Anak menjadi antisosial adalah salah satu hal yang banyak orang tua khawatirkan. Pada akhirnya tidak sedikit orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk bersekolah agar bisa bersosialisasi dengan sebayanya.

Namun cara tersebut belum tentu berhasil karena anak bisa saja merasa semakin menyendiri. Peran orang tua dan pengajarlah yang akan mencegah anak mengalami gangguan kepribadian antisosial atau banyak yang menyebutnya belakangan ini dengan istilah “ansos”.

Sebagai orang tua, Anda perlu mencegah gangguan antisosial pada anak sejak dini. Interaksi antara Anda dengan buah hati dapat mencegah itu. Simak gejala antisosial dan cara mencegahnya pada anak dalam artikel ini.

Gejala dan Penyebab Anak Menjadi Anti-sosial

Gejala dan Penyebab Anak Menjadi Anti-sosial-presgo

Photo by Jordan Whitt on Unsplash

Pengertian antisosial adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang menjadi tertutup dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena selalu merasa dirinya terancam.

Karena merasa terancam, mereka akan memberontak dan cenderung mengganggu ketenteraman di tempat umum. Bahkan tak jarang menyakiti orang lain yang ada di sekitarnya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah penderita gangguan kepribadian antisocial personality disorder (APD) sama dengan gejala introvert? Meski sekilas terlihat sama yaitu lebih suka menyendiri, namun keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas.

Seorang penderita gangguan antisosial cenderung akan memberontak dan tak jarang menyakiti orang lain di muka umum. Berbeda dengan seorang introvert, mereka bisa mengendalikan emosi dirinya tanpa mengganggu orang lain.

Gangguan antisosial ini bisa muncul sejak kecil dan semakin dampaknya bisa makin buruk ketika sudah dewasa. Dalam beberapa kasus kejahatan, tingkah laku antisosial bisa menjadi kelainan psikopat.

Berdasarkan sistem diagnostik modern, penderita gangguan antisosial terbagi dua tingkatan kondisi berbeda yakni sosiopat dan psikopat.

Penderita sosiopat lebih mampu untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka tampak menarik, lucu, dan menyenangkan, meski mereka suatu waktu suka mengabaikan aturan sosial dan bertindak serampangan.

Jika kebiasaan sosiopat ini dibiarkan, seorang anak dengan perilaku antisosial psikopat akan cenderung bertindak kriminal dengan menyerang orang-orang di sekitarnya.

Beberapa gejala yang bisa terlihat dari penderita kelainan psikopat seperti mencuri, selalu berbohong, melakukan pelecehan seksual, menganiaya orang lain bahkan hewan, hingga terlibat dalam geng kriminal.

Berbeda dengan sosiopat yang masih bisa berinteraksi dengan orang lain, seorang psikopat cenderung kesulitan untuk bersosialisasi dengan dunia luar. Mereka cenderung manipulatif dan licik hingga menyakiti orang lain.

Penyebab Anak Menjadi Antisosial

Sampai sejauh ini, penelitian belum bisa membuktikan apa penyebab pasti anak menjadi antisosial. Peneliti menduga kemungkinan penyebabnya karena faktor lingkungan dan genetik.

Faktor lingkungan bisa menjadi faktor pemicu seorang anak menjadi anti sosial. Keluarga broken home paling sering terlihat menyebabkan rasa traumatis pada anak. Tindakan kasar orang tua akan menimbulkan resiko traumatis panjang hingga anak tersebut tumbuh dewasa dan berkeluarga.

Hubungan pertemanan atau pacaran yang toxic juga bisa menyebabkan gangguan psikologis pada anak terutama pada saat beranjak remaja. Anak bisa bertindak impulsif untuk mendapatkan pengakuan dalam lingkungan pertemanan.

Namun peneliti menyebut faktor genetik orang tua yang antisosial bisa menurun kepada anaknya. Penelitian lainnya menyebut cacat dan cedera otak juga bisa menyebabkan gangguan kepribadian antisosial.

Sementara itu, belum ada penjelasan mengapa penderita antisosial lebih banyak terjadi pada pria yakni sekitar 3 persen daripada wanita hanya satu persen. Keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan bisa saja menjadi pemicunya.

Cara Mencegah Gangguan Kepribadian Ansos pada Anak

Cara Mencegah Gangguan Kepribadian Ansos pada Anak-presgo

Photo by Zhivko Minkov on Unsplash

Setelah memastikan gejala dan penyebab antisosial di atas tidak ada pada anak Anda, kini saatnya untuk mencegah buah hati agar tidak mengarah kepada gangguan kepribadian tersebut. Simak cara mencegah antisosial anak: berikut.

1. Temani Anak agar Tidak Sendiri

Masa anak-anak hingga remaja adalah waktu ketika buah hati membutuhkan banyak perhatian dan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya. Jika hal tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka anak akan mencarinya di luar.

Peran orang tua adalah memberikan perhatian dan pujian agar mereka tidak merasa sendiri. Ayah dan Bunda juga wajib waspada ketika ada perubahan emosi pada anak. Gejala lain adalah anak jadi tidak mau bercerita kepada orang tua tentang aktivitasnya atau cenderung menyembunyikannya.

Jika perubahan tersebut berlanjut menjadi gangguan kepribadian, maka cara mengatasi anak antisosial adalah dengan cara mengajaknya ke psikolog. Banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab anak berubah menjadi antisosial seperti mendapatkan bullying, putus cinta, atau terjerat utang akibat game online.

2. Ajak Anak Bercerita Tentang Hari Ini

Sesibuk apa pun orang tua, Anda tetap perlu mengajak si Kecil bercerita tentang apa yang mereka kerjakan hari ini. Hal terpenting ketika mendengarkan cerita anak adalah jangan men-judge atau menyalahkan mereka. Karena setiap kata yang Anda sampaikan kepada anak akan memengaruhi perkembangan mereka ke depan.

Bantu mereka jika ada kesulitan atau kendala yang dihadapi. Jangan membiarkan mereka tenggelam dalam kesulitan sendiri. Selalu berikan motivasi dan doa agar anak tumbuh menjadi seseorang yang baik.

Ketika anak sudah diperbolehkan memegang gadget, cobalah buat grup komunikasi keluarga untuk membicarakan setiap hal menarik di luar rumah. Ayah dan Bunda bisa juga lho menunjukkan kemesraan dalam batas yang wajar di depan anak.

3. Minta Maaf jika Orang Tua Salah

Sering kali orang tua lupa soal ini karena merasa harus selalu dihormati. Padahal meminta maaf adalah cara untuk meredakan emosi dan mengajarkan anak untuk bersikap santun kepada siapa pun.

Orang tua bukan berarti tidak bisa berbuat salah. Terkadang Ayah dan Bunda tidak sengaja bertengkar di depan anak atau kesalahan yang lain. Demi mencegah rasa traumatis anak, orang tua perlu meminta maaf dan menjelaskan tentang kejadian tidak menyenangkan tersebut.

Jika Ayah dan Bunda dalam kondisi bercerai, usahakan untuk merawat anak bersama-sama walaupun di rumah yang berbeda. Hal ini penting agar anak tetap mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Karena anak korban perceraian sering kali mengalami gejala antisosial.

4. Bermain Bersama

Hal yang tidak boleh dilupakan tentunya adalah bermain bersama. Ayah dan Bunda bisa memainkan game bersama dengan si Kecil. Bisa juga dengan membuat project prakarya bersama agar hubungan anak dan orang tua semakin lengket.

Permainan yang mengasah otak seperti ludo, ular tangga, monopoli, catur atau uno stacko bisa menjadi alternatif. Dalam permainan itu, Anda bisa mengajarkan bagaimana sikap kita ketika menang atau kalah.

Ajak anak untuk melakukan kegiatan yang positif dan hobi yang digemarinya. Bisa bermain bola bersama, bersepeda, renang, atau kegiatan berkebun. Dukungan orang tua dan orang sekitar terkait ini sangat penting untuk tumbuh kembang anak.

5. Ajarkan Nilai Religi dan Norma Sosial di Masyarakat

Sejak kecil, orang tua perlu mengajarkan nilai religi tentang cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Tidak hanya berupa kewajiban beribadah, namun ajarkan juga bahwa Tuhan adalah tempat untuk meminta dan memasrahkan segala masalah. Ajak anak terbiasa untuk pergi ke tempat ibadah sejak kecil.

Cara lain untuk mencegah anak antisosial di masyarakat adalah mengajarkannya norma kemasyarakatan baik norma sosial atau nilai kemanusiaan yang berlaku di masyarakat. Orang tua bisa mengingatkan anak untuk tidak bertindak kriminal di masyarakat.

Cara lain adalah Ayah dan Bunda bisa mengajak buah hati pergi ke lingkungan baru yang memiliki perbedaan kebiasaan. Biarkan anak melihat fenomena sekitar dan kenalkan tentang norma yang berlaku di masyarakat tersebut. Kemudian ajak mereka diskusi tentang apa yang mereka lihat di tempat tersebut.

6. Memantau Perkembangan di Sekolah

Ketika Anda mendaftarkan anak ke sekolah, bukan berarti tanggung jawab sebagai orang tua lepas begitu saja. Cobalah untuk rutin menanyakan perkembangan anak di sekolah kepada guru atau wali kelasnya. Anda bisa menanyakan bagaimana sosok dan perkembangan anak Anda maupun prestasi mereka di sekolah.

Jangan sampai anak izin pergi ke sekolah namun ternyata terdapat laporan dari guru bahwa anak Anda banyak bolos saat pelajaran. Jika Anda sibuk, cobalah menghubungi guru melalui aplikasi pesan terutama ketika anak pulang larut malam secara terus-menerus.

Di rumah pun, Anda bisa menanyakan kepada si Kecil bagaimana aktivitas mereka di sekolah hari ini, termasuk mengenai pertemanan atau ada lawan jenis yang membuatnya tertarik. Setelah bercerita, orang tua bisa memberikan nasihat tentang ceritanya tersebut. Sekali lagi, jangan salahkan mereka jika anak mengalami perubahan sikap terutama saat remaja.

7. Ikutkan Anak pada Kursus atau Les Tambahan

Anda bisa membuat sibuk anak dengan mengikutkannya pada les tambahan di luar sekolah atau kursus keahlian tertentu. Misalkan les bulu tangkis, kursus masak, les renang, dan lain-lain. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak pada bidang tertentu.

Jika anak menyenangi aktivitas tambahannya tersebut, dorong mereka agar bisa berprestasi di bidang barunya tersebut. Sesekali cobalah hadir saat mereka latihan sebagai bentuk dukungan Anda.

Selain itu, anak bisa aktif bersosialisasi dengan teman sebayanya yang baru dan tidak terjerumus pada hal-hal negatif. Namun Anda tetap perlu memantau perkembangan anak dan memastikan apakah mereka merasa nyaman dengan tambahan aktivitasnya tersebut.

8. Orang tua rutin mengikuti coaching parenting

Sebagai orang tua, Anda tetap perlu beradaptasi tentang cara mendidik yang benar dengan mengikuti seminar, kursus, atau coaching parenting. Ada berbagai training yang saat ini banyak tersedia secara online. Hal ini penting agar bisa menempatkan diri sebagai teman cerita anak.

Terlebih jika anak masih sulit mengontrol emosi atau tidak bisa mengungkapkan masalahnya dengan jelas, maka jadilah teman cerita yang baik agar mereka mau menyampaikan masalah atau kendalanya saat ini. Luangkan waktu untuk bersama di kamar anak atau meja makan.

Anda juga perlu mengetahui tren yang berkembang saat ini terutama di masa remaja. Mulai dari aktivitas sosial anak, gaya berpakaian, game hingga bahasa sehari-hari.

Kesimpulan

Gangguan kepribadian antisosial adalah hal yang bisa Anda cegah dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan keluarga. Jangan membiarkan anak tumbuh sendiri tanpa perhatian orang tua. Karena orang tua adalah guru pertama dan terbaik dalam hidup anak Anda.

Lakukan kegiatan bersama dan ajak mereka berdiskusi terkait aktivitas hari ini. Pantau perkembangan anak melalui lingkaran pertemanannya maupun guru-guru di sekolah. Dukungan orang sekitar juga dapat mencegah anak menjadi pribadi yang anti sosial.

Orang tua harus memahami gejala dan cara mencegah anak menjadi antisosial. Lebih baik mencegah daripada mengobati, pepatah itulah yang mungkin perlu Anda tanamkan dalam aktivitas parenting bersama anak. Semangat ya Ayah Bunda!

1. Apa itu antisosial?

Antisosial adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang menjadi tertutup dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena selalu merasa dirinya terancam. Kemudian menyebabkan mereka merasa terancam dan akan memberontak dan cenderung mengganggu ketenteraman di tempat umum. Bahkan tak jarang menyakiti orang lain yang ada di sekitarnya.

2. Apa penyebab anak menjadi antisosial?

Penyebab anak menjadi antisosial saat ini penelitian belum bisa membuktikan apa penyebab pasti anak menjadi antisosial, namun salah satunya yaitu Faktor lingkungan bisa menjadi faktor pemicu seorang anak menjadi anti sosial

3. Bagaimana cara mencegah anak antisosial di masyarakat?

Cara mencegah anak antisosial di masyarakatmengajarkannya norma kemasyarakatan baik norma sosial atau nilai kemanusiaan yang berlaku di masyarakat.