Difteri merupakan salah satu penyakit yang masih dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Padahal penyakit ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan komplikasi serius. Penderitanya bisa mengalami kelumpuhan, bahkan meninggal dunia.

Berdasarkan data dari WHO, penyakit ini sering menyerang anak-anak dan orang tua di atas usia 60 tahun. Data menunjukkan, 5 sampai 10% pasien penyakit ini adalah anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga terkena penyakit ini.

Oleh karena itu, Anda sebagai orang tua harus tahu apa itu difteri, penyebab, dan apa saja gejalanya. Tidak hanya itu, Anda juga harus tahu langkah tepat untuk mengatasi penyakit ini.

Mengenal Pengertian Penyakit Difteri dan Penyebabnya

difteri - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Luz Fuertes on Unsplash

Pengertian difteri yaitu infeksi karena bakteri yang menyerang selaput lendir tenggorokan dan hidung. Bakteri yang yang menyebabkan penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae. Tidak hanya menyerang hidung dan tenggorokan saja, infeksi penyakit ini juga bisa memengaruhi kulit, bahkan menyebabkan komplikasi.

Infeksi penyakit yang sudah serius bisa menyebabkan gagal jantung dan kerusakan pada saraf. Pasien yang sudah parah juga bisa mengalami kelumpuhan dan gagal ginjal. Bahkan ada beberapa kasus pasien yang meninggal dunia.

Penyebaran bakteri difteri bisa terjadi melalui udara dan air liur penderita. Cairan atau air liur penderita mengandung bakteri yang menyebabkan infeksi difteri. Oleh karena itu, hindari kontak langsung dan bergantian alat makan dengan penderita.

Tidak hanya itu, lingkungan yang kotor atau buruk juga bisa menjadi sarang bakteri penyebab penyakit ini. Oleh karena itu, Anda harus tetap menjaga lingkungan tetap bersih agar terhindar dari penyakit berbahaya ini.

Penyakit ini sangat rentan menyerang anak-anak usia kurang dari 5 tahun. Anak yang kekebalan tubuhnya kurang bagus juga sangat rentang terkena penyakit ini. Orang dewasa penderita HIV/AIDS juga mempunyai risiko tinggi terkena penyakit ini.

Jenis-jenis Difteri yang Bisa Menyerang Anak

Penyakit ini mempunyai beberapa jenis yang perlu Anda waspadai. Jenis-jenis penyakit ini berdasarkan penyerangannya. Ada 4 jenis difteri yang harus Anda ketahui dan waspadai yaitu:

1. Difteri Nasal

Bakteri yang menyebabkan infeksi penyakit jenis ini menyerang bagian rongga hidung atau pernapasan bagian depan. Jenis penyakit ini umum terjadi dan merupakan yang paling ringan. Penyakit jenis ini sangat jarang menyebabkan komplikasi.

2. Difteri Faring

Bakteri yang menyebabkan penyakit jenis ini adalah Pharyngeal diphtheria. Penyakit ini menyerang tenggorokan atas bagian mulut yang menghubungkan kotak suara dengan nasal. Gejala umum penyakit ini adalah demam dan detak jantung menjadi cepat.

3. Difteri Laring

Jenis penyakit ini yang paling serius dan sering menyebabkan komplikasi. Bakteri yang menyerang adalah bakteri Laryngeal diphtheria. Biasanya penderita mengalami demam tinggi salud y desastres info lemah.

Jika bakteri sudah menyebar bisa menyebabkan sulit bernafas. Penanganan yang lambat bisa menyebabkan kematian.

4. Difteri Kulit

Nama lain dari penyakit jenis ini adalah cutaneous diphtheria. Kasus penyakit ini hanya sekitar 33% saja. Biasanya penyakit jenis ini menyerang orang yang kebersihannya buruk dan luka yang tidak dirawat dengan baik.

Tahapan Gejala Difteri pada Anak

Gejala difteri tidak muncul langsung setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Biasanya gejala akan muncul setelah 2 sampai dengan 5 hari setelah terinfeksi.

Secara umum gejala penyakit ini adalah sakit pada tenggorokan dan sulit menelan. Anak juga akan mengalami kesulitan bernafas dan demam yang tinggi. Gejala yang paling mudah dikenali adalah adanya selaput tipis berwarna abu-abu di tenggorokan.

Agar lebih paham apa saja gejala dari penyakit ini, berikut ini adalah tahapan gejalanya.

1. Gejala Tahap Pertama

Gejala awal dari penyakit ini adalah tubuh terasa lemas dan tidak bersemangat. Biasanya penderita akan merasa tenggorokannya kurang nyaman dan sulit untuk menelan.

Pada tahap pertama gejalanya sangat umum seperti sakit pada umumnya. Gejalanya hampir sama dengan radang. Namun penderita penyakit ini akan mengalami demam tinggi sampai menggigil.

2. Gejala Tahap Kedua

Jika bakteri sudah menyebar maka akan timbul gejala tahap kedua. Gejala tahap ini anak akan mengalami gangguan pernafasan. Biasanya akan muncul selaput lendir pada tenggorokannya.

Penyebaran bakteri pada tahap ini bisa merusak jaringan sel pernapasan. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernapasan yang cukup serius.

3. Gejala Tahap Ketiga

Memasuki tahap ketiga, gejalanya akan semakin serius. Akan muncul pseudomembrane atau selaput abu-abu pada tenggorokan. Selaput ini menutupi saluran hidung dan tenggorokan sehingga membuat anak sulit bernafas dan menelan.

4. Gejala Tahap Keempat

Tahap terakhir yaitu tahap keempat terjadi jika bakteri terus menyebar dan tidak diobati. Gejala pada tahap ini adalah kulit menjadi terinfeksi.

Kulit penderita akan tampak kemerahan dan sakit jika Anda pegang. Pada tahap ini, penderita juga akan mengalami pembengkakan pada kulit. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan borok atau luka basah di kulit.

Anda harus segera membawa anak untuk berobat jika sudah masuk tahap kedua atau ketiga. Jangan tunggu sampai parah, agar anak Anda bisa tertolong dan tidak mengalami gangguan kesehatan lainnya.

Cara Mudah Mencegah Difteri pada Anak-anak

cara mengobati difteri - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by National Cancer Institute on Unsplash

Pencegahan difteri bisa Anda lakukan dengan cara yang mudah. Mencegah penyakit ini lebih baik. Adapun cara untuk mencegah anak terserang penyakit ini yaitu:

1. Melakukan Vaksinasi

Langkah awal dan paling utama untuk mencegah penyakit ini adalah melakukan vaksinasi. Vaksinasi untuk mencegah difteri adalah vaksin DPT atau Diphtheriae, pertussis, dan tetanus.

Di Indonesia sendiri, vaksin DPT merupakan salah satu vaksin wajib yang harus diberikan kepada anak.

DPT diberikan kepada anak selama bertahap sampai 5 kali. Vaksin awal diberikan pada anak usia 2 bulan, kemudian vaksin diberikan setelah anak berusia 4 bulan, 6 bulan, 15 sampai 18 bulan. Vaksin kelima bisa Anda berikan setelah anak berusia 4 sampai dengan 6 tahun.

Ketika anak usia 7 tahun juga perlu diberikan vaksin Td/Tdap. Vaksin ini perlu diulang setiap 10 tahun sekali untuk mencegah penyakit ini.

2. Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan

Selain melakukan vaksinasi, Anda juga harus menjaga kebersihan lingkungan. Bakteri Corynebacterium diphteriae bisa berkembang dengan cepat di lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, Anda harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Hindari untuk menggunakan peralatan makan atau rumah tangga bergantian dengan penderita. Segeralah cuci peralatan setelah digunakan dengan sabun dan air mengalir. Pastikan peralatan makan dan minum dalam keadaan bersih sebelum Anda gunakan.

3. Makan Makanan yang Bergizi Seimbang

Anda juga harus menjaga asupan gizi pada anak. Anak dengan asupan gizi yang seimbang tidak akan mudah terserang virus dan bakteri, termasuk bakteri Corynebacterium diphteriae. Pastikan anak juga mengkonsumsi sayur dan buah yang cukup setiap harinya.

4. Istirahat yang Cukup

Tidak cukup hanya makanan seimbang dan bergizi saja, Anda juga harus mengatur pola tidur. Pastikan anak mendapatkan istirahat yang cukup untuk menjaga stamina tubuhnya. Ajak anak untuk rutin tidur siang dan tidur malam sebelum pukul 9 atau 10 malam.

Cara Mengobati Difteri

Lalu bagaimana jika anak terkena infeksi penyakit difteri? Jika anak Anda mengalami gejala yang sudah dijelaskan maka Anda harus segera mengobatinya.

Cara mengobati difteri bisa Anda lakukan secara medis maupun secara alami. Obat medis yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi penyakit ini yaitu:

1. Obat Antitoksin

Pengobatan awal yang akan anak terima ketika terinfeksi difteri adalah obat antitoksin. Obat ini berupa suntikan yang akan diberikan secara bertahap.

Antitoksin berfungsi untuk melawan racun dari bakteri yang sudah menyebar. Pemberian antitoksin untuk setiap anak berbeda-beda sesuai dengan kondisi tubuhnya. Ada beberapa anak yang tidak bisa menerima antitoksin sehingga dokter harus memberinya dalam dosis rendah.

Jika anak Anda mengalami alergi obat atau toksin sebaiknya sampaikan ke dokter.

2. Obat Antibiotik

Selain antitoksin, penderita juga akan mendapatkan antibiotik. Obat antibiotik sangat perlu untuk membantu tubuh melawan bakteri. Pemberian antibiotik ini harus dilakukan dengan pengawasan dokter.

Selain itu, obat antibiotik juga harus Anda habiskan. Hal ini perlu Anda lakukan untuk mencegah berkembangnya bakteri pada tubuh. Tidak hanya pasien, dokter juga bisa menyarankan keluarga untuk meminum antibiotik untuk mencegah perkembangan bakteri.

3. Perawatan Lanjutan

Jika sudah parah, dokter juga akan menyarankan perawatan lanjutan. Perawatan lanjutan ini perlu untuk mengontrol kondisi pasien. Pengangkatan selaput yang ada di tenggorokan juga perlu dilakukan jika pasien mengalami sesak nafas yang parah.

Anda juga bisa menggunakan bahan alami untuk mempercepat penyembuhan. Adapun bahan alami yang bisa Anda gunakan di antaranya yaitu:

– Jus Lemon

Obat alami yang bisa Anda gunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit ini adalah jus lemon. Di dalam lemon terkandung potasium yang bisa menjadi detoksifikasi bakteri diphtheria.

Anda bisa mencampurkan 1 sampai 2 sendok teh air lemon dengan 1 gelas air. Minuman jus lemon ini bisa membantu membunuh bakteri dan mencegah bakterinya berkembang.

– Nanas Segar

Anda juga bisa mengonsumsi nanas segar untuk mengobati penyakit ini. Nanas bisa membantu meningkatkan sistem imun tubuh. Dengan imun yang kuat anak tidak akan mudah terserang penyakit.

Anda juga bisa memberikan nanas segar kepada anak yang mengalami gejala difteri tahap pertama. Untuk pencegahan, Anda juga bisa membiasakan anak untuk mengkonsumsi nanas secara rutin.

– Bawang Putih

Kandungan atsiri yang ada di dalam bawang putih juga bagus untuk mengobati penyakit ini. Minyak atsiri bisa menjadi antiradang dan antibakteri yang sangat efektif.

Mengonsumsi bawang putih segar bisa membantu mengurangi lendir akibat bakteri diphtheriae. Selain itu, juga bisa membersihkan area tenggorokan dari bakteri ini.

– Jeruk Nipis dan Air Rosella

Anda juga bisa membuat antitoksin alami dari air rebusan bunga rosella yang dicampur dengan jeruk nipis. Campuran ini bisa menetralisir racun akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae. Anda bisa memberikan air ini dua kali sehari pada anak yang mengalami gejala penyakit ini.

Perpaduan obat medis dan alami ini diharapkan bisa mempercepat penyembuhan penderita.

Kesimpulan

Penyakit difteri ini merupakan penyakit akibat bakteri yang menyerang hidung dan tenggorokan. Anak-anak sangat rentan terkena penyakit ini, apalagi yang kekebalan tubuhnya rendah. Cara mencegahnya bisa melalui vaksinasi dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.

Jangan sepelekan penyakit ini, penyakit ini sangat berbahaya jika dibiarkan. Komplikasi bisa saja terjadi pada penderita. Bahkan penyakit ini bisa menyerang saraf dan menyebabkan kelumpuhan.

Untuk mencegah difteri, kami di Sekolah Prestasi Global mengajarkan anak untuk selalu hidup bersih. Kami selalu ajarkan anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan tidak bergantian menggunakan alat makan di sekolah.

Baca Juga: Waspadai 6 Penyakit yang Sering Dialami Anak saat Musim Pancaroba

Apa pengertian dari penyakit difteri?

Pengertian difteri yaitu infeksi karena bakteri yang menyerang selaput lendir tenggorokan dan hidung. Bakteri yang yang menyebabkan penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae. Tidak hanya menyerang hidung dan tenggorokan saja, infeksi penyakit ini juga bisa memengaruhi kulit, bahkan menyebabkan komplikasi.

Bagaimana tahapan gejala difteri pada anak?

Gejala difteri tidak muncul langsung setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Biasanya gejala akan muncul setelah 2 sampai dengan 5 hari setelah terinfeksi. Gejala awal dari penyakit ini adalah tubuh terasa lemas dan tidak bersemangat. Gejala kedua, gejala tahap ini anak akan mengalami gangguan pernafasan. Biasanya akan muncul selaput lendir pada tenggorokannya. Gejala ketiga, gejalanya akan semakin serius. Akan muncul pseudomembrane atau selaput abu-abu pada tenggorokan. Selaput ini menutupi saluran hidung dan tenggorokan sehingga membuat anak sulit bernafas dan menelan. Gejala keempat, Tahap terakhir yaitu tahap keempat terjadi jika bakteri terus menyebar dan tidak diobati. Gejala pada tahap ini adalah kulit menjadi terinfeksi. Kulit penderita akan tampak kemerahan dan sakit jika Anda pegang. Pada tahap ini, penderita juga akan mengalami pembengkakan pada kulit. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan borok atau luka basah di kulit.

Apa yang dibutuhkan jika melakukan perawatan lanjutan jika anak terkena penyakit difteri?

Jika sudah parah, dokter juga akan menyarankan perawatan lanjutan. Perawatan lanjutan ini perlu untuk mengontrol kondisi pasien. Pengangkatan selaput yang ada di tenggorokan juga perlu dilakukan jika pasien mengalami sesak nafas yang parah. Beberapa bahan alami juga diperlukan seperti jus lemon, nanas segar, bawang putih, jeruk nipis dan air rosella.