Islamic parents tercinta, tentunya kita akan senang dan bangga ketika anak kita tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Di antara tanda pribadi yang baik adalah lisannya senantiasa mengeluarkan kata-kata yang baik. Karena jika kita ibaratkan lisan itu adalah mulut teko dan hati adalah teko itu sendiri, maka teko hanya akan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.

Maka sebagaimana teko yang berisi air teh hanya bisa mengeluarkan teh, begitu juga hati yang baik hanya akan mengeluarkan kata-kata yang baik. Sebaliknya, hati yang buruk akan mengeluarkan kata-kata yang buruk pula.

Termasuk kata-kata baik yang perlu kita ajarkan pada anak-anak adalah yang telah kita kenal sebagai 3 kata ajaib. Yakni “maaf, tolong, dan terima kasih”.

Lantas, bagaimana caranya mengajarkan kata-kata ini pada anak? Kemudian bagaimana agar pengajaran tersebut meresap dan benar-benar tergambar pada karakternya dan tidak menjadi pemanis lisan saja?

Yuk, kita bahas bersama-sama.

Kedudukan Lisan dan Hati Dalam Pribadi Seseorang

Sebagaimana yang telah kami sampaikan pada pembukaan artikel ini, lisan dan hati memiliki kaitan yang erat.

Lisan adalah penyampai pesan (messenger) dari hati. Maka, kunci dari memperbaiki lisan adalah dengan memperbaiki hati terlebih dahulu.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengisyaratkan hal ini dalam sebuah hadits:

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Termasuk bagian jasad yang mendapat pengaruh dari baik atau buruknya hati adalah lisan. Sebagaimana dalam sabda beliau yang lain:

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ

“Tidaklah istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya, dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya.” (HR. Imam Ahmad, dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani).

Maka, kunci dari memperbaiki lisan adalah dengan memperbaiki hati terlebih dahulu.

Jika kita hanya membiasakan anak untuk mengutarakan kata-kata yang manis tanpa ia resapi artinya, maka bisa jadi ia hanya menjadi seorang people pleaser yang berkata-kata manis untuk mendapat perhatian atau pengakuan saja.

Lalu, bagaimana cara memperbaiki hati tersebut?

Hati Berada di Antara Jari-jemari Allah

Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”

Maka dari itu, beliau senantiasa berdoa:

Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik

Artinya: Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).

(HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari hadits ini, kita dapat memahami bahwa sekeras apa pun kita sebagai orang tua berusaha mendidik, tetap saja hati anak kita berada di bawah kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sehingga, hendaknya kita ajarkan doa tersebut pada anak kita.

Kita tanamkan pada anak bahwa kita harus senantiasa memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan hati kita di atas agama-Nya yang di dalamnya terkandung semua kebaikan.

Berikut beberapa doa lain yang bisa kita ajarkan dan amalkan:

Doa untuk Menjernihkan Hati Anak

Suatu hari, seorang pemuda mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan meminta izin untuk berzina. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang berada di sekitar Rasulullah berusaha mencegah dan memarahinya.

Namun Rasulullah memerintahkan pemuda tersebut mendekat dan menasehatinya. Setelah memberinya nasihat yang menggetarkan hati, beliau pun kemudian meletakkan tangan beliau di dada pemuda tersebut kemudian berdoa:.

فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ» فَلَمْ يَكُنْ بَعْدُ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ

Allahummaghfir dzanbahu, wa thohhir qolbahu, wa hashshin farjahu”

Artinya:

“Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Setelahnya, pemuda itu pun tak pernah lagi terpikir sedikit pun untuk berzina. (HR Ahmad no. 22256, dan Al-Arnauth menshahihkannya)

Maka hendaknya kita pun mengamalkan doa ini pada anak-anak kita agar senantiasa terjaga dari hal-hal yang keji, yang begitu banyak tersebar di masa ini.

Doa Memohon Perlindungan dari Keburukan Hati dan Lisan

Doa memohon perlindungan dari keburukan hati dan lisan

Pada satu kesempatan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun mengajarkan sebuah doa pada seorang lelaki:

قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّي

“Ucapkan, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaranku, keburukan penglihatanku, keburukan lisanku, keburukan hatiku, dan keburukan air maniku.” (HR. Abu Dawud no. 1551)

Hati adalah Wadah, Jagalah Pintu Masuknya

Dalam doa terakhir di atas, selain meminta perlindungan dari keburukan hati, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga mengajarkan kita untuk berlindung dari keburukan pendengaran, lisan, dan penglihatan.

Karena hati adalah wadah, yang hanya akan memproses input yang masuk kepadanya. Jika input yang masuk baik, maka hati pun akan baik. Sebaliknya, jika input-nya buruk, maka hati pun akan buruk dan melahirkan pikiran serta amal buruk.

Pintu masuk hati adalah pendengaran, penglihatan, dan lisan. Apa yang kita dengar, lihat, dan ucapkan akan membekas pada hati kita. Maka kita harus menjaga pintu-pintu ini dengan baik.

Sebagai contoh kasus, jika kita membiasakan anak kita untuk mendengar murottal, maka ia pun akan mudah menghapal Al-Qur’an. Sebaliknya jika kita membiasakannya untuk mendengar musik, maka yang ia akan hapal adalah lirik-lirik lagu.

Jadi, selain berfokus pada bagaimana cara mengajari anak, menjaga agar seluruh inderanya terjaga dari keburukan pun tak kalah penting. Tak hanya di sekolah, lingkungan di rumah dan pergaulan sehari-harinya pun harus kita “kontrol”.

Oleh karena itu, Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan:

ِوَأَصْلُ تَأْدِيْبِ الصِّبْيَانِ الْحِفْظُ مِنْ قرنَاءِ السُّوْء

“Inti pendidikan anak adalah menjauhkan anak dari teman teman yang buruk.” (Ihya’ Ulumuddin 1/95)

Setiap Anak Terlahir Dalam Keadaan Baik

Karena pada dasarnya, anak lahir dalam keadaan yang baik di atas fitrahnya serta hanif (cenderung dan condong pada kebaikan). Kemudian, pergaulan dan pendidikan-lah yang menentukan perkembangan selanjutnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَا مِنْ مَوُلُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتِجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟

“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (HR Imam Malik dalam Al-Muwaththa` no. 507)

Maka hendaknya kita menjaga agar anak kita tetap di atas kesucian fitrahnya, dan menjauhkannya dari hal-hal serta pergaulan yang akan mengotorinya.

Jika kita membiarkannya bergaul dengan orang-orang yang suka berkata kotor, misalnya, maka seribu kali pun kita berusaha ajarkan “3 kata ajaib” tersebut bisa jadi akan sia-sia.

Mengajarinya 3 Kata Ajaib

Setelah kita berusaha untuk berdoa, menata, serta menjaga hati anak maka sekarang waktunya untuk kita memupuk pengajaran dan kata-kata yang baik agar membekas di hatinya.

Namun sebelum kita melakukannya, kita harus mengingat bahwa seorang anak mengambil kebanyakan pelajaran dari orang tuanya. Metode parenting yang terbaik adalah dengan mencontohkan langsung dari perilaku kita sebagai orang tua.

Maka, kita pun harus mencontohkan terlebih dahulu. Kita harus senantiasa menggunakan kata-kata ini (maaf, terima kasih, dan tolong) dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah mencontohkannya, selanjutnya baru kita mengajari mereka.

Maaf

Maaf termasuk kata yang paling berat untuk seseorang ucapkan. Alasannya, karena maaf mengandung pengakuan bahwa ia bersalah.

Bagi sebagian orang, mengakui bahwa dirinya salah pun berat karena ia menganggap bahwa hal tersebut akan merendahkan harga dirinya. Terlebih, jika ia harus meminta maaf pada orang yang status sosialnya lebih rendah.

Ajarkan Bahwa Setiap Orang Pasti Bersalah

Berbuat salah adalah sesuatu yang pasti seluruh manusia lakukan. Tidak ada manusia yang terlepas dari kesalahan kecuali para Nabi yang maksum (terjaga dari kesalahan).

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi 2499)

Beliau juga bersabda:

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik” (Arbain An-Nawawiyyah no. 18)

Maka tanamkanlah pada anak bahwa setiap manusia pasti berbuat salah.

Oleh karena itu, jangan sampai kita merasa gengsi untuk meminta maaf.

Kemudian, ajarkan pula ia untuk segera bertaubat (menyesali dan meninggalkan maksiat serta kembali taat kepada Allah) dan beristighfar (memohon ampunan).

Jika kesalahannya berhubungan dengan orang lain, maka ajarkan untuk segera meminta maaf dan mengembalikan haknya.

Setelahnya, dorong pula ia untuk berbuat kebaikan untuk menghapus kesalahan yang telah lalu

Terima Kasih

Terima Kasih

Untuk membiasakan agar anak mudah berterima kasih, ajarkanlah hal-hal berikut:

Orang Yang Bersyukur Akan Mendapat Tambahan Nikmat

Terima kasih adalah ungkapan syukur atas suatu pemberian/karunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa jika kita bersyukur, maka Ia akan menambahkan nikmat-Nya:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS. Ibrahim: 7)

Maka ajarkanlah anak agar senantiasa bersyukur tiap mendapat nikmat. Sampaikan bahwa Allah berjanji akan menambahkannya.

Cara bersyukur adalah dengan meyakini bahwa semua nikmat datangnya dari Allah, mengucap alhamdulillah, serta menggunakan nikmat tersebut dalam kebaikan.

Bersyukur Tidak Hanya Kepada Allah, namun Juga Kepada Manusia

Sampaikanlah bahwa pada hakikatnya memang semua nikmat datangnya dari Allah. Namun seringkali Allah memberikan nikmat tersebut melalui perantara manusia lainnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al-Albani menshahihkannya).

Maka cara bersyukur bukanlah hanya dengan bersyukur kepada Allah saja, namun juga dengan berterima kasih pada manusia yang telah menjadi perantara datangnya nikmat tersebut.

Tolong

Kata “tolong” adalah kata permintaan bantuan terhadap orang lain.

Sebelum mengajarkannya untuk meminta tolong, tanamkan terlebih dahulu untuk sebisa mungkin memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak meminta tolong kecuali benar-benar perlu.

Para Nabi dan Sahabat-sahabatnya Mencontohkan Untuk Mandiri

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bercerita bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

ﻭَﻋَﻦْ ﺍَﺑِﻲْ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ : ﻷَﻥْ ﻳَﺤْﺘَﻄِﺐَ ﺍَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺣُﺰْﻣَﺔً ﻋَﻠَﻰ ﻇَﻬْﺮِﻩِ ﺧَﻴْﺮٌﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺍَﻥْ ﻳَﺴْﺄَﻝَ ﺍَﺣَﺪًﺍ ﻓَﻴُﻌْﻄِﻴَﻪُ ﺍَﻭ ﻳَﻤْﻨَﻌَﻪُ

“Sesungguhnya, seorang dari kalian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya (bekerja) itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau tidak”. (HR Bukhari, no. 1470)

Diriwayatkan juga bahwa para sahabat Nabi tidak bermudah-mudah dalam meminta tolong. Bahkan ketika tali pecut untanya jatuh, mereka mengambilnya sendiri.

Hal ini akan menanamkan rasa kemandirian pada anak dan mengurangi ketergantungannya pada makhluk.

Iringi dengan Terima Kasih dan Doa

Namun, seringkali ada hal-hal yang memang untuk melakukannya kita memerlukan pertolongan orang lain.

Jika harus meminta tolong, maka ajarkan untuk memintanya dengan lembut dan ramah.

Kemudian, ajarkan untuk mengucapkan jazakallahu khairan setelah orang tersebut menolong. Juga ajarkan untuk sebisa mungkin membalas kebaikannya.

Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

وَعَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ، فَقَالَ لِفَاعِلهِ : جَزَاكَ اللهُ خَيْراً ، فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ )) . رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ )) .

“Barangsiapa yang diperlakukan baik, lalu ia mengatakan kepada pelakunya, “Jazakallahu khairan” (artinya: semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh ia telah sangat menyanjungnya.” (HR. Tirmidzi no. 2035)

Kesimpulan

Maaf, tolong, dan terima kasih adalah tiga “kata ajaib” yang menjadi pemanis interaksi manusia di kehidupan sehari-hari. Siapa yang bisa menggunakannya dengan baik, maka ia akan mudah untuk dicintai.

Namun, kita pun harus memperhatikan agar kita serta anak-anak benar-benar memahami artinya sehingga bisa membekas dalam karakter dan kehidupan.

Setelah memperbaiki dan menjaga hati yang menjadi “pemimpin” dari lisan, selanjutnya kita memupuk hati tersebut dengan ilmu mengenai “kata-kata ajaib” tersebut dan melatihnya dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga : Mengajarkan Anak Mengucapkan Maaf , Tolong, dan Terima Kasih Sejak Dini

Apa itu 3 kata Ajaib untuk anak ?

3 kata ajaib merupakan kata-kata yang dapat membentuk karakter anak menciptakan sikap yang positif dalam bergaul antar sesama,

Apa saja 3 kata Ajaib itu ?

3 kata ajaib itu adalah Maaf, Tolong dan Terima Kasih

Bagaimana cara mengajarkan 3 kata ajaib pada anak ?

1. Beri motivasi si Kecil untuk mempelajarinya 2. Jelaskan pengertian dari setiap kata 3. Gunakan dalam keseharian 4. Ajarkan dengan cara yang menyenangkan 5. Dukung si Kecil dalam menerapkannya