Dalam mendidik anak, setiap orang memiliki caranya tersendiri. Sayangnya, Pola asuh orang tua ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan remaja dan dewasa anak tersebut. Terutama dari perkembangan kondisi mental dan fisiknya.

Pada kesempatan kali ini, Anda akan diajak untuk mempelajari tentang permissive parenting. Tapi, tahukah apa itu pola asuh? Kira-kira, apa saja dampak yang  mungkin akan muncul dari sebuah pola asuh, terutama pola asuh permisif? Simak penjelasan berikut ini!

Apa Itu Pola Asuh?

Sebelum membahas tentang pola didik permisif, tahukah Anda apa itu pola asuh anak? Pola asuh anak merupakan sebuah cara yang dilakukan dan bertujuan untuk mendukung dan meningkatkan perkembangan anak, baik secara mental maupun fisik. Termasuk di dalamnya pengembangan sosial, finansial, dan intelektual.

Setiap orang tua tentu saja harus memiliki setidaknya satu dasar yang baik dalam menentukan sebuah pola asuh agar anak dapat tumbuh dengan baik pula. Tak heran, jika tanggung jawab mereka dalam memberikan asuhan yang tepat sangatlah besar. Perlu dipahami, guru pertama bagi anak yaitu orang tua. Anak akan belajar mengenal berbagai hal mendasar dari orang tuanya. Dalam hal ini, tentu saja mereka mempunyai hak dalam menentukan pola asuh apa yang diberikan.

Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

pola asuh anak

Terdapat berbagai hal yang menjadi latar belakang pemilihan pola asuh anak, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Pengalaman Orang Tua di Masa Lalu

Perlakuan orang tua terhadap anaknya tidak jarang merupakan hasil cerminan pengalaman orang tua itu sendiri di masa lalu. Saat orang orang tua menerima perlakuan otoriter alias cenderung tegas, maka ia akan menurunkan pola asuh itu ke anaknya.

b. Kepribadian Orang Tua

Tanpa disadari, kepribadian orang tua berpengaruh terhadap pola asuh anak. Umumnya, orang tua dengan kepribadian tertutup akan memperlakukan anak dengan ketat dan otoriter.

c. Nilai dan Norma

Setiap orang tentu akan menganut nilai dan norma. Begitupun dengan orang tua. Mereka akan menggunakan nilai dan norma yang dianut itu sebagai dasar pola asuh kepada anaknya. Berdasarkan situs halodoc, setidaknya terdapat tiga buah pola didik pada anak. Ketiganya tentu saja berbeda-beda dan dampak yang ditimbulkan berbeda pula. Nah, dalam pembahasan berikut, mari kita lebih fokus ke pola didik permisif.

Apa Itu Pola Didik Permisif?

Pola asuh permisif, satu dari sekian cara asuh dengan ciri tuntutan rendah, tetapi memiliki gaya pengasuhan tinggi. Orang tua dengan pola didik ini umumnya cenderung memiliki rasa cinta yang sangat tinggi. Namun, aturan dan arahan sedikit tetap diberikan. Kedewasaan anak dalam pola didik ini tidak terlalu diharapkan oleh orang tua.

Mereka yang menggunakan pola permisif dalam mendidik anak umumnya jarang atau terbilang kurang tegas atau lemah dalam membuat dan menegakkan berbagai jenis aturan. Mereka juga tidak lagi terlampau mengawasi setiap gerak gerik anak, seperti halnya pola didik helikopter. Yang perlu diperhatikan, mereka dengan pola didik ini memiliki motto sederhana “anak-anak akan menjadi anak-anak’’. Pada pola didik permisif, mereka umumnya akan bersikap hangat serta penuh kasih, tetapi kurang dalam mengendalikan atau mendisiplinkan anak.

Umumnya, pola didik permisif membuat anak cenderung akan bertarung dengan dirinya sendiri. Tentu saja hal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai tuntutan, peraturan, dan harapan dalam masyarakat. Diana Baumrind menyebutkan bahwa pola didik permisif kadang disebut-sebut sebagai pola didik yang terlampau memanjakan. Penyebabnya karena disiplin, kontrol yang diterapkan orang tua sangatlah sedikit.

Ciri Pola Didik Permisif

Umumnya, mereka yang menerapkan pola didik permisif akan menghindari konfrontasi dengan anak. Secara lengkap, berikut beberapa ciri dari permissive parenting.

1. Berfokus pada Keinginan Anak

Seperti yang Anda tahu, pola didik ini sendiri sebenarnya berasal dari rasa kasih sayang berlebih. Orang tua pada pola didik ini dibuat selalu mengabulkan apa yang diinginkan anak dengan anggapan “Yang penting anak merasa senang’’.

2. Anak Sebagai Raja

Pola didik permisif juga dapat membuat anak seolah-olah adalah seorang raja.  Akibatnya, mereka akan selalu melayaninya meski sebenarnya anak bisa melakukannya sendiri. Dalam pola asuh ini mereka juga tidak tega apabila melihat anaknya bersusah payah. Saat anak merasakan berbagai emosi, seperti sedih, kecewa, atau marah, orang tua akan langsung mengabulkan keinginan anaknya supaya anak tidak menangis dan bahagia. Bagi para pelaku pola asuh Permisif, anak harus selalu bahagia dan tidak boleh merasakan berbagai emosi sedih.

3. Komunikasi Antara Anak dan Orang Tua Kurang Efektif

Umumnya, komunikasi yang timbul dalam pola asuh permisif adalah komunikasi searah, di mana hanya anak ke orangtua saja. Orang tua memang mendengarkan berbagai pendapat anak, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikan pendapatnya ke anak. Hal ini juga membuat anak jarang diskusi dengan orang tua.

4. Tidak Ada Peraturan

Permisif membuat anak diberikan kebebasan untuk bertindak sesuka hatinya. Hal ini dapat terjadi karena orang tua memberikan batasan dan aturan yang sangatlah kurang. Tidak mengherankan apabila orang tua permisif mencoba sedikit memberikan batasan akan langsung luluh melihat anak sedih bahkan mengamuk saat dibatasi.

Pro dan Kontra Pola Didik Permisif

pola asuh anak

Secara singkat, orang tua dengan pola didik permisif atau permissive parenting dalam mendidik cenderung berperan sebagai teman. Dalam pola didik ini, orang tua sangat mencintai anak dan akan memberikan perhatian lebih. Meski demikian, pola didik permisif masih menuai pro dan kontra. Terlebih lagi, tidak adanya peranan orang tua dalam mendisiplinkan anak atau setidaknya mengajarkan tanggung jawab pada pola didik ini tampak sangat jelas.

Pro dengan Pola Didik Permisif

Secara keseluruhan, harga diri anak yang dididik menggunakan permissive parenting sangatlah tinggi. Keterampilan sosial yang dimiliki juga sangatlah baik. Secara umum, anak dengan pola didik ini juga lebih banyak akal apabila dibandingkan anak yang dididik terlalu keras atau otoriter. Secara emosional, pola didik ini membuat orang tua lebih mendukung atau merespons saat berinteraksi dengan anak. Hubungan orang tua dan anak pada pola didik ini benar-benar ditekankan. Selain itu, mereka juga ingin memberikan kebahagiaan kepada anak dengan segenap hatinya.

Orang tua permisif akan melakukan apapun keinginan anak dan memiliki anggapan bahwa hal tersebut merupakan satu-satunya agar hubungan antara mereka tidaklah renggang. Mereka juga akan memberi kebebasan agar anak dapat berfikir kreatif dan inovatif. Akibatnya, anak tidak lagi takut dengan segala halangan dan keterbatasan.

Konflik dan juga adu argumen antara orang tua dan anak pada pola didik ini cenderung sedikit atau tidak pernah sama sekali. Hal ini seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, karena aturan terhadap perilaku dan keinginan anak tidak terlampau diberikan.

Kontra dengan Pola Didik Permisif

Secara terbuka, mereka yang menerapkan sistem asuh permisif akan merawat dan mencintai anak dengan sangat. Namun, mereka juga terbilang terlalu santai apabila dibandingkan dengan mereka yang menerapkan pola didik konvensional. Akibatnya, tenti memberikan pengaruh kurang baik terhadap perkembangan anak. Secara khusus, berbagai kontra yang menunjukkan ciri khas orang tua dengan sistem asuh permisif yang mengakibatkan perkembangan anak menjadi terganggu di antaranya adalah:

  • Secara keseluruhan, orang tua dengan permissive parenting tidak memberikan dan menerapkan aturan yang digunakan. Meskipun mereka menerapkan, mereka cenderung kurang konsisten dalam pelaksanaannya.
  • Orang tua permisif cenderung mementingkan kebebasan anak. Akan tetapi, mereka juga cenderung melihat anak kurang dewasa dan kurang dapat melakukan tanggung jawab, terlebih mengendalikan diri.
  • Secara menyeluruh, sanksi atau hukuman jarang atau tidak sama sekali diberikan.
  • Orang tua dengan sistem asuh permisif terlampau menurut terhadap kemauan anak dan seolah-olah “menyuap’’ anak dengan hadiah, makanan, mainan, dan lainnya.

Berbagai penelitian menyebutkan jika pola didik permisif bisa menimbulkan efek yang kurang baik dan cenderung merugikan kepada anak ketika tumbuh dewasa. Kira-kira, apa dampak yang ditimbulkan dari pola asuh permisif?

Dampak Pola Asuh Permisif

Orang tua dan anak dalam pola asuh permisif memang cenderung lebih banyak kebebasan. Namun, anak akan melewatkan masa-masa di mana ia mengembangkan keterampilannya. Dampak Pola Asuh permisif umumnya akan tampak ketika anak mulai beranjak dewasa, seperti berikut ini.

1. Etiket yang Kurang

Secara umum, sopan santun anak dengan pola didik permisif cenderung kurang. Selain itu, anak juga akan mengalami kesulitan dalam hal tanggung jawab karena sudah terbiasa tidak terikat peraturan atau pendidikan tanggung jawab.

2. Perilaku yang Kurang Teratur

Karena anak tidak terikat oleh peraturan, mereka cenderung merasa bebas terkait kesehariannya. Seperti pekerjaan rumah, waktu tidur, waktu makan, dan waktu untuk menonton televisi.

3. Berpotensi Membuat Keputusan yang Buruk

Karena terbiasa tidak terikat aturan, keputusan yang dibuat oleh anak dengan pola didik permisif cenderung tanpa berkonsultasi dulu dengan orang tua atau pengasuh. Tentu saja hal ini dapat menimbulkan peluang kurang tepatnya dalam pengambilan keputusan.

4. Kurangnya Batasan Berpengaruh Terhadap Masalah Emosional

Anak dengan pola didik permisif cenderung lebih impulsif, ketergantungan, agresif, memiliki rasa tanggung jawab kurang, serta berpotensi menimbulkan gejala kecemasan jangka panjang.

5. Masalah Sikap

Tidak diberlakukannya sanksi dan aturan dalam mendidik anak juga dapat menimbulkan potensi besar yang berkaitan dengan sikap buruk anak. Salah satunya seperti timbulnya sikap egois dan menuntut berlebihan.

6. Kesehatan Mental Kurang Baik

Secara umum, anak dengan pola asuh permisif cenderung kurang siap dengan realitas kehidupan di masa yang akan datang. Akibatnya, kesehatan mentalnya dapat terganggu sewaktu-waktu. Seperti misalnya, timbul kecemasan, depresi, dan stress dalam menghadapi sebuah masalah.

Mengapa Pola Didik Permisif Kurang Direkomendasikan?

Saat orang tua kurang membela sebuah aturan dan sulit memberlakukan sanksi, anak-anak juga kesulitan dalam menyadari kesalahan. Tentu saja hal ini berdampak pada keterbatasan kemandirian anak dan meningkatkan ketergantungan anak. Selaras dengan anggapan mereka yang melihat anak tidak pernah dewasa, realitanya anak juga akan kesulitan dalam mendapatkan kedewasaan dan tanggung jawab. Padahal, tidak selamanya orang tua akan terus berada di samping sang anak.

Anak dengan pola didik permisif juga secara menyeluruh tidak mengedepankan kedisiplinan. Selain itu, anak juga tidak memiliki seseorang yang digunakan sebagai tempat bercerita dan menyelesaikan permasalahan. Akibatnya, anak berpotensi lebih frustasi dan bingung.

Perilaku permisif dalam satu sisi merupakan cara yang baik untuk mengajarkan kemandirian dalam menentukan sikap dan tanggung jawab. Namun, di sisi lain, pola asuh ini membuat anak sulit menemukan pegangan yang benar karena akan terbiasa tidak terikat peraturan dan tanggung jawab. Mengingat pola asuh ini tidak sepenuhnya buruk, pola asuh ini juga kami adopsi di Prestasi Global. Hanya saja penggunaannya kami kombinasikan dengan pola asuh lainnya.

Baca Juga:  6 Jenis Pola Asuh Anak yang Bisa Diterapkan Orang tua

Apa Itu Pola Asuh?

Pola asuh anak merupakan sebuah cara yang dilakukan dan bertujuan untuk mendukung dan meningkatkan perkembangan anak, baik secara mental maupun fisik. Termasuk di dalamnya pengembangan sosial, finansial, dan intelektual.

Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh?

a. Pengalaman orang tua di masa lalu b. Kepribadian orang tua c. Nilai dan norma

Apa saja Dampak Pola Asuh Permisif?

1. Etiket yang kurang 2. Perilaku yang kurang teratur 3. Berpotensi membuat keputusan yang buruk 4. Kurangnya batasan berpengaruh terhadap masalah emosional 5. Masalah sikap 6. Kesehatan mental kurang baik