“Kamu nakal banget sih!” atau “Dasar anak bandel!” Pernahkah Anda mengatakan dua kalimat tersebut kepada anak? Jika pernah, tahukah Anda jika ucapan tersebut sebenarnya tidak baik untuk perkembangan mental anak?

Yuk simak alasan mengapa tidak boleh menyebut nakal pada anak, dan cara orang tua menyikapi sifat anak pada penjelasan berikut ini.

Alasan Tidak Boleh Memanggil Anak Nakal

1. Merusak Mental Anak

Tahukah Anda ucapan orang sekitar dapat mempengaruhi mental anak? Jika anak terus-menerus menerima perkataan negatif, ia akan terus memikirkannya. Keadaan ini membuat anak merasa tertekan sehingga memengaruhi kesehatan mental dan kepribadiannya.

Kemungkinan terburuk dari kesehatan mentalnya adalah anak bisa stres bahkan sampai depresi. Anak akan terus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu membanggakan Anda, orang tuanya.

Selain itu, stres juga dapat beresiko membuat nafsu makan anak berkurang, kurang tidur, dan prestasi menurun. Sulitnya anak berkonsentrasi dalam belajar, juga bisa berpengaruh pada prestasi anak di sekolah.

Adapun ciri-ciri anak stres adalah sebagai berikut:

1. Menjadi Penakut

Anak tiba-tiba menjadi penakut? Bisa jadi ini adalah gejala stres yang anak alami, lho! Anak akan takut sendiri, atau takut berada di tempat yang gelap.

2. Anti Sosial atau Menarik Diri dari Lingkungan

Anda sering melihat anak tiba-tiba mengurung diri di kamar? Atau malas untuk bepergian dan memilih tinggal di rumah? Tindakan ini bisa jadi adalah akibat stres yang anak alami.

3. Berperilaku Negatif

Apakah Anda heran dengan tindakan anak akhir-akhir ini, seperti suka marah-marah, menangis, atau mudah tersinggung? Perubahan suasana hati in bisa jadi karena efek stres anak.

4. Perubahan Nafsu Makan

Sama seperti orang dewasa lainnya, ketika stres ada kemungkinan anak kurang nafsu makan. Ada juga anak menjadi sering makan akibat efek stres.

5. Susah Tidur

Pada tingkat stres tertentu, bisa membuat anak susah tidur bahkan bermimpi buruk. Anak akan terbangun tengah malam sehingga sulit baginya untuk tidur kembali. Kurang tidur juga dapat mempengaruhi suasana hati anak menjadi buruk.

6. Sulit untuk Fokus

Terlalu beratnya masalah yang ia pikirkan membuat ia sulit untuk fokus. Selain mengganggu aktivitas belajar, sulit fokus juga berpengaruh pada kegiatan sehari-harinya.

7. Mengompol Tiba-Tiba

Gejala lain yang mungkin menjadi tanda stres adalah anak memiliki kebiasaan mengompol kembali. Karena stres, kebiasaan anak yang dulu bisa kembali lagi.

8. Muncul Gejala Sakit yang Tidak Diketahui Alasan Jelasnya

Anak tiba-tiba mual atau pusing? Setelah membawa ke rumah sakit, dokter tidak menemukan alasan jelasnya? Bisa jadi ini adalah itu adalah reaksi tubuh terhadap stres.

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk tidak boleh menyebut nakal pada anak. Kenali perilaku dan kebiasaan anak untuk menghindari kerusakan mental pada dirinya.

2. Memiliki Sifat yang Agresif

Selain mengalami kerusakan mental, kemungkinan lainnya adalah anak memiliki sifat agresif. Karena sering menerima perkataan negatif akan dirinya, anak akan menolak penilaian tersebut. Sehingga akan timbul rasa tidak mau kalah dalam dirinya.

Perlu Anda ketahui bahwa sikap agresif adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Perilaku ini bisa melalui perkataan (verbal) atau tindakan fisik (non verbal).

Contoh perilaku agresif verbal yaitu:

  • Suka menghina atau mengejek orang lain
  • Menyebar rumor jahat tentang orang lain
  • Menolak menjawab pertanyaan dengan baik
  • Tidak mau berbicara dengan orang lain

Contoh perilaku agresif non verbal yaitu:

  • Suka memukul, menendang orang lain
  • Membuat perangkap untuk orang lain
  • Sering berdemonstrasi
  • Menolak melakukan tanggung-jawab atau tugas yang wajib ia kerjakan

Tenang saja, sikap agresif mudah untuk Anda mengerti kok. Beberapa tanda anak memiliki sikap agresif adalah sebagai berikut:

  1. Tidak sabaran
  2. Mudah tersinggung
  3. Mengutarakan perasaannya tanpa memikirkan perasaan orang lain
  4. Berbicara cepat dan lebih banyak membicarakan dirinya sendiri
  5. Mudah jengkel jika tujuannya tidak tercapai
  6. Sering bersikap sok tau
  7. Sulit untuk menjadi bagian kelompok
  8. Sering berkelahi atau berdebat
  9. Cenderung memberontak terhadap peraturan yang telah ditetapkan
  10. Kurang bertanggung jawab
  11. Menyampaikan perasaan secara meledak-ledak

Oleh karena itu, tidak memanggil anak nakal pada anak berpotensi untuk menghindarkan anak dari sikap agresif.

3. Merasa Minder

Tidak Boleh Berkata Nakal - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Johnstocker On Envato

Banyak hal yang belum anak ketahui mengenai dunia, khususnya dalam panca indra seperti mencium, meraba, melihat, merasa, dan mengecap. Oleh karena itu, anak menjadi penasaran dan ingin mencoba semuanya tanpa ia tahu dampak dari perbuatannya.

Sebagai contoh, seorang anak melempar laptop ibunya dengan batu sehingga layarnya pecah. Karena ibunya kesal, ibunya memarahinya dan menyebut ia nakal. Keesokan harinya dengan kasus yang mirip, anak tersebut melakukan tindakan yang mengesalkan ibunya.

Dan ibunya juga melakukan hal yang sama kepada Sela bahkan sampai merendahkan diri Sela. Tindakan ini bisa membuat anak merasa minder akibat label yang diberikan oleh orang terdekatnya.

Karena cap tersebut, ia akan sulit untuk percaya diri dalam kelompok atau melakukan tanggung-jawabnya. Ini dia beberapa ciri anak minder:

  1. Sering menghindar saat berinteraksi dalam kelompok
  2. Berperilaku kekanak-kanakan sehingga sering kena bullying di sekolah
  3. Sulit menerima kesalahannya sendiri sehingga sering menyalahkan orang lain atas kegagalan yang ia alami
  4. Prestasi akademik kurang memuaskan karena tidak percaya akan kemampuan dirinya sendiri
  5. Perubahan suasana hati yang drastis sehingga mudah stres
  6. Suka memerintah

Bersikap kasar pada anak tidak akan membuat anak menjadi lebih baik. Oleh karena itu tidak boleh berkata anak nakal.

Cara Menyikapi Perilaku Anak

Alasan Tidak Boleh Memanggil Anak Nakal - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by DragonImages On Envato

Anda telah mengetahui beberapa alasan mengapa tidak boleh menyebut nakal pada anak. Berikut beberapa cara untuk menyikapi perilaku anak ketika melakukan tindakan yang kurang sesuai.

1. Jaga Suasana Hati

Seburuk apapun perasaan Anda, jangan pernah kasar terhadap anak. Marah sambil berteriak justru menghasilkan nilai yang nihil pada tindakan anak. Anda bahkan akan mendapat perlawanan dari anak.

Sebisa mungkin berikan perintah positif ketika anak melakukan tindakan tidak sesuai.

Usahakan Anda tidak pernah bertindak kasar di depan anak. Karena apa yang Anda lakukan kemungkinan besar akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, penting untuk menjaga suasana hati.

2. Validasi Alasan Anak Melakukan Tindakan Buruk

Daripada menghakimi anak secara ekstrim, lebih baik mendengarkannya terlebih dahulu. Ajak anak untuk berunding dan menjelaskan apa yang ia rasakan.

Dengan mengetahui alasan anak melakukan tindakan tersebut, tentu bermanfaat untuk membantu Anda dalam bertindak selanjutnya.

3. Berikan Penjelasan yang Spesifik

Setelah mengetahui alasan anak melakukan tindakan tidak baik, Anda bisa memberikan penjelasannya mengenai tindakannya.

Seperti contoh di atas, Anda bisa memberitahu bahwa laptop akan rusak jika dilempar dengan benda. Jelaskan bahwa tindakannya tersebut salah. Beri tahu bahwa laptop adalah benda yang penting untuk Anda dan sebaiknya dirawat dengan baik.

Jika sudah terjadi, ada baiknya tenangkan diri Anda terlebih dahulu. Jangan meluapkan emosi kepada anak, karena ia belum sepenuhnya mengerti. Setelah tenang, berikanlah arahan kepada anak dengan sabar.

4. Gunakan Bahasa Tubuh untuk Mendukung Penjelasan

Sambil menjelaskan secara spesifik, ada baiknya Anda menggunakan gestur tubuh. Anda bisa memegang tangannya, atau menyentuh bahunya ketika menjelaskan.

Jangan lupa tatap mata anak untuk menunjukkan betapa tulusnya Anda berbicara kepadanya.

5. Berikan Contoh yang Konsisten

Jika Anda sudah memberitahu bahwa laptop harus dirawat, tunjukkanlah bahwa Anda memang merawat laptop tersebut. Misalnya, Anda tidak meletakkan laptop sembarangan, memegang laptop dengan baik, rutin membersihkannya, dan sebagainya.

Dengan melihat kebiasaan ini anak, secara tidak langsung anak akan merasa bahwa laptop memang hal yang penting untuk Anda.

6. Ajarkan Konsekuensi

Pernahkah Anda dalam keadaan sudah menjelaskan dampaknya namun anak tetap mengulangi kesalahan yang sama? Anda tidak perlu memarahi anak. Cukup ajarkan ia konsekuensi dari tindakan yang telah ia buat.

Berikan penjelasan mengenai konsekuensi dari perbuatannya tersebut dengan sabar. Jangan pernah bosan dalam menasehati anak karena ia memang butuh pengarahan Anda sebagai orangtuanya.

7. Jangan Enggan untuk Minta Maaf

Anda sudah terlanjur memarahi anak? Jangan enggan untuk minta maaf, lho! Orang tua juga manusia yang tidak luput dengan kesalahan.

Dengan meminta maaf, secara tidak langsung menanamkan rasa saling menghargai pada diri anak. Selain itu, hubungan Anda dengan anak menjadi lebih erat sehingga menimbulkan rasa empati. Rasa tanggung jawab juga akan terpupuk dalam pribadi anak.

Oleh karena itu, beberapa tips ini untuk meminta maaf kepada anak adalah sebagai berikut.

  1. Tuluslah dalam meminta maaf
  2. Jelaskan secara detail mengapa Anda melakukan kesalahan atau tindakan tersebut.
  3. Tidak memandang kesalahan kecil atau besar, tetaplah minta maaf
  4. Selain memberikan konsekuensi pada anak, Anda juga harus memberikan konsekuensi pada dirimu sendiri jika melakukan kesalahan yang sama

Dengan ini, anak tidak akan segan untuk mengkritik Anda sehingga Anda dapat dengan mudah mengetahui perasaan anak.

8. Perbanyak Quality Time dengan Anak

Pada saat suasana hati sedang tidak baik, sulit bagi anak untuk mengungkapkan perasaannya pada orang lain. Kehadiran orang spesial dalam hidupnya dapat membantunya untuk mengutarakan perasaannya.

Oleh karena itu, jalinlah kedekatan yang mendalam pada anak agar ia mempercayai Anda sebagai orang spesialnya.

Adapun beberapa ide untuk quality time dengan anak yaitu:

  • Bercerita kepada anak sebelum tidur, bisa dongeng atau kegiatan Anda sehari-hari
  • Menonton film animasi bersama keluarga inti
  • Mengajarkan anak masakan yang ringan dan mudah
  • Kalau bisa, sempatkan untuk makan bersama sambil berbicara ringan
  • Bertelepon atau video call dengan saudara jauh
  • Bercerita tentang silsilah keluarga dari pihak ibu dan ayah atau menceritakan masa kecil ibu dan ayah
  • Tanyai kegiatannya sehari-hari dan bagaimana perasaannya dalam menjalani hari
  • Ajak anak untuk melakukan aktivitas kesukaan Anda seperti karaoke, menanam, membaca, atau bersih-bersih

Kesimpulan

Penting bagi Anda untuk tidak boleh menyebut nakal pada anak. Beberapa alasan tidak boleh memanggil anak nakal yaitu merusak mental anak, memiliki sifat yang agresif, dan merasa minder.

Anda sebaiknya memberikan penjelasan yang spesifik ketika anak melakukan kesalahan. Gunakan bahasa tubuh yang mendukung Anda dalam memberikan penjelasan. Anda juga dapat memberikan contoh baik yang konsisten terhadap anak.

Silahkan ajarkan anak konsekuensi terhadap tindakan buruk yang telah terjadi berulang. Anda juga tidak usah sungkan untuk meminta maaf jika sudah terlanjur memarahi anak secara kasar. Tetap jaga suasana hati Anda ketika menanggapi tindakan anak.

Baca Juga: 10 Pentingnya Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak

Apa yang membuat orang tua tidak boleh menyebut nakal pada anak?

Meski kerap berbuat seenaknya, namun orang tua sebaiknya tidak memanggil anak nakal pada anak, karena bisa berdampak buruk. yaitu merusak mental anak, memiliki sikap lebih agresif dan merasa minder.

Sikap agresif adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Apa saja perilaku agresif yang dapat dilakukan anak?

Perilaku agresif yang dapat dilakukan anak melalui perkataan (verbal) atau tindakan fisik (non verbal).

Tips apa saja yang dapat dilakukan orang tua untuk meminta maaf pada anak?

Beberapa tips untuk meminta maaf kepada anak adalah sebagai berikut.

  1. Tuluslah dalam meminta maaf.
  2. Jelaskan secara detail mengapa Anda melakukan kesalahan atau tindakan tersebut.
  3. Tidak memandang kesalahan kecil atau besar, tetaplah minta maaf.
  4. Selain memberikan konsekuensi pada anak, Anda juga harus memberikan konsekuensi pada dirimu sendiri jika melakukan kesalahan yang sama.