Selain membutuhkan ilmu dan persiapan yang matang, mengurus dan mendidik anak pun membutuhkan kematangan emosi dan kesabaran ekstra.

Pasalnya, seringkali anak-anak belum bisa mengendalikan emosinya dengan baik sehingga terkadang membuat kita pun turut jengkel atau lepas kendali.

Lantas bagaimana cara mengendalikan emosi anak dan membantu mereka meredakannya? Mari simak pembahasannya.

Kesalahan-Kesalahan Umum

Tantrum adalah tindakan luapan emosi yang tidak terkontrol dan biasanya diiringi tangisan, teriakan, serta/atau perilaku enggan diatur. Tantrum biasanya dilakukan oleh anak-anak kecil dan intensitas serta frekuensinya berkurang seiring bertambahnya umur.

Namun jika tidak kita tangani dengan baik saat anak masih kecil, perilaku ini bisa terbawa hingga ia remaja oleh dewasa.

Berikut kesalahan-kesalahan yang umumnya orang tua lakukan ketika anak tantrum:

· Memberi Perhatian pada Tantrum

Menurut CDC (Center for Disease Control and Prevention, badan yang mengurusi masalah penanggulangan dan antisipasi penyakit di AS), memberi perhatian lebih pada anak saat tantrum hanya akan membuatnya semakin menjadi-jadi.

Kaidahnya adalah perhatian akan memperkuat perilaku, meskipun bentuk perhatiannya negatif.

Anak-anak sangat menginginkan perhatian dari orang tua mereka, baik berupa perhatian positif atau negatif.

Perhatian positif adalah feedback positif dari orang tua ketika anak melakukan sesuatu yang orang tua senangi. Sebaliknya, perhatian negatif adalah feedback negatif. Contoh perhatian negatif adalah memarahi anak ketika ia tantrum.

Dari sudut pandang anak, ia melakukan tantrum untuk mendapatkan perhatian dari orang tua. Maka ketika orang tua memberi perhatian lebih ketika tantrum, mereka akan melakukannya lagi ketika butuh perhatian.

Oleh karena itu orang tua seharusnya tidak memberi perhatian ketika anak melakukan tantrum atau merajuk. Cara mengatasi emosi yang berlebihan pada anak ini dikenal dengan istilah ignoring (mengabaikan).

Namun, tentunya jangan abaikan mereka ketika mereka melakukan hal-hal yang berbahaya bagi mereka atau orang lain. Jangan juga abaikan ketika mereka merusak barang-barang.

Jika mereka melakukan ini, segera hentikan dan berikan tindakan seperti time-out.

· Mengikuti Keinginan Anak

Biasanya, anak melakukan tantrum untuk mendapatkan hal-hal kecil yang mereka inginkan. Misalnya karena mereka ingin cemilan, menonton TV, atau hal-hal semacamnya.

Karena begitu “heboh”-nya mereka, terkadang kita tergoda untuk memenuhi keinginannya agar tangisan atau teriakannya berhenti.

Namun, hal ini hanya akan menjadi solusi jangka pendek. Di lain waktu, mereka akan melakukannya lagi karena mereka merasa bahwa tantrum tersebut sukses membuat keinginannya terpenuhi.

Maka janganlah tergoda untuk segera memenuhi keinginannya. Jangan pedulikan, dan jika ia melakukan hal yang berbahaya maka segera pindahkan dan lakukan time-out.

· “Menyuap” Anak Agar Berhenti

Tidak sedikit orang tua yang berusaha menyuap anaknya agar berhenti menangis/berteriak. Contohnya “kalau kamu berhenti nangis, ayah kasih permen, ya”.

Masalahnya, hal ini justru akan membuat mereka semakin rewel dan mudah meminta pada orang lain.

Karena mereka tahu bahwa mereka bisa mendapatkan keuntungan dengan menangis atau tantrum.

Jika terbawa hingga dewasa, perilaku ini pun sangat tidak sehat. Ia bisa dengan sengaja membuat masalah untuk mendapatkan perhatian atau keuntungan.

Pernah dengar istilah drama-queen? Bisa jadi salah satu faktor yang mendorong seseorang menjadi drama-queen di masa dewasa adalah kebiasaan orang tua memberi “suap” saat ia tantrum.

Cara-Cara dan Kegiatan-Kegiatan untuk Meredakan Emosi Anak

Setelah memahami kesalahan-kesalahan umum yang biasa dilakukan orang tua dan menjauhinya, sekarang kita akan membahas solusi untuk meredakan emosi anak baik di jangka pendek maupun panjang.

· Ajari Anak Mengenai Tanggung Jawab Pribadi untuk Mengontrol Emosi

Solusi terbaik adalah solusi yang bisa mengatasi masalah tidak hanya satu-dua kali saja, namun bertahan lama dan langsung mengarah pada akarnya.

Jika anak merasa bahwa ia tidak memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan emosi-nya, maka ia tidak akan berusaha untuk mengendalikan emosi tersebut.

Ajari anak bahwa setiap orang pun merasakan emosi-emosi negatif seperti marah, kesal, sedih, dan selainnya.

Namun, tanamkan bahwa orang yang kuat adalah yang bisa mengendalikan emosinya dan tidak meluapkannya dengan cara-cara yang buruk.

Beri contoh bahwa kita boleh marah, tetapi bukan berarti kita boleh memukul orang yang menjadi objek amarah kita. Kita pun boleh sedih, namun bukan berarti kita boleh berteriak-teriak atau menangis kencang mengganggu orang lain.

Ajari bahwa ia bertanggung jawab atas tindakan pribadinya. Beri ia reward ketika berhasil mengendalikan emosinya.

Sampaikan juga bahwa orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya tidak akan orang lain sukai. Dengannya, ia akan belajar untuk mengendalikan emosi di muka umum. Karena bagi anak-anak, perhatian orang itu berharga.

Namun, jangan juga bertindak terlalu keras. Karena kontrol emosi anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Bersikap toleran-lah ketika ia sesekali “meledak”, namun beri penghargaan ketika mereka berhasil menjadi “anak yang hebat”.

· Melakukan Kegiatan Fisik Bersama

• Melakukan kegiatan fisik bersama

Selain karena emosi negatif yang meledak-ledak, anak juga bisa jadi rewel karena energinya tidak tersalurkan dengan baik.

Kemudian, masa pandemi juga membuat ia tidak bisa banyak keluar untuk bermain dengan teman-teman sebayanya.

Oleh karena itu, anda harus meluangkan waktu untuk menjadi teman bermain baginya. Tidak apa untuk sesekali bersikap “kekanak-kanakan” selama tidak melampaui batas.

Jika anda memiliki halaman, beli atau buatlah gawang untuk bermain bola dan temani ia bermain. Atau anda juga bisa membuat rumah pohon atau rumah kayu di halaman untuk ia bermain menjadi “petualang”.

Kegiatan yang tersedia hampir tidak terbatas, namun intinya kegiatan tersebut harus berupa kegiatan fisik. Selain bermanfaat untuk menyalurkan energinya, kegiatan-kegiatan ini pun bisa melatih motorik mereka.

· Membuat Kesenian

• Membuat kesenian

Keluarkanlah sedikit uang untuk “berinvestasi” membeli alat-alat kesenian anak.

Anda bisa membeli seperangkat alat lukis yang terdiri dari kanvas, kuas, buku gambar, krayon, spidol, dan pensil warna. Siapkan pojok khusus di rumah untuk mereka melukis dan mewarnai.

Jika anda tidak bisa menyediakan tempat khusus, maka anda bisa membeli alas plastik bening agar hasil “lukisan” mereka tidak mengotori lantai dan furnitur-furnitur kesayangan anda.

Apabila anda memiliki anak tipe “pemikir”, anda bisa juga membelikan mereka mainan rakitan atau puzzle. Misalnya Lego atau bahkan Gundam rakitan jika mereka sudah cukup umur.

· Menyiapkan Perpustakaan Rumahan

Menurut riset, anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Di antaranya adalah yang bertipe visual. Anak tipe ini menyukai gambar, bacaan yang menarik, hal-hal detail, dan senang menyendiri.

Jika anda memiliki anak dengan gaya belajar visual, maka membelikannya buku adalah salah satu cara terbaik untuk membantunya belajar dan menyalurkan energi.

Belikanlah ia buku-buku yang menarik dan bermanfaat sesuai dengan tingkatan umurnya.

Misalnya ensiklopedi tentang makhluk hidup, sejarah, atau antariksa. Hal ini pun bisa memperluas wawasan dan menumbuhkan minat belajarnya.

Setelah membelikannya buku-buku dengan topik umum, anda pun bisa berdiskusi dan mencari tahu minat dan cita-cita pribadinya.

Jika ia senang dengan suatu topik tertentu, belikanlah lebih banyak buku yang membahas topik tersebut.

Namun, berhati-hatilah dari memberinya bacaan yang kurang bermanfaat seperti komik dan semisalnya. Batasi bacaannya hanya pada konten-konten yang mengedukasi.

· Beres-Beres Rumah

Mungkin kita berpikiran bahwa jika kita membebani anak dengan pekerjaan rumahan, justru anak akan semakin lelah dan rewel.

Namun faktanya, justru anak-anak lebih sulit diatur ketika energinya tidak tersalurkan. Ibarat gunung yang penuh dan akan meledak, sedikit gangguan saja bisa membuatnya lepas kendali.

Sebaliknya, jika energi anak bisa ia terus salurkan hingga “habis baterai”, maka ia pun tidak lagi memiliki energi untuk tantrum atau uring-uringan.

Selain itu, membiasakan anak untuk turut serta mengerjakan pekerjaan rumah pun bisa membangun dirinya menjadi pribadi yang lebih disiplin dan bertanggungjawab.

Caranya, berikan anak pekerjaan-pekerjaan wajib dan bagilah tugasnya dengan anggota keluarga yang lain.

Misalnya, tugas ibu adalah mengepel dan mencuci piring. Tugas ayah mencuci mobil dan mengairi tanaman. Kemudian, tugas si kecil adalah menyapu dan membereskan mainan serta benda yang berserakan.

Ketika tanggung jawab sudah anak ambil, maka pastikan ia melakukan tugasnya meskipun sedang dalam keadaan malas atau tidak mood. Ini menjadi bentuk bimbingan emosi pada anak agar ia bisa menempatkan tanggung jawab di atas emosi pribadi.

Jika ia mengerjakan tugasnya dengan baik, jangan lupa beri ia reward.

Reward ini tidak harus selalu dalam bentuk barang. Anda bisa memberinya perhatian positif seperti menjadi lebih ramah padanya, atau juga memberinya pujian.

· Ajak Anak untuk Refreshing ke Luar Rumah Sesekali

• Ajak anak untuk refreshing ke luar rumah sesekali

Siapa pun tentunya akan merasa penat dan sumpek jika setiap hari terus diam di rumah. Terlebih di masa pandemi yang mengharuskan orang-orang menghabiskan sebagian besar waktu dengan tidak ke mana-mana.

Sesekali, ajaklah anak beserta keluarga untuk jalan-jalan ke luar rumah dan menikmati pemandangan.

Namun tentunya anda harus menghindari tempat yang penuh dengan orang. Pilihlah tempat-tempat yang sepi dan terbuka.

Tempat terbaik untuk meredakan emosi dan menenangkan diri adalah tempat yang memiliki aliran air. Misalnya air terjun, sungai, atau semisalnya.

Anda pun bisa menyiapkan kotak piknik dan seperangkat alat camping dari rumah. Pergilah di pagi hari, kemudian pulang di awal malam setelah makan-makan dan menikmati pemandangan bersama.

Jika anda punya waktu luang, anda pun bisa menggunakan alat camping tersebut untuk bermalam di luar rumah.

Selain membuat suasana hati bahagia, refreshing bersama pun bisa mengokohkan ikatan antar keluarga dan membuat suasana rumah lebih cair.

Jika hubungan antar keluarga semakin baik, maka potensi anak untuk uring-uringan pun semakin kecil.

Kesimpulan

Di tengah pandemi yang mengharuskan orang-orang berdiam lebih banyak di rumah, banyak keluarga yang mengalami masalah ketika berhadapan dengan anak yang jenuh dan uring-uringan.

Maka dari itu, orang tua pun harus membekali dirinya dengan ilmu mengenai cara mengendalikan emosi anak dan mengetahui kesalahan-kesalahan umum yang harus mereka hindari.

Selain kegiatan-kegiatan yang positif dan menyenangkan serta mendidik, anak pun harus diberi pengetahuan dan dorongan untuk lebih bertanggung jawab terhadap emosinya.

Dengan begitu, maka ia pun akan memiliki kontrol emosi yang lebih baik dan membuatnya lebih “dewasa”.

Baca juga : 17 Ayat Alquran tentang Bersyukur dan Artinya yang Perlu Anak Tahu

Apa saja kesalahan umum pada orang tua yang di lakukan ketika anak tantrum?

– Memberi perhatian pada tantrum – Mengikuti keinginan anak – Menyuap anak agar berhenti

Apa yang di maksud dengan tantrum?

Tantrum adalah tindakan luapan emosi yang tidak terkontrol dan biasanya diiringi tangisan, teriakan, serta/atau perilaku enggan diatur.

Sebutkan 3 cara dan kegiatan untuk meredakan emosi pada anak?

– Membuat kesenian – Melakukan kegiatan fisik bersama – Ajari anak mengenai tanggung jawab pribadi untuk mengontrol emosi