Gangguan makan pada anak menjadi salah satu alasannya. Banyak respon si kecil ketika susah untuk makan. Mulai dari menutup mulutnya rapat-rapat, menggeleng, bahkan ada beberapa anak yang melempar makanan.

Anda bisa saja menjadi stress apabila menghadapi permasalahan yang sama seperti ini. Tapi, apakah Anda sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada si kecil?

Perbedaan Picky Eater dan Selective Eater

Penyebab Anak Menjadi Picky Eater atau Selective Eater - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Ross Sokolovski on Unsplash

Sebelum Anda merasa panik, Anda harus mengetahui bahwa si kecil juga memiliki preferensi terhadap makanan sama dengan orang dewasa. Nah, untuk itu terdapat dua kelompok yang dikenal dengan istilah picky eater dan selective eater. Untuk mengetahui perbedaannya, mari simak penjelasannya di bawah ini.

Picky Eater

Picky Eater mungkin merupakan salah satu masalah anak yang sering orang tua dengar. Biasanya permasalahan ini dapat terlihat dengan susahnya si kecil untuk mengkonsumsi makanan dan hanya ingin memakan beberapa jenis makanan saja.

Sebagai contoh si kecil hanya ingin memakan telur sebagai sumber protein, tapi menolak jika harus memakan ikan.

Gejala picky eater cukup mudah dikenali. Seperti menutup mulutnya, memberontak, atau bahkan menyingkirkan makanan yang sudah disediakan untuknya.

Selective Eater

Selanjutnya ada selective eater. Berbeda dengan picky eater yang masih mau memakan beberapa jenis makanan, selective eater adalah sebuah penolakan anak terhadap semua jenis makanan atau makanan dalam rumpun tertentu.

Sebagai contoh, si kecil menolak semua jenis makanan yang menjadi sumber protein. Kalau si kecil terus menerus menolak sumber protein, bukan tidak mungkin ia akan kekurangan zat gizi.

Selain masalah gizi dan nutrisi, ada kemungkinan si kecil akan mengalami gangguan dalam bersosialisasi. Misalnya, si kecil menolak untuk makan bersama baik bersama keluarga atau dengan temannya.

Sikap selective eater ini biasanya terjadi pada anak-anak yang memiliki gangguan perkembangan. Seperti gangguan pencernaan dan lain sebagainya.

Setelah Anda mengetahui perbedaan antara picky eater dan selective eater. Ada baiknya Anda juga mengetahui mengapa kondisi memilih-milih makanan bisa terjadi kepada anak-anak.

Penyebab Anak Menjadi Picky Eater atau Selective Eater

Penyebab Anak Menjadi Picky Eater atau Selective Eater - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Tanaphong Toochinda on Unsplash

Sebagai orang tua, tentu Anda perlu memastikan bahwa kebutuhan gizi dan nutrisi sangat cukup bagi tumbuh kembang anak. Berikut ini terdapat beberapa penyebab anak-anak menjadi picky eater atau selective eater.

1. Besarnya Ego Orang Tua

Kasus picky eater bisa terjadi akibat cara pandang orang tua yang keliru tentang makanan. Seperti memaksa sang anak untuk memakan makanannya dalam porsi yang banyak atau bahkan melarang anak untuk menyisakan makanannya.

Selain tentang makanan, cara orang tua yang memberikan aturan saat makan seperti kerapian dan ketenangan juga bisa sangat berpengaruh. Kemudian cara orang tua memarahi anaknya untuk makan juga dapat membuat anak berpikir bahwa makan adalah bentuk dari sebuah hukuman.

2. Anak Cenderung Aktif

Bermain adalah rutinitas anak-anak. Tapi tahukah Anda, terkadang anak yang terlalu aktif atau asyik dengan mainannya akan melupakan rasa laparnya. Infantile anorexia adalah istilah yang diberikan oleh para ahli kepada anak-anak yang terlihat tidak memiliki rasa lapar karena aktif bermain.

Kasus seperti ini sangat sering terjadi di usia anak-anak yang berada di masa transisi. Kurang lebih usia 6 bulan sampai 3 tahun.

3. Gangguan Psikologis

Proses untuk makan bagi balita yang memiliki masalah terhadap psikologis tentu bisa saja terganggu. Kemungkinan terjadinya masalah ini adalah kondisi rumah si kecil, gaya asuh orang tua yang cenderung keras, kekurangan kasih sayang, atau bahkan tidak harmonisnya orang tua yang dapat dirasakan oleh si kecil.

4. Gangguan Sensori

Apabila anak memiliki gangguan sensori, ada kemungkinan anak-anak untuk menolak beberapa makanan. Ada pun penolakan ini dikarenakan rasa sampai penampilan yang kurang disukai si kecil.

Ciri-ciri dari kondisi ini adalah mereka tidak suka dengan suara-suara bising, bereaksi apabila telapak kakinya menginjak rumput atau pasir, dan juga kemungkinan menolak ketika harus makan.

5. Mengidap Penyakit Organik

Kemungkinan penyakit yang terjadi kepada si kecil seperti gigi yang sedang tumbuh atau berlubang, sedang mengalami demam, sakit perut, sariawan, atau penyakit lainnya.

6. Sakit Kolik

Usia anak yang sering terkena kolik adalah bayi berusia 2 – 4 minggu. Kolik yang terjadi pada bayi adalah ketika bayi menangis cukup lama tanpa alasan yang jelas hingga memakan waktu berjam-jam. Biasanya bayi dengan kolik ini sangat sulit untuk tenang.

7. Anak Takut Makan

Mungkin terlihat tidak masuk akal. Tapi perlu Anda ketahui bahwa ternyata ada loh anak-anak yang mengalami gangguan seperti ini. Secara medis, gangguan ini disebut post-traumatic feeding disorder. Anak-anak yang mengalaminya akan menangis sangat keras saat ia akan makan.

Penyebab rasa takut ini adalah kemungkinan trauma yang pernah ia alami saat sedang makan. Seperti tersedak atau hingga muntah.

8. Mengkonsumsi Susu Formula

Tidak sama dengan ASI yang dapat berubah-ubah rasanya tergantung dengan makanan sang ibu. Susu formula memiliki rasa yang selalu sama. Karena hal itu, mengkonsumsi susu formula dapat meningkatkan resiko selective eater.

Bukan hanya selective eater, apabila sang ibu seringkali memilih-milih makanan saat sedang masa pemberian ASI kepada si kecil, bukan tidak mungkin si kecil akan menjadi seorang picky eater. Hal ini dikarenakan rasa ASI sang ibu akan memiliki rasa yang sama pula ketika dirasakan oleh si kecil.

9. Sedikitnya Tummy Time

Apa itu Tummy Time? So, Tummy Time dapat juga disebut sebagai jam makan anak. Sebenarnya, sesi makan memiliki peranan penting untuk perkembangan anak. Masa ini akan melatih sensitivitas dan panca indera untuk mengenali makanan.

10. Gangguan Fungsi Organ

Anak-anak yang mengalami penurunan pada kekuatan rahang dalam mengunyah tentu akan sangat sulit untuk bisa merasakan berbagai jenis makanan. Tanda anak yang mengalami gangguan ini dapat Anda lihat dari gestur saat mengunyah.

Biasanya anak-anak seperti ini tidak mampu untuk menggunakan mulutnya. Seperti tidak bisa menggigit sedotan dan membersihkan sendok dari sisa makanan.

Selain itu, anak-anak dengan gangguan ini kerap kali membungkuk dan tidak dapat duduk dalam waktu lama. Karena itu, mereka seringkali bergerak dengan gelisah.

Itulah beberapa alasan mengapa anak-anak sering kali memilih-milih makanan yang akan ia makan.

Cara Mengatasi Gangguan Makan pada Anak

Selanjutnya ada beberapa cara mengatasi gangguan makan pada anak picky eater atau selective eater.

Tips Mengatasi Picky Eater

Untuk bisa menangani anak yang picky eater memang bukan hal yang mudah. Maka dari itu, mari simak beberapa cara mengatasi picky eater.

1. Sebaiknya Tidak Memaksa Anak

Apabila anak Anda menolak untuk mengkonsumsi suatu makanan, ada baiknya untuk bersabar terlebih dahulu. Memang cukup sulit, tetapi memaksanya hanya akan membuat ia menjadi tidak nyaman dan terus menolak makanan tersebut.

Perlu Anda ketahui bahwa setidaknya dibutuhkan percobaan 10 sampai dengan 15 kali agar anak terbiasa dengan suatu jenis makanan.

2. Menyajikan Makanan dengan Penyajian Menarik

Tampilan terkadang juga mempengaruhi minat anak terhadap suatu makanan. Karena itu, Anda bisa mencoba untuk mulai menyajikan makanan dengan tampilan yang lucu atau unik agar si kecil tertarik untuk mencobanya. Selain tampilan, Anda juga bisa memberikan nama yang unik sebagai daya tariknya.

Selain itu, Anda bisa mengakali penyajian makanan ini dengan porsi kecil untuk setiap jenis makanan. Seperti bubur nasi, sayur bayam, dan ayam dalam porsi kecil setiap kali anak Anda makan. Apabila si kecil mampu menghabiskannya, Anda bisa memberikan satu jenis makanan yang ia sukai dalam porsi yang besar.

3. Izinkan Si Kecil untuk Menyentuh Makanan

Berkaitan dengan tampilan, anak kecil bisa saja menolak suatu makanan yang belum pernah ia coba. Maka dari itu, Anda bisa membantunya mengatasi rasa takut atau penasaran nya dan juga memancing ketertarikan anak terhadap makanan.

Cara melatihnya adalah dengan membuat anak Anda menyentuh makanan tersebut agar dapat mengenalnya terlebih dahulu.

4. Membuat Suasana Menyenangkan

Suasana yang penuh dengan tekanan tentu akan membuat si kecil menjadi takut. Maka dari itu, cobalah untuk membuat suasana yang menyenangkan saat dengan menyantap makanan. Anda bisa menyajikan makanan dengan wadah yang lucu dan juga menyuapinya.

5. Teman Makan Bersama

Apabila anak Anda menolak suatu jenis makanan, Anda bisa mencarikannya teman makan untuk bisa meyakinkan anak Anda bahwa makanan yang tidak ia sukai sebenarnya sangat enak. Dengan begitu, si kecil akan tergerak untuk mencoba makanan itu.

Anda juga dapat menjadi teman makan bersama si kecil. Anda bisa memberikan contoh tentang adab, mengunyah dengan benar, dan juga menghabiskan makanan yang sudah disediakan. Pasalnya, orang tua yang seringkali memilih makanan, bukan tidak mungkin akan berpengaruh terhadap anak.

Tips Mengatasi Selective Eater

Sama halnya dengan picky eater, mengatasi selective eater juga bukan hal yang mudah. Anda harus mengetahui apa yang disebut Stage of Food Acceptance sebagai cara mengatasi selective eater.

Sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak juga membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan suatu jenis makanan. Adaptasi selective eater terhadap makanan juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bisa terbiasa dengan makanan.

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan selama Stage of Food Acceptance, di antaranya:

  • Membuat anak Anda terbiasa dengan ruangan yang banyak makanan.
  • Menyediakan makanan di kamar anak.
  • Membuat anak Anda menyentuh dan mencium aroma makanannya.
  • Memberikan toleransi apabila anak memakan makanannya dengan sedikit berantakan.

Kesimpulan

Gangguan makan pada anak memang membuat pusing para orang tua. Sebelum bertindak lebih jauh, ada baiknya orang tua mengetahui terlebih dahulu penyebab anak-anak menjadi picky eater atau selective eater.

Menghadapi anak picky eater dan selective eater memang bukan hal yang mudah. Dibutuhkan kesabaran yang sangat besar agar anak-anak dapat menerima berbagai jenis makanan. Anda juga bisa mengkonsultasikan hal ini dengan dokter agar anak Anda dapat terpenuhi nutrisinya.

Selain itu, jangan lupa untuk selalu meningkatkan kesabaran dan juga membangun suasana yang happy ketika makan bersama si kecil.

Baca juga : 9 Tips dan Trik Agar Anak Mau Makan Sayur dan Buah

Apa perbedaan antara Picky Eater dan Selective Eater?

Picky Eater biasanya dapat terlihat dengan susahnya si kecil untuk mengkonsumsi makanan dan hanya ingin memakan beberapa jenis makanan saja. Sebagai contoh si kecil hanya ingin memakan telur sebagai sumber protein, tapi menolak jika harus memakan ikan. Sedangkan selective eater adalah sebuah penolakan anak terhadap semua jenis makanan atau makanan dalam rumpun tertentu. Sebagai contoh, si kecil menolak semua jenis makanan yang menjadi sumber protein. Kalau si kecil terus menerus menolak sumber protein, bukan tidak mungkin ia akan kekurangan zat gizi.

Bagaimana tips mengatasi Picky Eater pada anak?

Tips untuk mengatasi picky eater pada anak yang pertama, sebaiknya tidak memaksa anak untuk mengkonsumsi suatu makanan, jika anak tidak mau. Kedua, menyajikan makanan dengan penyajian menarik dengan tampilan yang lucu atau unik agar si kecil tertarik untuk mencobanya. Ketiga, izinkan si kecil untuk menyentuh makanan. Keempat, buat suasana menyenangkan saat menyantap makanan. Kelima, carikan teman makan untuk bisa meyakinkan anak Anda bahwa makanan yang tidak ia sukai sebenarnya sangat enak.

Apa penyebab anak menjadi picky eater atau selective eater?

Penyebab anak menjadi picky eater atau selective eater diataranya karena, pertama ego oran gtua yang selalu memaksakan anak untuk memakan makanannya. Kedua, anak cenderung aktif bermain dan melupakan rasa laparnya. Ketiga, gangguan psikologis. Keempat, gangguan sensori. Kelima, mengidap penyakit organik seperti gigi yang sedang tumbuh atau berlubang, sedang mengalami demam, sakit perut, sariawan, atau penyakit lainnya. Keenam, sakit kolik. Ketujuh, anak takut makan. Kedelapan, mengkonsumsi susu formula. Kesembilan, sedikitnya tummy time (jam makan anak). Kesepuluh, gangguan fungsi organ.