Berbagai cerita jenaka Abu Nawas memang bagus untuk dipelajari. Meskipun nyata dan tidaknya isi cerita masih sering dipertanyakan, tapi ada banyak kebaikan yang mungkin bisa Anda dapatkan.

Sebelum kami bagikan beberapa contoh 1001 kisah Abu Nawas yang jenaka, Anda perlu tahu sekilas tentang sosok ini.

Darimana Asal Cerita Abu Nawas?

Sejumlah kisah Abu Nawas yang berkembang di masyarakat merujuk pada sosok nyata seorang sufi yang lahir pada 750 Masehi.

Beberapa daerah menjadi latar belakang hidup dan kisah Abu Nawas, seperti Baghdad, Basrah, serta Kufah. Ketiganya dahulu merupakan pusat kekuasaan dan peradaban Islam.

Pada masa itu, Abu Nawas terkenal sebagai seorang penyair Arab yang namanya cukup harum. Ia juga dekat dengan Khalifah Harun Ar Rasyid, salah seorang penguasa di zaman Kekhalifahan Abbasiyyah.

Adapun kisah yang hari ini banyak ditemukan, umumnya bersumber pada buku dongeng Kisah Seribu Satu Malam (Alfu Lailatin Wa Lailah). Berikut ini beberapa kisah populer dari kumpulan kisah Abu Nawas yang dapat Anda ambil hikmahnya.

Kisah Abu Nawas Mengerjai Gajah

Ketika berjalan-jalan dengan santai, Abu Nawas menemukan orang-orang berkerumun. Terdorong rasa penasaran, Ia lalu bertanya kepada salah seorang di antara mereka.

“Apa yang terjadi ini?” Abu Nawas bertanya.

“Oh, disini lagi ada pertunjukan yang menampilkan gajah ajaib,” jawab orang yang ditanya.

“Hah? Memangnya, apa ajaibnya?” tanya Abu Nawas lagi.

“Begini, gajah itu mampu memahami bahasa manusia. Hebatnya lagi, gajah itu juga hanya mau patuh kepada pemiliknya. Selain itu, ia tidak mau.” jawabnya.

Mendengar penjelasan orang tersebut, Abu Nawas jadi semakin ingin tahu. Maka, Ia langsung mendekat untuk melihat langsung keajaiban yang diceritakan.

Ketika sampai, ia melihat pemilik gajah ajaib tersebut memberikan tantangan kepada orang-orang yang mengelilinya.

“Ayo, siapa yang bisa membuat gajah patuh dan menganggukan kepalanya, maka aku akan memberikan hadiah besar!”

Merasa tertantang, satu per satu orang berusaha menjawab tantangan pemilik gajah. Sayangnya, dari semua yang mencoba, tidak ada yang berhasil.

Akhirnya, Abu Nawas terpanggil untuk ikut mencoba. Maka, majulah Ia ke depan gajah tersebut. Ia mendekat dan mengajak gajah untuk berbicara.

“Hai gajah, tahukah kamu, siapa aku?” Gajah menjawabnya dengan gelengan kepala.

“Hai gajah, apakah kamu takut dengan aku?” Lagi-lagi, gajah menggelengkan kepalanya.

“Kalau begitu, takutkah kamu kepada tuan yang memilikimu?” Gajah tampak menunjukan keraguan, tidak tegas menggelengkan kepala atau menganggukan kepala.

“Ayo, jawablah gajah! Kalau kamu tidak menjawab, aku bakal laporkan kamu ke pemilikmu!” Kata Abu Nawas dengan nada mendesak.

Mendapatkan desakan bernada ancaman dari Abu Nawas, gajah ternyata menganggukan kepala karena sejatinya ia memang takut kepada pemiliknya. Pada saat bersamaan, ia lupa bahwa pemiliknya memerintahkan untuk tidak menganggukan kepala.

Melihat peristiwa tersebut, semua orang yang berkerumun dan menyaksikan bersorak sorai. Sebaliknya, pemilik gajah tampak kesal dan marah hingga memukul gajahnya. Kemudian, Ia pun pulang.

Keesokan harinya, pemilik gajah membuat pertunjukan ulang dengan niat membalaskan kejadian memalukan yang Ia alami kemarin. Bedanya, kali ini pemilik menantang orang-orang membuat gajahnya menggelengkan kepala.

“Ayo, hari ini, tantangan kembali aku berikan. Siapa yang mau mencoba untuk membuat gajahku patuh? Aku akan berikan hadiah besar lagi bagi yang mampu!” ujar pemilik gajah.

Orang-orang kemudian tertarik lagi untuk memenuhi tantangannya. Namun, tidak ada yang sanggup memenuhinya. Akhirnya, Abu Nawas kembali turun untuk menjawab tantangan.

Lagi-lagi, Abu Nawas memulai usahanya dengan mengajukan berbagai pertanyaan.

“Hai Gajah, kamu tau siapa aku?” tanya Abu Nawas.

Gajah menjawab dengan anggukan kepala.

“Hai Gajah, takutkah kamu denganku?” tanya Abu Nawas lagi.

Untuk kedua kalinya, gajah mengangguk.

“Di tanganku ada balsem. Tahukah kamu apa gunanya benda ini?”

Lagi-lagi, gajah mengangguk.

“Seandainya balsem ini aku gosokkan ke badanmu, bolehkah?”

Gajah mengangguk lagi dan Abu Nawas menggosokan nya sampai gajah itu itu merasakan kepanasan dan tidak nyaman. Lalu, Abu Nawas mengeluarkan lagi balsem dari sakunya dan kembali bertanya.

“Bagaimana jika balsem ini aku gosokkan lagi ke seluruh badanmu sampai habis?” tanyanya.

Saat itu, gajah langsung takut karena sudah tahu betapa panasnya balsem. Kemudian, secara spontan gajah menggelengkan kepalanya.

Untuk kedua kalinya, Abu Nawas kembali berhasil menaklukan gajah serta mendapatkan hadiah.

Kisah Abu Nawas dan Raja Ikut Mengemis

Cerita Jenaka Abu Nawas

Cerita Abu Nawas ini bermula dari panggilan Sang Raja yang membutuhkan bantuannya.

Ketika itu, Abu Nawas dan istrinya sedang menikmati suasana santai di teras rumahnya. Tiba-tiba, datanglah pengawal raja yang menyampaikan pesan dari pemimpinnya. “Abu Nawas, kami diminta raja untuk mengundangmu ke istana,” kata pengawal.

Sebagai rakyat yang baik, Abu Nawas bergegas untuk menuju istana untuk memenuhi panggilan raja. Hingga, sampailah Abu Nawas di hadapan raja.

“Wahai Raja, bantuan apa yang engkau minta dariku?” tanya Abu Nawas.

“Jadi begini Abu Nawas. Aku mendapatkan informasi bahwa ada seorang bangsawan kaya bernama Tuan Kabul yang sangat kikir hingga tidak mau mengeluarkan zakat yang menjadi kewajibannya. Aku ingin meminta solusi kepadamu,” kata Raja.

“Kenapa Tuan Raja tidak memanggilnya langsung ke istana lalu memberikan hukuman kepadanya?” usul Abu Nawas.

“Memang benar, itu bisa jadi solusi. Namun sebagai raja, aku ingin solusi yang lebih halus. Kalau aku masih bisa mengubah perilakunya dengan cara halus, tentu tak perlu menghukumnya. Terlebih lagi, aku ingat bahwa Tuan Kabul ini dulu orang yang senantiasa bayar zakat, bahkan rajin dalam sedekah,” kata Raja.

“Baiklah kalau begitu, hamba minta beberapa hari sebagai waktu untuk berpikir,” jawab Abu Nawas.

Setelah itu, Abu Nawas pulang dan berpikir untuk mendapatkan cara paling halus dalam menyadarkan Tuan Kabul.

Hingga hari yang sudah ditentukan, Abu Nawas kembali ke istana dan menyampaikan idenya kepada Raja.

“Wahai Tuan Raja, hamba sudah mendapatkan ide. Hanya saja, hamba memiliki syarat. Syaratnya, Tuan Raja mesti ikut dalam perjalanan menuju Tuan Kabul dan menggunakan pakaian seperti pengemis. Nanti, kita akan menyamar menjadi pengemis,” ujar Abu Nawas.

Akhirnya, Raja menyetujuinya. Mereka berdua kemudian pergi menuju tempat tinggal Tuan Kabul dengan pakaian layaknya pengemis.

Saat keduanya sampai dan bertemu Tuan Kabul, mereka menjalankan rencananya.

“Tuan, tolonglah. Apakah tuan punya uang recehan?” Tanya Abu Nawas.

“Tidak, aku tak punya,” kata Tuan Kabul.

“Bagaimana dengan remah-remah roti kering? Apakah Tuan memilikinya untuk mengganjal perut kami yang kelaparan?” Tanya Abu Nawas lagi.

“Tidak!” Jawab Tuan Kabul dengan nada semakin ketus.

“Bagaimana dengan segelas air?”

“Tidak punya! Sudah kubilang, aku itu tidak punya apapun!” Tuan Kabul tampak marah kali ini.

Kali ini, Abu Nawas tak lagi meresponnya dengan meminta, melainkan memberikan pertanyaan yang membuat Tuan Kabul berpikir.

“Kalau Tuan memang tidak punya apapun, mengapa Tuan tidak menjadi pengemis saja lalu ikut bersama kami?” Tanya Abu Nawas retoris.

Mendengar itu, Tuan Kabul merasa tersentuh. Kesal, marah, tersinggung, sekaligus sedih, semuanya tercampur dalam perasaan dan pemikirannya.

Ia tiba-tiba flashback kembali ke masa lalunya ketika belum kaya raya. Ia mengingat memori saat masih rajin sedekah dan berbuat baik. Padahal, saat itu ia dalam kondisi miskin.

Lalu, Ia membandingkannya dengan kondisinya hari ini yang kaya raya namun enggan berbagi. Lalu, tak lama Ia meneteskan air matanya.

Raja yang berpura-pura mengemis, kemudian ikut berbicara, “Bagaimana Tuan? Tuan mau jadi orang kaya atau miskin? Kalau mau kaya, rajinlah sedekah dan penuhilah zakat. Sebaliknya, kalau tidak mau kaya, lebih baik mengemis saja.” kata Sang Raja.

Pada akhir pertemuan, Abu Nawas membacakan ayat Al-Quran tentang ancaman Allah SWT bagi orang yang enggan bayar zakat dan kikir.

Tuan Kabul akhirnya semakin tersentuh. Ia kemudian berubah dan menjadi bangsawan yang dermawan dan rajin berbagi.

Kisah Abu Nawas Tentang Hartawan Lalim

Cerita Abu Nawas selanjutnya tentang seorang pemuda yang pada mulanya orang biasa, tiba-tiba menjadi kaya. Ia mendapatkan warisan dalam jumlah besar sehingga mampu membangun rumah besar dan menggaji banyak pembantu.

Namun, alih-alih menjaga dan mengelola harganya dengan baik, pemuda ini justru menghabiskan harinya dengan foya-foya bersama teman-temannya hingga akhirnya uangnya habis tak bersisa. Bahkan, ia tak bisa lagi membayar gaji pembantunya.

Akhirnya, Ia datang kepada Abu Nawas dan meminta nasehatnya.

“Hai Abu Nawas, sekarang uang milikku semuanya sudah habis. Bahkan, semua temanku juga pergi menjauh. Apa yang harus aku lakukan saat ini?” Tanyanya.

“Tenang saja anak muda. Nanti, semuanya akan kembali lagi sebagaimana mulanya. Kamu hanya perlu menunggu saja dalam waktu dekat.” Jawab Abu Nawas.

“Apa maksudnya aku akan kembali menjadi kaya raya?” Tanya si pemuda.

“Jangan salah paham. Maksudku, dalam waktu dekat kamu akan terbiasa lagi menjadi orang miskin dan tak punya banyak teman.” Jawab Abu Nawas lagi.

Mendengarnya, pemuda itu tertunduk lesu. Kemudian, Abu Nawas memberikan berbagai penjelasan dan nasihat agar si pemuda menjadi manusia yang lebih bersyukur dan bisa mengelola harta dengan benar.

Kisah Abu Nawas Tidak Tahu Jalan

Cerita Abu Nawas

Kumpulan cerita Abu Nawas terakhir ini sangat singkat namun jenaka. Cerita lucu Abu Nawas ini bermula ketika ada seseorang asing yang datang membawa maksud seolah melecehkannya.

“Hai Abu Nawas, kapan Anda meninggalkan dunia ini?” Tanya orang asing.

“Lho, kok kamu bertanya seperti itu?” Abu Nawas bertanya balik karena merasa tersinggung.

“Oh begitu. Tidak ada apa-apa kok, saya hanya mau menitipkan surat untuk ayah saya yang sudah meninggal terlebih dahulu, bisakah?” Kata orang asing lagi.

“Kalau begitu, sangat disayangkan. Soalnya, aku tidak mengetahui jalan untuk ke neraka jahannam. Sebaiknya, kamu titipkan saja suratmu itu kepada orang lain!” Jawab Abu Nawas.

Mendapatkan jawaban dari Abu Nawas, orang asing itu akhirnya merasa kesal sekaligus malu. Setelah itu, Ia pun pergi meninggalkan Abu Nawas.

Demikianlah empat cerita jenaka Abu Nawas yang bisa kami bagikan. Setiap orang, pasti memiliki pemaknaan yang berbeda tentang kisah-kisah Abu Nawas. Namun mudah-mudah, semuanya bisa memberikan pelajaran bermanfaat!

Baca Juga: 10 Pentingnya Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak 

Kapan Abu Nawas Lahir?

Abu Nawas lahir pada 750 Masehi

Apa nama cerita kisah Abu Nawas yang menceritakan tentang seorang pemuda yang tiba-tiba menjadi kaya?

Nama kisah tersebut adalah Kisah Abu Nawas Tetang Hartawan Lalim

Siapakah Abu Nawas pada masa itu?

Pada masa itu, Abu Nawas terkenal sebagai seorang penyair Arab yang namanya cukup harum