Apa yang terlintas dalam benak Anda jika mendengar kata “kecerdasan anak”? Kebanyakan orang pasti berpikir tentang kecerdasan akademik. Namun, ada lagi kecerdasan yang juga wajib anak miliki, yakni kecerdasan sosial. Apa itu kecerdasan sosial dan bagaimana cara meningkatkannya? Berikut penjelasannya.

Definisi dan Manfaat Kecerdasan Sosial pada Anak

Orang Tua Wajib Tahu! (Angka) Cara Meningkatkan Kecerdasan Sosial pada Anak - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Charlein Gracia on Unsplash  

Pernahkah Anda melihat anak yang peka terhadap apa yang orang-orang sekitarnya rasakan? Misalnya, menghibur saat orang lain menunjukkan wajah sedih.

Jika ya, ketahuilah bahwa gambaran tersebut merupakan salah satu contoh kecerdasan sosial pada anak.

Apa tepatnya kecerdasan sosial?

Pada dasarnya, kecerdasan sosial pada anak adalah kemampuan anak untuk mengenal dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.

Berbeda dengan kemampuan yang berkembang secara instingtif, misalnya kemampuan untuk makan, minum atau berjalan, kecerdasan sosial hanya bisa anak dapatkan melalui pengalaman dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya saja, melalui interaksi dengan orang-orang terdekat, termasuk orang tua.

Apa saja manfaat yang anak rasakan jika Ia memiliki kecerdasan sosial? Jawabannya, banyak sekali, di antaranya:

  1. Anak lebih memiliki kemampuan untuk berempati dan memahami perasaan orang lain.
  2. Lebih mudah bagi anak untuk menghormati dan menghargai orang lain.
  3. Anak memiliki perilaku yang baik dalam kehidupan sosialnya.
  4. Anak memiliki persepsi atau pemahaman yang dalam dan baik terhadap diri sendiri.

Meski terdengar sederhana, manfaat-manfaat tersebut bisa membentuk pribadi yang baik pada anak, sehingga Ia mudah berbaur dalam lingkungan sosial. Hal ini tentunya bisa sangat bermanfaat untuk kehidupan anak saat beranjak dewasa.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengajarkan Kecerdasan Sosial pada Anak?

Kecerdasan sosial merupakan skill yang terpupuk melalui praktik secara terus menerus. Artinya, orang tua juga perlu memberikan contoh yang baik saat berinteraksi dengan anak.

Kecerdasan sosial sebaiknya Anda pupuk pada diri anak sejak dini. Terutama di fase golden age, atau ketika anak berusia 0-5 tahun, di mana anak bisa lebih cepat menyerap dan menerima rangsangan dari orang sekitar. Kemudian, proses ini pun perlu terus berlanjut hingga anak berusia remaja.

Lantas, cara apa saja yang bisa Anda terapkan untuk meningkatkan kecerdasan sosial pada anak? Anda bisa praktikkan cara-cara berikut ini.

Cara Memupuk Kecerdasan Sosial Anak

Orang tua memiliki peran sangat besar dalam pembentukan karakter anak, tidak terkecuali dalam proses meningkatkan kecerdasan sosial. Banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan kecerdasan sosial pada anak. Berikut 10 di antaranya:

1. Berkomunikasi dengan Anak Setiap Hari

Komunikasi yang efektif merupakan salah satu kunci utama dalam tumbuh kembang anak. Maka dari itu, upayakan agar Anda bisa berkomunikasi dengan anak setiap hari.

Anda bisa meluangkan waktu setiap hari untuk bertanya dan mendengarkan cerita anak, misalnya ketika hendak tidur. Hindari memberikan pertanyaan tertutup yang jawabannya “Ya” atau “Tidak” saja. Pancing anak untuk bercerita lebih banyak agar Ia mendapat stimulasi yang cukup.

2. Utamakan Memberi Contoh

Dalam mendidik anak, tidak sedikit orang tua yang mengarahkan anak lewat instruksi. Upaya tersebut merupakan inisiatif yang bagus, namun, ada cara lain yang lebih efektif untuk meningkatkan kecerdasan sosial anak, yakni memberikan contoh secara langsung.

Sebagai contoh, jika Anda ingin anak menjadi pendengar yang baik, maka mulailah mendengar cerita sang anak dengan penuh perhatian. Dengan cara ini, anak bisa terus mengingat perlakuan Anda dan mencontohnya, bahkan hingga Ia dewasa.

3. Bersikap Tulus dan Sabar

Anak, terutama anak usia dini, kerap membutuhkan waktu lama untuk menceritakan hal yang Ia pikirkan. Tidak sedikit orang yang kehabisan kesabaran dalam mendengarkan anak.

Meski begitu, tetaplah sabar dan penuh atensi. Hindari memaksa anak untuk bercerita, karena hal tersebut dapat membuat anak tertekan. Perlakukan anak dengan tulus, serta hindari kalimat yang bersifat manipulatif.

4. Perhatikan Bahasa Tubuh Anak

Bahasa tubuh merupakan metode komunikasi yang sama efektifnya dengan bahasa sehari-hari. Apalagi, anak usia dini tidak memiliki kosakata yang luas, sehingga bisa saja si Kecil mengalami keterbatasan dalam menjelaskan pikirannya.

Maka dari itu, Anda perlu memperhatikan dan memahami bahasa tubuh anak. Saat bercerita, usahakan selalu melakukan kontak mata. Selain itu, Anda juga bisa memperhatikan gerak-gerik tubuh serta mimik wajah anak.

5. Ajarkan Anak untuk Menyampaikan Perasaan Tanpa Menyerang

Jika anak sudah merasa nyaman untuk menyampaikan apa yang dia rasakan, tugas selanjutnya adalah membantu anak dalam penyampaiannya. Bentuk kebiasaan anak dalam menggunakan kata “Saya” dalam kalimat dan hindari penggunaan kata “Kamu”.

Misalnya, jika anak merasa sedih karena diganggu temannya, ajarkan anak untuk menyampaikan “Saya sedih, karena…”, bukannya “Kamu nakal, karena…”. Untuk memupuk kebiasaan ini, tentu saja Anda perlu mempraktekkan dan mencontohkannya secara konsisten.

6. Memberi Respon pada Cerita Anak

Tidak hanya harus membuka sesi komunikasi dengan anak, orang tua juga harus memberikan respon terhadap cerita-cerita anak.

Respon Anda pada cerita anak menunjukkan bahwa Anda memberikan perhatian sepenuhnya pada anak. Hindari percakapan yang terdistraksi oleh gadget. Selain itu, respon yang cukup juga bisa merangsang anak untuk melanjutkan obrolan dan membuat anak lebih terbuka terhadap Anda.

7. Beri Arahan pada Anak Secara Privat

Saat bersosialisasi, kerap kali anak melakukan kesalahan yang membuat orang tua perlu menegur anak. Tindakan ini merupakan hal yang wajar. Namun, sebaiknya hindari menegur anak di depan teman-temannya.

Bila anak ditegur di depan umum, anak akan merasa malu dan sedih. Hal ini bisa membuat anak merasa rendah diri dibanding teman sebayanya. Jika Anda ingin menegur anak, usahakan lakukan di sesi tersendiri, atau pisahkan dulu anak dari teman-temannya.

8. Dorong Anak untuk Mencari Teman

Memiliki teman memberi dampak yang baik pada tumbuh kembang anak. Dengan memiliki teman, anak bisa belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Meski begitu, bukan berarti orang tua tidak memiliki peran dalam persahabatan yang anak bangun. Anda bisa memancing anak untuk bercerita tentang temannya. Dengarkan dan ingatlah nama-nama teman untuk memperlihatkan dukungan Anda terhadap teman-teman anak.

9. Ajarkan Anak untuk Minta Maaf dan Memaafkan

Kesadaran untuk minta maaf saat melakukan kesalahan merupakan salah satu tanda tanggung jawab. Sementara itu, kemampuan memaafkan orang lain adalah tanda individu yang memiliki hati yang besar. Anda tentu ingin anak Anda memiliki karakter itu bukan?

Minta maaf dan memaafkan merupakan kebiasaan yang bisa Anda pupuk pada anak sejak kecil. Caranya adalah mempraktikkan hal yang sama dalam interaksi Anda dan anak sehari-hari. Jangan ragu untuk minta maaf pada anak, serta sampaikan bahwa Anda memaafkan anak jika Ia melakukan salah.

10. Konsisten

Memupuk karakter-karakter baik dalam diri anak membutuhkan waktu yang tidak singkat. Maka dari itu, tanamkan keteguhan dalam diri Anda dan lakukan anjuran-anjuran di atas secara konsisten.

Lingkungan Sekolah Sebagai Pendukung Pendidikan Sosial Anak

Orang Tua Wajib Tahu! (Angka) Cara Meningkatkan Kecerdasan Sosial pada Anak - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by CDC on Unsplash

Banyak faktor yang memengaruhi arah tumbuh kembang anak. Di rumah, orang tua merupakan guru pertama dan utama. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk konsisten memberikan nasihat dan contoh yang baik, agar anak bisa berkaca dan belajar dari sana.

Meski begitu, kebiasaan tersebut bisa berubah seiring dengan masuknya anak ke usia sekolah. Di sekolah, anak akan bertemu dengan banyak orang yang mampu memengaruhi karakternya. Bila anak memiliki lingkungan yang baik, maka kecerdasan sosialnya pun akan terus meningkat.

Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memilih sekolah yang memiliki nilai-nilai yang selaras dengan orang tua, agama dan masyarakat. Misalnya, Sekolah Prestasi Global.

Cerdas dalam Berbagai Aspek Bersama Prestasi Global

Prestasi Global merupakan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebermanfaatan.

Hal tersebut tertuang dalam Filosofi Lebah, yang artinya Prestasi Global berkomitmen membina penerus bangsa yang tidak hanya memiliki keterampilan akademis, tapi juga ketaatan terhadap agama dan bermanfaat bagi sesama dan lingkungan sekitarnya.

Sekolah Prestasi Global menerapkan sistem pendidikan yang efektif dan modern, namun tidak menuntut anak secara berlebihan. Di sekolah, selain pemberian materi akademik, anak juga bebas mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang mampu memupuk karakternya, seperti pramuka, kesenian atau olahraga.

Selain itu, Prestasi Global juga tidak menerapkan sistem pekerjaan rumah kepada para siswa, dengan tujuan agar anak memiliki waktu bercengkrama dengan orang tua di rumah. Dengan kata lain, Prestasi Global memberi ruang agar komunikasi anak dan orang tua tetap berjalan lancar.

Niat tersebut juga didukung dengan pendidikan agama yang baik. Anak tidak semata-mata dibebani dengan hapalan ayat suci, melainkan didorong untuk memahami Alquran serta mempraktikkan nilai-nilai kebaikan Alquran di kehidupan sehari-hari.

Secara akademis, anak pun akan mendapatkan fasilitas yang canggih dan up to date, seperti laboratorium dan fasilitas antar jemput. Hal ini agar anak memiliki kemampuan bersaing di pasar global dan bisa menelurkan ide-ide baru yang kelak bermanfaat bagi masyarakat.

Kombinasi dari metode-metode tersebut bertujuan untuk membekali anak agar mampu menavigasi dirinya sebagai agent of change dan khalifah ketika Ia sudah dewasa nanti.

Kesimpulan

Kecerdasan sosial merupakan skill yang harus dimiliki oleh setiap orang. Manfaat kecerdasan sosial dan contohnya banyak sekali, termasuk menjadi lebih empati pada sesama serta menghargai diri sendiri.

Sayangnya, tidak sedikit orang yang tumbuh dewasa dan kurang memiliki kecerdasan sosial. Hal ini karena kecerdasan sosial tidaklah muncul begitu saja, melainkan harus dipupuk sejak kecil.

Maka dari itu, sebagai orang tua, penting untuk mendidik anak mengenai kecerdasan sosial sejak dini. Proses ini bisa Anda mulai sejak anak berusia dini, terutama di era golden age dimana anak lebih mudah menyerap rangsangan dan arahan dari orang-orang terdekatnya.

Namun, tidak hanya mempraktekkan cara-cara yang sudah dianjurkan, orang tua juga perlu memastikan anak berada di lingkungan yang terbaik, terutama lingkungan sekolahnya. Untuk itu, Sekolah Prestasi Global merupakan pilihan yang tepat.

Tidak hanya menyediakan beragam fasilitas untuk menunjang prestasi akademik, Prestasi Global juga berkomitmen untuk membimbing anak agar menjadi insan yang taat pada agama, serta bermanfaat bagi sesama.

Dengan mengikutsertakan anak dalam lingkungan yang mendukung perkembangan karakter, upaya meningkatkan kecerdasan sosial pada anak bukan lagi menjadi masalah.

Baca juga: 18 Permainan Anak Jaman Dulu yang Membantu Mengasah Kecerdasan Otak Anak

1. Apa yang dinamakan kecerdasan sosial pada anak?

Pada dasarnya, kecerdasan sosial pada anak adalah kemampuan anak untuk mengenal dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya. Berbeda dengan kemampuan yang berkembang secara instingtif, misalnya kemampuan untuk makan, minum atau berjalan, kecerdasan sosial hanya bisa anak dapatkan melalui pengalaman dengan lingkungan sekitarnya.

2. Kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan kecerdasan sosial pada anak?

Kecerdasan sosial sebaiknya Anda pupuk pada diri anak sejak dini. Terutama di fase golden age, atau ketika anak berusia 0-5 tahun, di mana anak bisa lebih cepat menyerap dan menerima rangsangan dari orang sekitar.

3. Apa saja cara untuk meningkatkan kecerdasan sosial pada anak?

Meningkatkan kecerdasan sosial pada anak bisa dimulai dengan berkomunikasi dengan anak setiap hari, utamakan memberi contoh, bersikap tulus dan sabar, perhatikan bahasa tubuh anak, ajarkan anak untuk menyampaikan perasaan tanpa menyerang, memberi respon pada cerita anak, beri arahan pada anak secara privat, dorong anak untuk mencari teman, ajarkan anak untuk minta maaf dan memaafkan, dan terakhir lakukan dengan konsisten.