Jangan Berlebihan, Berikut 15 Adab Batasan Bercanda dalam Islam

Bercanda memang hal yang disukai anak-anak. Namun, ternyata bercanda juga ada adabnya, tidak boleh berlebihan. Di artikel ini, Anda akan mengetahui batasan bercanda dalam Islam yang bisa Anda ajarkan ke anak-anak.

Batasan-batasan ini kami ambil dari buku Hafidz Muftisany berjudul “Adab Bercanda dalam Islam” yang dilansir oleh laman MUI.

Adab Bercanda dalam Islam

Agama Islam pada dasarnya memperbolehkan umatnya untuk bersenda gurau. Bahkan, Nabi Muhammad SAW juga kerap bercanda dengan para sahabat dan keluarganya.

Namun, bercanda berlebihan dalam Islam tidak diperbolehkan. Hal ini karena dapat mengakibatkan:

  • Hati menjadi mati, sehingga kurang sensitif terhadap kondisi lingkungan
  • Waktu habis terbuang hanya untuk tertawa
  • Dapat memicu perkelahian
  • Bisa menyebabkan aneurisma otak pecah
  • Menyebabkan kita lupa akan karunia Allah

Berikut adalah batasan bercanda yang sesuai dengan ajaran Islam.

1. Tidak Mengolok-olok Agama

Saat bercanda, kita tidak boleh mempermainkan nama Allah. Dalam artian, di setiap candaan kita tidak boleh menjadikan hadits dan ayat Allah sebagai bahan gurauan.

Mengolok-ngolok nama Allah, ayatNya, dan RasulNya termasuk kekufuran. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat At-Taubah, tepatnya pada ayat 65-66.

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ

لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Artinya:

Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan RasulNya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.”

Selain mempermainkan nama Allah, orang tua sebaiknya juga memberitahu anak untuk tidak mengolok-olok agama apa pun, terlebih lagi agama Islam. Sebab, agama bukanlah suatu hal yang boleh dipermainkan.

Sebagai contoh, anak tidak boleh mengolok-ngolok orang yang sedang melakukan sunnah, seperti bercadar, memanjangkan jenggot, tidak isbal, atau yang lainnya

2. Tidak Berbohong

Adab bercanda dalam Islam yang selanjutnya yaitu tidak boleh berbohong. Ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad melalui riwayat Abu Dawud.

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Artinya:

Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya.”

Rasulullah juga memberi contoh bahwasanya beliau selalu bercanda dengan mengatakan kebenaran. Ini sesuai dengan hadits riwayat ath-Thabrani yang tercantum pada al-Kabir.

Artinya:

Sesungguhnya saya bercanda dan saya tidaklah mengatakan selain kebenaran.”

3. Tidak Membuat Orang Lain Sakit Hati

Pastikan candaan anak juga tidak menyakiti perasaan orang lain. Jangan biarkan anak-anak mengejek atau menghina orang lain meskipun itu hanya bercanda. Seperti misalnya, mengejek kekurangan fisik, mengejek nama, atau yang lainnya.

Sebab, bercanda tapi menyakitkan termasuk dosa besar dan perbuatan yang terlarang. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat Al-Hujurat ayat 11,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela diri sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.

4. Tidak Melewati Batas Kesopanan

Bercanda juga memiliki batasan. Maka dari itu, pastikan anak tidak melewati batas dan berlebihan. Sebab, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk dalam hal bercanda sekalipun.

Ayat tentang bercanda berlebihan sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam Shahih Ibnu Majah nomor 3400, bahwasanya tertawa yang terlalu sering dapat mematikan hati.

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

Artinya:

Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.

5. Tidak Boleh Bercanda sambil Mengambil Barang Orang Lain

Baik serius maupun bercanda, anak-anak tetap tidak boleh mengambil barang milik orang lain. Bercanda dengan mengambil barang milik orang lain tidak ada gunanya dan justru ini bisa menimbulkan pertengkaran.

Nabi Muhammad SAW juga bersabda:

لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ صَاحِبِهِ لَاعِبًا وَلَا جَادًّا وَإِنْ أَخَذَ عَصَا صَاحِبِهِ فَلْيَرُدَّهَا عَلَيْهِ

Artinya:

Janganlah salah seorang kalian mengambil barang temannya (baik) bermain-main maupun serius. Meskipun ia mengambil tongkat temannya, hendaknya ia kembalikan kepadanya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi).

6. Hindari Topik yang Serius

Tujuan bercanda adalah untuk mencairkan suasana dan menghibur. Maka dari itu, sebaiknya hindari mengajak bercanda hal-hal yang serius dengan anak.

Sebagai orang Islam, sudah selayaknya kita bijaksana dan bisa menempatkan diri di manapun, sehingga apa pun yang kita kerjakan bisa kita pertanggungjawabkan. Hal inilah yang nantinya akan anak tiru saat bergaul dengan teman-temannya.

BACA JUGA: Pentingnya Bonding Time dengan Anak, Ini 9 Tips Bunda

7. Tetap Menghindari Larangan Allah SWT

Meskipun sedang bercanda, seorang Muslim tetap harus ingat dengan apa yang Allah larang.

Oleh sebab itu, saat melontarkan candaan, ajari anak untuk tetap menghindari larangan dari Allah. Seperti misalnya, menghina orang lain, sombong, menyakiti atau mencela orang lain, menuduh, dan lain sebagainya.

8. Tidak Bersikap/Berkata Buruk

Ajarkan anak untuk bersikap dan bertutur kata yang baik di manapun dan dalam kondisi apa pun, termasuk saat bercanda sekalipun. Hindari perkataan dan perbuatan buruk yang dapat menyinggung dan menyakiti orang lain.

Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat bersosialisasi dengan baik di masyarakat dan orang-orang yang ada di sekitarnya juga merasa nyaman.

9. Jangan Tertawa Berlebihan 

Saat bercanda, beri tahu anak untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Hal ini sesuai yang Rasulullah contohkan. Bahwasanya Rasulullah biasanya hanya tersenyum dan tidak pernah tertawa hingga kelihatan lidahnya.

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ

Artinya:

Aku belum pernah melihat Rasulullah SAW tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.

10. Bercanda dengan Orang yang Sesuai

Tidak semua orang suka bergurau. Maka dari itu, sebaiknya jangan mengajak bercanda orang yang tidak menyukai hal ini.

Saat baru mengenal orang, beri tahu anak agar tidak gegabah untuk mengajaknya bercanda. Sebab, terkadang hal yang anak anggap candaan buat, bisa jadi itu adalah hinaan buat orang lain.

Alangkah lebih baik jika mengajak bercanda orang yang sudah dikenal dan dekat. Itu pun tetap harus memperhatikan adab-adab yang ada.

Hal ini sesuai dengan perkataan Syekh As-Sayyid Nada yang menyebutkan bahwa sudah sepatutnya  orang muslim mengajak bercanda orang yang bisa diajak bergurau saja.

11. Bercanda pada Waktu yang Tepat 

Waktu untuk bercanda juga harus tepat. Maka dari itu, beri tahu anak kapan waktu yang tepat untuk bercanda dan kapan waktunya untuk serius.

Waktu-waktu yang bisa dibuat bercanda seperti misalnya saat bersenang-senang, saat bertemu teman lama, atau saat dibutuhkan suasana yang cair.

Sementara itu, jangan bercanda saat berada di majelis ilmu, majelis hakim, dan saat diminta kesaksian atau pertanggungjawaban. Bercanda pada waktu-waktu tersebut tidak bisa diterima dan hanya akan menjatuhkan martabat (Syekh As-Sayyid Nada).

12. Tidak Membuat Bercanda sebagai Kebiasaan 

Bercanda memang bisa membuat suasana menjadi menyenangkan. Namun, tidak semua hal bisa menjadi bahan bercandaan.

Ada beberapa hal yang mungkin tidak bisa anak-anak buat sebagai bahan bercandaan. Seperti misalnya, kekurangan seseorang, kesedihan seseorang, dan lain-lain.

Sebagai orang tua, tentu kita perlu memberi tahu anak-anak tentang hal ini. Beri tahu mereka apa saja hal yang bisa dibuat sebagai bahan bercandaan dan apa saja yang dilarang.

13. Tidak Menakut-nakuti Orang Lain 

Ketika bercanda, anak juga tidak boleh membuat orang lain merasa takut. Sudah seyogyanya sebagai seorang Muslim kita harus menciptakan suasana yang kondusif tenang, dan nyaman.

Dalam hal ini, berarti lelucon-lelucon yang anak-anak lontarkan jangan sampai meninggalkan trauma untuk orang lain. Contohnya, mengeluarkan suara yang menyeramkan, membuat pocong-pocongan, atau yang lainnya.

Hal ini juga sesuai dengan hadits riwayat Abu Daud dari Abu Laila yang tertulis dalam sunannya.

Artinya:

Para sahabat Rasul telah menceritakan kepada kami, bahwa mereka pernah berjalan di malam hari bersama Rasulullah SAW. Lalu tatkala salah seorang dari mereka tertidur, sebagian dari mereka beranjak kepadanya dan mengambil talinya, sehingga ia pun ketakutan. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.

14. Dilakukan untuk Kemaslahatan

Bercanda justru dianjurkan jika tujuannya untuk membuat orang lain merasa nyaman. Tidak ada yang melarang bercanda dengan tujuan ini dan bahkan hukumnya adalah sunnah.

.هذه الأمور فهو المباحُ الذي كان رسولُ الله (صلى الله عليه وسلم) يفعله، فإنه (صلى الله عليه وسلم) إنما كان يفعله في نادر من الأحوال لمصلحة تطييب نفس المخاطب ومؤانستهم، وهذا لا منعَ قطعاً، بل هو سنّةٌ مستحبةٌ إذا كان بهذه الصفة.

Artinya:

Guyon-guyon ini diperbolehkan sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah . Rasulullah melakukan guyon jarang-jarang, yakni ketika berdampak maslahat dan membuat nyaman lawan bicara. Jika tujuannya seperti itu, guyon tidak dilarang bahkan malah disunnahkan’,” (An-Nawawi, al-Adzkar an-Nawawiyah, [Darul Fikr: 1994], hlm. 326).

15. Tidak Sambil Mengacungkan Senjat

Anak-anak tidak boleh bercanda sambil mengacungkan senjata, karena ini akan sangat berbahaya. Ditakutkan syaitan mengendalikan tangan kita dan tanpa disengaja akhirnya senjata tersebut dapat melukai orang lain atau bahkan membunuh.

Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muttafaqun ‘alaih

Artinya:

Janganlah salah seorang kalian menunjuk kepada saudaranya dengan senjata, karena dia tidak tahu, bisa jadi setan mencabut dari tangannya, lalu dia terjerumus ke dalam neraka.” (Muttafaqun ‘alaih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Memang menyenangkan saat bercanda, tetapi tidak boleh berlebihan dan melenceng dari ajaran agama. Cobalah mengajak anak-anak untuk mengikuti ajaran Rasulullah yang tersenyum secukupnya ketika saling bercanda.

Anda juga bisa mengajarkan beberapa batasan bercanda dalam Islam di atas yang juga sudah kami terapkan di Prestasi Global. Untuk menjadi muslim yang berkarakter baik kita sebagai orang tua tentunya harus ikut serta dalam mengajarkan adab-adab di atas.