akan mencoba banyak cara untuk melakukan semuanya secara mandiri tanpa bantuan dari banyak pihak. Pada fase ini akan terlihat jelas bagaimana metode atau arah pengasuhan anak yang akan dijalankan kelak di kemudian hari.

2. Phase of Uncertainty (Fase Ketidakpastian)

Fase ini ditandai dengan mental orang tua yang penuh dengan keraguan yang terus menerus. Perasaan ini membuat orang tua mudah tergelincir dari fase awal ke fase yang lebih kompleks.

Orang tua akan cenderung mudah marah dan kesal ketika anak melakukan hal yang tidak disukainya. Bahkan mereka bisa marah dan membentak anak sehingga suasana menjadi kurang kondusif.

Di fase ini orang tua dapat mengalami gejala fisik, seperti hipertensi, sakit kepala, sakit punggung, sakit leher, hingga sakit perut.

3. Transition Phase (Fase Transisi)

Fase ini akan menjembatani orang tua menuju fase yang lebih parah dan membahayakan. Membahayakan dalam hal ini tidak hanya berdampak pada anak, tetapi juga kepada orang tua.

Jika pada fase ketidakpastian ini rasa kesal orang tua dilampiaskan langsung pada anak, namun di fase ini sangat berbeda. Orang tua lebih cenderung kesal kepada diri sendiri atas segala hal yang terjadi. Tak jarang orang tua juga menjadi menyalahkan diri sendiri atas keputusan atau sikap yang diambil.

4. Pulling Away Phase (Fase Penarikan)

Pada fase ini orang tua memiliki keinginan untuk menarik diri dari lingkungan keluarga, terutama dari anaknya. Sehingga di fase ini anak mulai kehilangan perhatian dan sosok orang yang seharusnya mendampingi.

Sikap emosional orang tua juga semakin buruk, bahkan cenderung berlebihan ketika merespon kesalahan kecil yang dilakukan anak. Selain mudah marah, orang tua akan lebih sering menyalahkan diri sendiri, kecewa pada kehidupan, hingga membenci pribadinya sendiri.

Karena fase ini merupakan fase yang sangat berat, tak heran banyak orang tua yang melampiaskan emosinya ke hal-hal yang negatif. Orang tua akan rentan mengonsumsi alkohol hingga menjadi pecandu narkoba untuk menyiasati emosinya.

5. Chronic Disenchantment Phase (Fase Kekecewaan Kronis)

Chronic Disenchantment Phase

Fase kekecewaan kronis merupakan fase paling parah dan paling berbahaya dalam tingkatan parental burnout. Di titik ini orang tua akan merasakan dunia ini tampak hampa, kosong, dan tidak memiliki makna apapun.

Kehampaan ini bisa memicu orang tua untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Permasalahan rumah tangga juga akan bermunculan karena penguasaan emosi yang tidak stabil. Selain itu juga ditambah dengan hasrat seksual yang menurun drastis bahkan hilang sama sekali.

Cara Mengatasi Parental Burnout

Mengingat sindrom ini merupakan sesuatu yang sangat merugikan untuk orang tua dan anak, maka Anda sebaiknya lebih waspada akan hal ini. Ada beberapa cara mengatasi parental burnout yang bisa Anda terapkan di rumah, berikut diantaranya:

  • Berkomunikasi dengan pasangan dari hati ke hati untuk melegakan pikiran serta sebagai tempat mencari pertolongan
  • Prioritaskan jam tidur Anda karena tidur yang cukup menjadi landasan hidup yang sehat, tak lupa sempatkan tidur siang sejenak
  • Jangan sungkan untuk meminta pertolongan orang lain jika merasa lelah mengerjakan pekerjaan rumah, baik ke pasangan, orang tua, atau anggota keluarga lainnya
  • Jaga kebugaran tubuh Anda dengan rutin berolahraga, tidak perlu olahraga yang berat, asalkan tubuh tetap bergerak aktif
  • Belajar mengelola emosi positif, bisa dilakukan dengan mendengarkan kajian motivasi atau melakukan yoga dan meditasi secara teratur
  • Mengonsumsi makanan sehat yang kaya nutrisi untuk memenuhi kebutuhan harian tubuh
  • Tetap lakukan hobi atau hal yang Anda senangi untuk meredakan stres
  • Hindari berinteraksi dengan orang yang bisa membuat Anda kecewa
  • Pergi sebentar untuk jalan-jalan, misalkan mengunjungi bioskop atau jalan di mall untuk menghibur diri
  • Bergabunglah dengan grup yang senasib agar sesama orang tua bisa saling memahami emosi dan memberikan dukungan
  • Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga menjadi orang tua, jadi jangan terlalu menuntut dan menyalahkan diri Anda sendiri
  • Jika kondisi semakin memburuk, jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke ahli kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat

Menurut Dr. Oscar Serrallach, penulis The Postnatal Depletion Cure, pada dasarnya orang tua dengan gejala parental burnout membutuhkan 4 hal, yaitu tidur, tujuan, aktivitas, dan nutrisi. Teori ini umum disingkat dengan istilah SPAN (sleep, purpose, activity, nutrition).

Pada dasarnya sindrom ini dapat dicegah dari dalam maupun dari luar. Pencegahan dari dalam dilakukan dengan perawatan diri, olahraga, dan makan sehat. Sedangkan pencegahan dari luar didapat dari dukungan orang terdekat, terutama pasangan.

Menjadi orang tua memang menjadi hal yang menyenangkan dan melelahkan dalam satu waktu. Namun dengan mempelajari parental burnout, Anda sudah selangkah lebih maju untuk mempersiapkan diri dalam berbagai kemungkinan.

Pastikan Anda mengenali gejalanya guna mengambil tindakan pencegahan dan perbaikan yang sesuai. Pastikan untuk mendapatkan penanganan yang tepat, bila perlu Anda bisa berkonsultasi ke pihak yang ahli dalam hal ini.

Semoga rangkuman informasi di atas bisa membantu para orang tua atau kerabat yang sedang mengalami parental burnout. Satu hal yang perlu diingat, orang yang bahagia akan menciptakan peran orang tua bahagia serta anak yang bahagia pula.

 

Apa itu parental burnout?

parental burnout adalah sindrom kelelahan yang ditandai dengan kelelahan fisik berlebih, perasaan kewalahan mengurus anak, memiliki jarak emosional dengan anak, hingga terbentuk pikiran telah gagal menjadi orang tua.

Apa saja Tanda dan Gejala Parental Burnout?

Tanda dan Gejala Parental Burnout Secara garis besar, tanda dan gejala seseorang mengalami parental burnout dibedakan menjadi 3 tingkatan. Tingkatan tersebut terdiri sebagai berikut: 1. Mild Burnout (Kelelahan Ringan) 2. Moderate Burnout (Kelelahan Sedang) 3. Severe Burnout (Kelelahan Parah)

Apa saja karakteristik dari setiap fase parential burnout?

karakteristik dari setiap fase dalam parental burnout: 1. Gung-Ho Phase (Fase Gung-Ho) 2. Phase of Uncertainty (Fase Ketidakpastian) 3. Transition Phase (Fase Transisi) 4. Pulling Away Phase (Fase Penarikan) 5. Chronic Disenchantment Phase (Fase Kekecewaan Kronis)