Papua merupakan pulau yang terletak di bagian timur Indonesia. Luas Pulau Papua adalah 319.036 km, Pulau ini menjadi yang paling luas di Indonesia bahkan jika dihitung 4 kali luas Pulau Jawa. Di Papua Anda akan menemukan banyak hutan jadi tidak heran suhu udara di sana bisa mencapai 28 derajat.

Pulau Papua tidak hanya kaya akan hutan tapi juga bahan tambang dan juga beragam kekayaan alam lainnya. Simak berikut ini fakta menarik tentang Papua.
 

Pulau Papua

Ragam Fakta Menarik Tentang Pulau Papua - Sekolah Prestasi Global
 

1. Ragam Suku di Papua

Papua terkenal karena memiliki banyak sekali suku. Diantaranya ada beberapa suku yang paling terkenal. Ada Asmat, suku ini paling terkenal tidak hanya di Indonesia bahkan luar negeri. Suku Asmat memiliki hasil ukiran yang sangat khas dengan tema nenek moyang dari orang-orang suku tersebut.

Bagi suku Asmat seni ukir adalah perwujudan dari ritual untuk mengenang arwah leluhur. Ada juga suku Amungme yang umumnya tinggal di dataran tinggi Papua. Kehidupan suku ini bergantung pada pertanian yang berpindah-pindah dengan kegiatan berburu dan mengumpul.

Kemudian ada suku Dani, suku ini berada di daerah pegunungan di Kabupaten Jayawijaya dan tinggal di Lembah Baliem. Cara hidupnya bergantung pada pertanian dengan menggunakan perkakas seperti kapak batu atau pisau yang terbuat dari tulang binatang.

Berikutnya ada suku Korowai, suku ini tidak mengenakan koteka dan dikenal sebagai pemburu-pengumpul yang tinggalnya di pohon. Dan ada juga suku Muyu, suku ini hidup dan berkembang di Kabupaten Boven Digoel yang disebut juga sebagai suku Primitive Capitalist. Suku ini dianggap sebagai suku pedalaman yang pintar. Bahkan 45% pegawai negeri sipil berasal dari Suku Muyu yang sangat menghargai pendidikan.
 

2. Tas Rajut Papua yang Diakui UNESCO

Mendengar Noken mungkin anda merasa kata-kata tersebut adalah asing. Namun tidak bagi warga Papua, Noken merupakan tas rajut tradisional asli dari Papua yang dibuat menggunakan jaring. Tas tersebut penggunaannya juga cukup unik yaitu di kepala. Ketika memakai Noken, caranya yaitu dengan digantungkan di dahi agar lebih mudah dibawa.

Tas rajut ini diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia di tahun 2012. Orang-orang Papua menggunakan tas tersebut untuk membawa barang. Seperti hasil ladang yaitu buah-buahan dan sayuran. Bahkan tidak jarang masyarakat Papua membawa bayi menggunakan tas ini. Babi kecil juga sering dimasukkan dalam tas tersebut agar praktis membawanya.
 

3. Tempat Wisata Tidak Hanya Raja Ampat

Bentang alam Pulau Papua dihiasi oleh kekayaan alam yang sangat melimpah. Raja Ampat merupakan tempat wisata populer di Papua, namun tidak hanya itu saja Anda bisa menemukan destinasi wisata lainnya. Misalnya saja Taman Nasional Teluk Cendrawasih dengan luas 1.453.500 hektar yang didominasi oleh perairan. Taman ini menjadi kawasan konservasi terluas di Indonesia. disini terdapat 196 jenis mollusca dan 209 jenis ikan yang bisa langsung Anda saksikan di bawah laut.

Ada juga Danau Sentani yang merupakan danau terbesar di pulau Papua. Danau ini cukup dekat dengan kota Jayapura dengan 21 pulau yang menghiasi danau tersebut. Lembah Baliem yang merupakan tempat tinggal bagi suku Dani juga wajib Anda kunjungi. Lembah ini terletak di pegunungan Jayawijaya dengan ketinggian 1600 mdpl.

Disini anda bisa berinteraksi langsung dengan suku asli yang memakai koteka untuk pria dan rok rumbai untuk wanita. Biasanya di bulan Agustus lembah Baliem memiliki banyak pengunjung karena diadakan Festival Lembah Baliem. Untuk Anda yang suka menjelajahi desa wisata, Papua juga punya Desa Sauwandarek. Di desa ini anda bisa berinteraksi langsung dengan suku asli pesisir. Lokasinya ada di Kabupaten raja Ampat. Yang paling unik dari desa ini memiliki rumah tradisional yang terbuat dari kayu dan atapnya dari jerami.
 

4. Orang Papua Suka Makan Pinang

Masyarakat Papua gemar mengunyah buah pinang. Jika biasanya yang melakukan kegiatan tersebut adalah para orang tua, namun belakangan ini menjadi trend di kalangan anak muda Papua. Tradisi ini dinamakan menginang yang sudah ada turun-temurun sejak berabad lalu.

Mengunyah pinang disebutkan mampu menjaga kesehatan gusi dan gigi. Pinang dan sirih ini dianggap menjadi lambang keakraban dan persaudaraan bagi masyarakat Papua. Pinang juga menjadi simbol bahwa masyarakat cinta terhadap tanah Papua.

Anda akan menemukan buah pinang pada acara-acara besar seperti pernikahan atau kematian. Buah ini wajib disuguhkan oleh pemilik acara. Bagi masyarakat Papua pinang juga dijadikan santapan untuk pencuci mulut setelah makan. Jika di Sumatera, tradisi mengunyah pinang menggunakan biji pinang yang kering. Namun berbeda dengan Papua yang justru menggunakan pinang yang masih mentah.

Masyarakat Papua tidak hanya memakan daging buah pinang tapi juga harus mengunyah kulitnya. Kulit pinang memiliki fungsi untuk membuat daging buah menjadi kesat saat dikunyah agar rasa pinang tidak pahit.
 

5. Ragam Kuliner Papua

Papua juga kaya akan kuliner yang khas dan tidak akan dijumpai di daerah lain. Salah satunya yaitu kue lontar, kue ini dibuat dari olahan susu dan gula yang jika dilihat mirip dengan pie susu. Ada juga ikan bakar Manokwari yang bisa anda temukan di warung warung pinggir jalan di daerah Papua.

Anda wajib mencoba sagu lempeng yang hanya ditemukan di Papua saja. Sagu bertekstur keras ini bisa anda nikmati bersama secangkir teh atau kopi. Selain itu ada Papeda Yang sudah terkenal hingga luar Papua.

Makanan khas ini terbuat dari tepung sagu sehingga teksturnya kental. Sensasi memakan papeda terdapat pada cara makannya yaitu dengan digulung menggunakan gata-gata lalu kuliner ini siap disantap.

Papua juga memiliki kuliner yang ekstrim yaitu sate ulat sagu. Jika sedang ke Papua Anda harus mencoba sate ini karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Konon rasa dari sate ulat sagu ini yaitu manis dan asin dengan tekstur kenyal.

Ada juga sambal yang memiliki nama unik yaitu Colo-colo. Sambal ini asli dari Kota Ambon dan Manado. Namun lebih familiar bagi masyarakat di Papua, bahkan anda bisa menemukan sambal tersebut di sini. Dengan rasa pedas yang khas dan sentuhan rasa asam dari jeruk nipis.

Petatas memiliki arti ubi jalar, ubi Papua ini adalah makanan tradisional pengganti nasi. Masyarakat Papua mampu mengolah ubi jalar menjadi makanan yang lezat. Anda bisa menemukan petatas sebagai makanan pokok sehari-hari di Papua.
 

6. Ritual Bakar Batu

Papua - Sekolah Prestasi Global

Masyarakat Papua memiliki ritual unik yang dinamakan bakar batu. Bakar batu merupakan metode memasak orang Papua yang sampai saat ini masih dilestarikan. Barapen atau bakar batu memiliki tujuan untuk silaturahmi dengan keluarga, memanjatkan rasa syukur dan menyambut kabar bahagia. Tradisi barapen juga dilakukan untuk mengumpulkan prajurit saat akan berperang.

Cara kerja dari ritual bakar batu yaitu menggunakan batu sungai yang disusun kemudian di atasnya ditata makanan yang akan dimasak. Lalu setelahnya api dinyalakan dan makanan ditimpa dengan batu lagi.

Ritual bakar batu masih menggunakan kayu untuk menghasilkan api. Batu dimasukkan ke dalam lubang besar yang kemudian ditutupi dengan dedaunan kering untuk kembali dibakar. Bahan makanan yang akan dimasak juga sebelumnya dibungkus dengan daun talas atau daun pisang.

Umumnya makanan yang dibakar adalah daging atau keladi. Proses memasak dengan cara ini membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk mematangkan makanan. Biasanya menunggu batu menjadi panas adalah proses paling lama.

Maka dari itu biasanya memasak dengan ritual batu menggunakan jumlah makanan yang cukup banyak agar tidak tanggung. Rasa makanan melalui proses bakar batu terasa lebih nikmat dan terdapat karakteristik yang berbeda pada cita rasanya. Seperti membuat tekstur daging tetap lembut tapi cenderung tidak berair.
 

7. Tebu Tanaman Asli Papua

Kondisi geografis Pulau Papua berdasarkan peta membuatnya memiliki kekayaan alam yang beragam. Salah satunya yaitu tebu yang ternyata merupakan tanaman asli dari Papua. Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 1928.

Seseorang bernama Brandes-Jeswiet mempelajari asal-usul tanaman yang sudah diadopsi oleh sebagian besar masyarakat Papua. Tebu digunakan sebagai campuran makanan babi agar cepat gemuk. Lalu kemudian orang-orang kepulauan Pasifik Selatan membawa tebu melewati perjalanan laut.

Tebu memiliki daya tarik yaitu mampu di bawah dalam perjalanan berbulan-bulan tanpa khawatir busuk. Pengolahan tebu menjadi gula membutuhkan waktu yang cukup lama. Awalnya gula tebu berkembang di Persia kemudian ke Mesir dan kerajaan-kerajaan di sekitar laut Mediterania.

Selain tebu ada juga pisang yang memiliki ukuran mirip pisang emas yang ada di pulau Jawa hanya saja warnanya berbeda. Pisang Papua memiliki warna orange kemerahan dan memiliki tanda yang besar.
 

8. Terdapat Mumi Di Papua

Masyarakat Papua ternyata juga memiliki momen ini yang merupakan warisan leluhur budaya Papua. Setidaknya ada lima suku di Papua yang punya tradisi kematian jenazah untuk dijadikan mumi. Yaitu suku Mek , suku Dani, suku Moni, suku Yali dan Suku Mee.

Biasanya jenazah yang dijadikan mumi bukanlah dari orang sembarangan. Jenazah tersebut harus dari orang yang memiliki jasa bagi sukunya. Misalnya saja panglima perang, kepala suku atau orang-orang yang dihormati pada suku tersebut.

Ada pula orang-orang khusus yang ditugaskan untuk menangani mumi. Mulai dari proses pemumian, menyiapkan tempat pelaksanaan pemumian hingga menyiapkan bahan bakar. Pada prosesnya mayat di asapkan dulu dengan menggunakan kayu.

Proses pengasapan menggunakan babi yang baru lahir sebagai tanda waktu. Berhentinya pengasapan ditandai dengan babi yang sudah memiliki taring panjang. Lalu setelahnya dilakukan upacara untuk memandikan para petugas.

Kemudian proses pelepasan mumi dengan mengalungkan ekor babi ke leher mumi. Proses terakhir dari pemumian yaitu pesta bakar batu. Khusus untuk suku Mek, biasanya meletakkan jenazah di atas pohon selama satu tahun untuk menjadikannya mumi secara alami.

Cuaca dingin ketika di atas pohon membuat jenazah awet secara natural, lalu setelahnya diletakkan di dalam gua. Mumi yang ada di Papua umumnya tidak berbaring tetapi memiliki posisi duduk. Konsep ini berdasarkan prasejarah yaitu penguburan dalam posisi duduk seperti bayi dalam kandungan.

Demikian beberapa fakta Pulau Papua yang wajib Anda ketahui terutama masyarakat dari luar pulau tersebut. Dari fakta-fakta ini, tentu anda semakin sadar bahwa Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang sangat unik dengan kekayaan alam dan tradisi yang sangat beragam.
 
Baca Juga : 21 Macam Macam Tari Tradisional dari Seluruh Indonesia
 

Bagaimana Ragam Suku di Papua?

Papua terkenal karena memiliki banyak sekali suku. Diantaranya ada beberapa suku yang paling terkenal. Ada Asmat, suku ini paling terkenal tidak hanya di Indonesia bahkan luar negeri. Suku Asmat memiliki hasil ukiran yang sangat khas dengan tema nenek moyang dari orang-orang suku tersebut. Bagi suku Asmat seni ukir adalah perwujudan dari ritual untuk mengenang arwah leluhur. Ada juga suku Amungme yang umumnya tinggal di dataran tinggi Papua. Kehidupan suku ini bergantung pada pertanian yang berpindah-pindah dengan kegiatan berburu dan mengumpul. Kemudian ada suku Dani, suku ini berada di daerah pegunungan di Kabupaten Jayawijaya dan tinggal di Lembah Baliem. Cara hidupnya bergantung pada pertanian dengan menggunakan perkakas seperti kapak batu atau pisau yang terbuat dari tulang binatang. Berikutnya ada suku Korowai, suku ini tidak mengenakan koteka dan dikenal sebagai pemburu-pengumpul yang tinggalnya di pohon. Dan ada juga suku Muyu, suku ini hidup dan berkembang di Kabupaten Boven Digoel yang disebut juga sebagai suku Primitive Capitalist. Suku ini dianggap sebagai suku pedalaman yang pintar. Bahkan 45% pegawai negeri sipil berasal dari Suku Muyu yang sangat menghargai pendidikan.

Apakah benar Tempat Wisata di papua Tidak Hanya Raja Ampat?

Bentang alam Pulau Papua dihiasi oleh kekayaan alam yang sangat melimpah. Raja Ampat merupakan tempat wisata populer di Papua, namun tidak hanya itu saja Anda bisa menemukan destinasi wisata lainnya. Misalnya saja Taman Nasional Teluk Cendrawasih dengan luas 1.453.500 hektar yang didominasi oleh perairan. Taman ini menjadi kawasan konservasi terluas di Indonesia. disini terdapat 196 jenis mollusca dan 209 jenis ikan yang bisa langsung Anda saksikan di bawah laut. Ada juga Danau Sentani yang merupakan danau terbesar di pulau Papua. Danau ini cukup dekat dengan kota Jayapura dengan 21 pulau yang menghiasi danau tersebut. Lembah Baliem yang merupakan tempat tinggal bagi suku Dani juga wajib Anda kunjungi. Lembah ini terletak di pegunungan Jayawijaya dengan ketinggian 1600 mdpl. Disini anda bisa berinteraksi langsung dengan suku asli yang memakai koteka untuk pria dan rok rumbai untuk wanita. Biasanya di bulan Agustus lembah Baliem memiliki banyak pengunjung karena diadakan Festival Lembah Baliem. Untuk Anda yang suka menjelajahi desa wisata, Papua juga punya Desa Sauwandarek. Di desa ini anda bisa berinteraksi langsung dengan suku asli pesisir. Lokasinya ada di Kabupaten raja Ampat. Yang paling unik dari desa ini memiliki rumah tradisional yang terbuat dari kayu dan atapnya dari jerami.

Bagaimana Ritual Bakar Batu di Papua?

Masyarakat Papua memiliki ritual unik yang dinamakan bakar batu. Bakar batu merupakan metode memasak orang Papua yang sampai saat ini masih dilestarikan. Barapen atau bakar batu memiliki tujuan untuk silaturahmi dengan keluarga, memanjatkan rasa syukur dan menyambut kabar bahagia. Tradisi barapen juga dilakukan untuk mengumpulkan prajurit saat akan berperang. Cara kerja dari ritual bakar batu yaitu menggunakan batu sungai yang disusun kemudian di atasnya ditata makanan yang akan dimasak. Lalu setelahnya api dinyalakan dan makanan ditimpa dengan batu lagi. Ritual bakar batu masih menggunakan kayu untuk menghasilkan api. Batu dimasukkan ke dalam lubang besar yang kemudian ditutupi dengan dedaunan kering untuk kembali dibakar. Bahan makanan yang akan dimasak juga sebelumnya dibungkus dengan daun talas atau daun pisang. Umumnya makanan yang dibakar adalah daging atau keladi. Proses memasak dengan cara ini membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk mematangkan makanan. Biasanya menunggu batu menjadi panas adalah proses paling lama. Maka dari itu biasanya memasak dengan ritual batu menggunakan jumlah makanan yang cukup banyak agar tidak tanggung. Rasa makanan melalui proses bakar batu terasa lebih nikmat dan terdapat karakteristik yang berbeda pada cita rasanya. Seperti membuat tekstur daging tetap lembut tapi cenderung tidak berair.