Mungkinkah seorang anak terkena hipertensi? Yah..seorang anak bisa saja mengalami hipertensi atau darah tinggi. Bagaimana seorang anak bisa mengalami penyakit ini? Apa saja gejala hipertensi? Dan adakah cara untuk mencegahnya? Jika Anda ingin mengetahui jawabannya. Mari baca terus artikel ini ya!

 

Penyebab Hipertensi pada Anak

Hipertensi, menurut banyak orang merupakan penyakit yang hanya bisa terjadi pada orang yang sudah berumur lanjut. Tekanan darah di atas 130/80 mmHg menjadi tanda seseorang terkena hipertensi.

Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya anak juga bisa mengidap penyakit darah tinggi?

Bagi sebagian orang tua mungkin masih ragu bagaimana seorang anak bisa terkena hipertensi. Jika Anda tidak yakin akan hal tersebut. Anda mungkin perlu mengetahui penyebab hipertensi pada anak.

Penyebab hipertensi pada anak terbagi dua sesuai dengan jenis hipertensinya. Apa sajakah jenis hipertensi dan penyebabnya? Berikut ini penjelasannya :

· Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang dapat terjadi pada anak tanpa penyebab yang pasti. Namun demikian, ada beberapa kebiasaan pada pola hidup anak yang memicu munculnya penyakit ini, yaitu: obesitas pada anak, kurang aktivitas pada anak atau anak kurang gerak.

Faktor lain penyebab hipertensi primer adalah memiliki riwayat keluarga pengidap darah tinggi, terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, kandungan garam tinggi, dan termasuk juga terlalu sering terpapar asap rokok.

Bahkan, orang yang berjenis kelamin laki-laki dan mereka yang memiliki gaya hidup kurang aktivitas fisik dan terlalu banyak bermain komputer menjadi salah satu pemicu munculnya hipertensi primer ini.

Hipertensi primer ini bisa terjadi pada anak dengan umur mulai 6 tahun ke atas.

Hipertensi Primer-presgo Photo by CDC on Unsplash

· Hipertensi Sekunder

Jenis hipertensi sekunder adalah hipertensi yang muncul karena adanya penyakit lain pada si anak. Hipertensi jenis ini lebih sering terjadi pada anak usia di bawah 6 tahun.

Beberapa penyakit pemicu hipertensi sekunder adalah gangguan jantung, gangguan pada ginjal, tumor langka pada kelenjar adrenalin, kelahiran prematur dan lahir dengan berat badan kurang.

Bagi Anda yang khawatir anak Anda terkena hipertensi maka dengan mengetahui penyebab ini, Anda bisa melakukan inisiasi pencegahan pada anak.

Apakah hal itu saja cukup? Tentu tidak, Anda juga perlu mengetahui dan mengenali gejala yang muncul pada anak yang terkena hipertensi? Agar tindakan pengobatan bisa segera dilakukan sebelum terlambat.

 

Gejala Hipertensi pada Anak

Mengenali gejala hipertensi pada anak merupakan salah satu cara yang tepat untuk melakukan deteksi awal penyakit ini. Manfaatnya adalah Anda bisa dengan segera melakukan pengobatan dan mencegah efek samping yang buruk berlanjut.

Sebenarnya, gejala hipertensi yang paling mudah untuk dikenali adalah ukuran tekanan darah yang berada di atas normal, yaitu 120/80 mmHg. Jadi tekanan darah 130/80 mmHg terhitung sebagai tanda terkenanya hipertensi.

Namun pengukuran tensi ini tidak bisa dilakukan hanya dalam sekali waktu. Anda harus melakukannya secara berkala jika ingin menegakkan diagnosa. Darimana diagnosa awal diperoleh?

Diagnosa awal bisa muncul dengan melihat gejala tertentu pada putra/putri Anda. Sebuah gejala yang tak terukur tapi bisa terlihat untuk Anda kenali. Berikut ini adalah beberapa gejala penyakit hipertensi pada anak:

  • Muntah
  • Sakit kepala
  • Kejang
  • Sakit dada
  • Jantung berdebar (palpitasi)
  • Sesak nafas

Jika anak Anda sering mengalami gejala di atas, sebaiknya Anda segera membawanya ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan. Apabila terbukti menderita hipertensi, anak Anda bisa segera diobati.

Mengapa anak Anda harus segera mendapatkan penanganan?

Karena akan ada efek samping yang membahayakan yang akan muncul di belakang hari. Terutama jika penyakit ini berlanjut ke umur remaja. Anak Anda berisiko mengalami stroke, serangan jantung, gagal jantung, atau penyakit ginjal.

 

Komplikasi Hipertensi pada Anak

Hipertensi pada anak yang diabaikan, akan menimbulkan komplikasi. Ada dua jenis komplikasi hipertensi yang bisa terjadi yaitu akut dan kronik. Berikut penjelasannya:

Komplikasi Hipertensi pada Anak-presgoPhoto by Linoleum Creative Collective on Unsplash

· Komplikasi Kronik

Dampak kronik dari hipertensi terhadap anak jarang terjadi. Biasanya komplikasi jenis ini terjadi jika anak memasuki usia dewasa awal atau usia remaja akhir. Yang termasuk komplikasi kronik adalah penyakit arteri koroner, stroke sistemik, gagal jantung, penyakit ginjal stadium akhir.

Karena efek samping ini jarang terjadi pada anak, maka banyak orang mengabaikannya. Namun seiring adanya penelitian yang menunjukkan bahwa adanya kemungkinan perkembangan komplikasi di kemudian hari. Dokter memiliki alasan yang jelas untuk memulai terapi anti-hipertensi sejak dini.

· Komplikasi Akut

Pengertian komplikasi akut adalah dampak yang terjadi pada kegagalan fungsi dari organ akhir. Organ yang biasa terkena dampak dari hipertensi adalah organ pada sistem saraf pusat, jantung, mata, dan ginjal.

Pada sistem saraf pusat, biasanya akan terjadi ensefalopati termasuk kejang, lesu dan koma. Sementara pada jantung akan menyebabkan gagal jantung. Pada organ mata, akan terjadi papiledema dan perdarahan retina. Pada ginjal akan terjadi insufisiensi ginjal.

Walaupun demikian, kasus jenis komplikasi ini pada anak juga jarang terjadi. Namun, tetap akan terjadi apabila penyakit ini Anda abaikan.

Oleh sebab itu, Anda perlu mengetahui dan melakukan cara mengatasi hipertensi agar penyakit hipertensi ini tidak berlanjut.

 

Pencegahan Hipertensi pada Anak

Penyakit darah tinggi pada anak menyebabkan resiko yang fatal di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penyakit ini harus Anda cegah agar anak Anda hidup sehat hingga tua.

Usaha pencegahan yang paling sederhana adalah dengan memberlakukan gaya hidup sehat. Pola hidup sehat tersebut bisa diuraikan berdasarkan pemicu terjadinya hipertensi. Apa-apa sajakah cara mencegah hipertensi?

· Kurangi Kelebihan Berat Badan

Berbicara mengenai diet menurunkan berat badan, tentunya harus memahami berat badan ideal. Berat badan yang ideal pada anak tergantung pada usia dan jenis kelamin.

Namun, terdapat indeks massa tubuh yang menjelaskan berat tubuh ideal yang bisa dihitung dengan rumus BMI = berat (kg)/tinggi2 (m).

Untuk mencapai berat ideal ini maka dokter melakukan pengobatan yang bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan tinggi badan dengan berat badan. Ada tiga kasus yang bisa dikondisikan untuk mencapai BMI ideal, yaitu:

  1. Jika kasus terjadi pada berat badan anak normal, maka usahakan untuk menjaga pertumbuhan tinggi dan berat badan normal.
  2. Apabila kasus terjadi pada anak yang kelebihan berat badan hingga usia 8 tahun maka BMI harus naik dengan meningkatkan tinggi badan lebih besar daripada berat badan.
  3. Jika kasus terjadi pada anak yang lebih tua dari 8 tahun atau remaja maka penurunan berat badan harus tercapai secara bertahap.

Cara melakukan diet penurunan berat badan ini adalah dengan diet hipokalori. Selain itu melakukan pembagian makanan seperti 15% sarapan, 40% makan siang, 30% makan malam, selipkan cemilan 5% di antara sarapan dan makan siang dan 10% cemilan antara makan siang dengan makan malam.

Cara lain adalah dengan mendistribusikan kalori dan menerapkan kandungan makan seperti 10 – 12% protein, 28 – 30% lemak, 60% karbohidrat dan nutrisi non kalori (vitamin, oligoelement, mineral dan serat).

· Kurangi  Kandungan Garam pada Makanan

Ternyata pada makanan, kandungan garam tidak hanya berasal dari garam masakan yang Anda tambahkan saat memasak atau pun garam meja. Garam meja adalah garam yang Anda tambahkan sesudah masak.

Faktanya pada makanan itu sendiri sudah terkandung garam. Selain itu ada juga garam yang berasal dari proses pengawetan. Ini tentu khususnya untuk makanan yang diawetkan melalui proses penggaraman. Kedua garam ini disebut juga garama non-diskresi.

Cara untuk mengurangi asupan garam pada makanan adalah memasak makanan segar atau memasaknya tanpa garam. Selain itu, Anda juga sebaiknya mengkonsumsi roti tawar, buah-buahan dan sayuran.

Fungsi buah dan sayur adalah untuk memberikan asupan vitamin dan mikronutrien yang cukup dan juga kalium. Kalium ini diyakini memiliki efek positif pada tekanan darah.

· Tingkatkan Aktivitas Fisik/Gerak

Kecenderungan anak untuk menghabiskan waktu melakukan aktivitas menetap seperti menonton TV, bermain game atau memakai komputer menjadi penyebab anak obesitas. Hal ini juga yang menyebabkan anak bisa menderita hipertensi dini.

Tentu solusi dari masalah ini adalah membuat anak-anak untuk sering beraktivitas fisik, terutama aktivitas di luar rumah.

Peran orang tua menjadi hal yang sangat penting dalam hal ini. Orang tua harus mampu merangsang anak untuk mau main di luar rumah, seperti berlari di taman, bersepeda, bermain bola atau pun berolahraga.

Anak-anak disarankan untuk menghabiskan 40 menit aktivitas fisik berbasis 3 – 5 hari/minggu untuk meningkatkan fungsi kardiovaskular dan menurunkan tekanan darah. Anak-anak harus dipaksa melakukan olahraga secara teratur.

· Gunakan Terapi Obat

Tidak setiap anak penderita hipertensi harus melakukan terapi obat-obatan ini. Hanya anak dengan kondisi berat saja yang melakukannya yaitu anak penderita hipertensi dengan kerusakan organ berat atau berpenyakit ginjal.

Terapi ini juga harus dipertimbangjan dengan adanya obesitas berat dengan penyakit penyerta.

 

Fase-Fase Penyakit Hipertensi

Hipertensi berhubungan erat dengan tekanan darah. Tekanan darah adalah dorongan darah yang diberikan terhadap dinding arteri saat darah mengalir ke seluruh bagian tubuh. Aktivitas gerakan jantung menciptakan tekanan darah.

Tekanan darah bervariasi sepanjang hari, mulai dari rendah saat di pagi hari seiring bertambahnya waktu, tekanan darah pun meningkat. Olah raga, cemas, gembira, dan khawatir mampu meningkatkan tekanan darah normal.

Terdapat dua jenis tekanan darah yaitu sistol dan diastol. Sistol adalah dorongan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Sementara diastol adalah dorongan darah seluruh tubuh untuk masuk kembali ke jantung.

Dengan demikian hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah yang terjadi pada tubuh diatas ukuran normalnya. Ukuran tensi atau tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.

Kondisi tekanan darah pada anak dinyatakan dalam 4 fase yaitu:

  1. Normal dengan tekanan darah 120/80 mmHg
  2. Mulai Meningkat tekanan darah 120 – 129/80 mmHg
  3. Stadium 1 dengan tekanan darah 130/80 mmHg sampai 139/80 mmHg
  4. Stadium 2 dengan tekanan darah diatas 140/90 mmHg

Tekanan darah seseorang untuk mencapai nilai normal bisa berbeda-beda tergantung usia, jenis kelamin, genetik dan kemampuan fisiologi merespon pola hidup. Namun secara umum kondisi normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.

 

Lakukan Pola Hidup Sehat untuk Cegah Hipertensi

Seseorang berpotensi menderita hipertensi yang dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat seperti aktivitas dan makanan. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena terdapat gejala hipertensi pada anak yang bisa Anda kenali. Jika Anda sudah mengetahuinya, lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi.

Baca juga: Mengenal Parental Burnout dan Cara Mengatasinya

1. Apa itu Hipertensi ?

Hipertensi, menurut banyak orang merupakan penyakit yang hanya bisa terjadi pada orang yang sudah berumur lanjut.

2. Apa tanda seseorang menderita penyakit Hipertensi?

Tanda seseorang menderita Hipertensi salah satunya adalah tekanan darah di atas 130/80 mmHg

3. Bagaimana cara mencegah penyakit Hipertensi?

Hipertensi dapat dicegah dengan cara melakukan pola hidup sehat mulai dari aktivitas makan.