Tantrum akibat overstimulasi merupakan suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anak yang berusia di bawah 5 tahun. Ketika seorang anak mengalami tantrum terkadang membuat Anda sebagai orang tua kebingungan.

Karena tidak tahu cara mengatasinya dan bingung harus berbuat apa, tidak sedikit orang tua yang menjadi emosi karena kejadian tersebut. Sehingga membuat suasana semakin tidak kondusif.

Tantrum karena overstimulasi memang berbeda dengan tantrum biasa. Maka dari itu memerlukan penanganan khusus. Ingin tahu cara mengatasi tantrum karena overstimulasi? Yuk simak beberapa tips di sini.

 

Apa Itu Tantrum?

Tantrum adalah suatu kondisi ketika seorang anak menunjukan reaksi emosi dan perilaku yang berlebihan. Perilaku yang muncul bisa bermacam-macam sesuai dengan situasi emosional yang sedang mereka hadapi.

Ada anak yang menunjukan reaksi emosi dengan cara marah, berteriak sekuat tenaga, bahkan sampai mengamuk. Tapi ada juga yang menunjukan perilaku malu, ketakutan, menangis, dan reaksi emosi lainnya.

 

Kapan Anak Bisa Mengalami Tantrum?

Anak yang berusia antara satu hingga empat tahun sangat rentan mengalami tantrum akibat overstimulasi. Kondisi tersebut akan mencapai puncaknya saat anak berusia 2 – 3 tahun. Setelah berusia 5 tahun, biasanya tantrum akan berkurang dengan sendirinya.

 

Penyebab Tantrum Pada Anak

Tidak semua anak balita mengalami tantrum akibat overstimulasi, karena ada beberapa hal yang bisa memicu munculnya tantrum pada anak. Sebagai orang tua Anda harus tahu penyebab munculnya tantrum pada si buah hati.

Penyebab Tantrum Pada Anak-PresgoImage by karlyukav on Freepik

Agar nantinya Si Kecil bisa terhindar dari hal tersebut. Ada beberapa penyebab munculnya tantrum pada anak, antara lain:

· Terbatasnya Kemampuan Berkomunikasi

Sebagian besar balita tidak mengetahui bagaimana cara mengekspresikan, mengungkapkan, dan mengomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya.  Atau Si Kecil tidak tahu cara menyampaikan keinginannya.

Hal itu bisa membuat Si Kecil terjebak dalam situasi emosi yang dia sendiri tidak memahaminya. Sehingga membuat anak tersebut menunjukan reaksi emosi dan perilaku yang berlebihan. Inilah salah satu sebab anak bisa mengalamai tantrum akibat overstimulasi.

· Overstimulasi

Overstimulasi merupakan kondisi ketika seorang anak mendapatkan stimulasi secara berlebihan. Sehingga menyebabkan Sang Anak tidak mampu menerima dan merasa kewalahan menghadapi stimulasi itu.

Biasanya seorang anak mengalami overstimulasi berupa suara, pengalaman, aktivitas, atau sensasi yang berlebihan. Akibatnya anak tersebut tidak mampu mengatasinya.

Sebagai contoh, misalnya ketika pertama kali Si Kecil masuk ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Saat itu Si buah hati menghadapi situasi dan lingkungan baru.

Untuk pertama kalinya Si Anak bertemu dan berkenalan dengan teman-teman yang tidak pernah dia jumpai sebelumnya. Si Kecil juga akan berinteraksi dengan guru yang dianggap sebagai orang asing, karena belum pernah mengenal sebelumnya.

Situasi tersebut bisa menyebabkan munculnya rasa ketakutan pada anak. Merasa terancam dan tidak aman karena berada di tengah orang-orang asing. Selain itu Si Kecil juga merasa orang tuanya tidak sayang lagi karena sudah tidak menemaninya.

Kemudian anak juga akan merasa tidak berdaya untuk menghadapi teman atau guru baru. Sehingga Si Buah Hati tidak kuasa menahan banyaknya reaksi emosional, dan saat itulah muncul tantrum pada anak.

Pada dasarnya tantrum akibat overstimulasi, terjadi ketika seorang anak mendapatkan banyak stimulus dan merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapinya dengan baik.

Ketika tantrum pada anak muncul, hal itu merupakan salah satu cara Si Kecil untuk menunjukan kepada orang tua atau orang yang berada di sekitarnya, bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

 

Tantrum adalah Penyakit?

Sebagai orang tua, Anda harus paham bahwa tantrum akibat overstimulasi bukan penyakit, apalagi menular. Gejala tantrum akan hilang dengan sendirinya, seiring tumbuh dan kembang anak.

Perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak akan terus terjadi. Dan kemudian anak menemukan cara yang tepat untuk mengekspresikan semua yang ada dalam pikirannya.

Si Buah Hati juga akan menemukan cara yang lebih baik untuk mengungkapkan keinginannya kepada orang tua dan orang-orang di sekitarnya.

 

Cara Menghadapi Anak Tantrum Akibat Overstimulasi

Ketika buah hati Anda sedang tantrum, jangan panik dulu ya. Anda harus tetap tenang dan harus mampu mengendalikan emosi saat menghadapi anak tantrum.

Apalagi ketika anak tantrum di depan umum, jangan sampai emosi Anda terpancing, karena hal ini akan membuat situasi semakin parah dan tidak terkendali. Ada beberapa tips untuk mengatasi anak tantrum karena kelebihan stimulasi.

Cara Menghadapi Anak Tantrum Akibat Overstimulasi-Presgo

Photo by zahra amiri on unplash

1. Hindari Pemicu Tantrum

Hal pertama yang harus Anda pahami sebagai orang tua adalah mengenal dan mengetahui apa saja yang bisa memicu munculnya tantrum akibat overstimulasi pada Si Buah Hati. Agar nantinya Anda bisa menghindari hal-hal pemicu tersebut.

Selain itu, Anda juga bisa menghindari situasi yang memberikan stimulasi berlebih terhadap diri Si Kecil. Anda bisa memberikan gambaran atau visualisasi situasi-situasi yang mungkin akan dihadapi Si Kecil. Agar anak lebih siap ketika menghadapi situasi itu.

2. Berikan Pelukan Hangat

Memberikan pelukan yang hangat dan penuh kasih sayang kepada Si Kecil yang mengalami tantrum akibat overstimulasi, bisa menambah rasa ketenangan dan kenyaman pada diri anak. Memeluk dengan kasih sayang juga bisa menunjukan bahwa anda memahami sepenuhnya apa yang anak rasakan.

Selain pelukan Anda bisa juga memberikan usapan pada punggung atau membelai kepala Si Buah Hati dengan penuh kelembutan.

3. Ucapkan Kata-kata yang Menenangkan

Ketika Anda memberikan pelukan pada Si Kecil, berikan juga kata-kata yang dapat membuat hati anak menjadi lebih tenang. Misalnya, “Bunda paham apa yang kamu rasakan,”. “Mama selalu ada di sini untukmu,”. “Kamu bisa cerita apa aja ke Bunda,”.

Kata-kata sederhana yang menenangkan tersebut akan memberikan kenyamanan pada buah hati Anda dan ini dapat meredam gejolak emosi yang terjadi pada Si Kecil.

4. Ajak Anak ke Tempat yang Tenang

Mengajak buah hati Anda ke tempat yang lebih tenang, bisa menjauhkan anak dari situasi yang menimbulkan ketegangan emosi. Setelah berada di tempat tenang, berikan sedikit waktu agar Si Kecil bisa menenangkan diri dan merasa lebih nyaman. Anak yang mengalami tantrum akibat overstimulasi akan bisa mengendalikan dirinya.

5.  Alihkan Perhatian Anak

Mengalihkan perhatian merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mengatasi anak yang sedang tantrum akibat overstimulasi. Alihkan perhatian Si Kecil ke hal-hal yang sangat disukai.

Pengalihan perhatian pada anak tantrum akibat overstimulasi dapat dilakukan dengan cara memberikan mainan atau barang kesukaan buah hati Anda. Bisa juga dengan mengajak ngobrol anak dengan tema kesukaannya, atau dengarkan musik kesukaan anak.

6. Berikan Rasa Aman pada Anak

Seorang anak akan membutuhkan rasa aman ketika mengalami tantrum akibat overstimulasi. Kehadiran Anda dengan penuh kasih sayang di sisi Si Kecil saat tantrum bisa menimbulkan rasa aman, nyaman dan menambah ketenangan pada diri anak.

Dan sebaliknya, kegelisahan dan kegusaran Anda saat menghadapi anak tantrum justru akan membuat emosi Si Buah Hati semakin meledak.

7. Sediakan Waktu untuk Mendengarkan

Setiap anak membutuhkan seseorang yang bisa menjadi pendengar yang baik. Dan biasanya seorang anak berharap orang tuanya menjadi pendengar terbaiknya. Maka tanamkan pada diri Anda bahwa Si Kecil selalu membutuhkan Anda untuk menjadi pendengar yang baik.

Anda harus bisa memberikan waktu yang berkualitas saat anak bercerita. Ketika anak sedang bercerita, tunjukan bahwa Anda sangat antusias mendengarkan kisahnya.

Cobalah untuk menatap mata Si Kecil dan tunjukan rasa ingin tahu dan penasaran tentang cerita tersebut. Sesekali berikan anggukan kepala sebagai tanda bahwa Anda hadir sebagai pendengar yang baik.

Dan jangan lupa, Anda juga harus memberikan tanggapan. Baik itu dalam bentuk kata-kata atau pun ekspresi wajah yang menunjukan bahwa Anda sangat menikmati cerita Si Buah Hati.

8. Kenalkan Berbagai Bentuk Ekspresi Emosi

Sebagian besar orang menganggap bahwa emosi adalah kemarahan. Padahal marah bukan satu-satunya bentuk ekspresi emosi. Menangis atau bahagia juga merupakan bentuk ekspresi emosi.

Cobalah untuk mulai mengenalkan tentang apa itu marah, malu, takut, sedih, kecewa, jijik, senang, bahagia, bangga dan bentuk ekspresi emosi lainnya pada Si Kecil.

Anda juga bisa menunjukan beberapa gambar atau foto berbagai ekspresi emosi tersebut pada buah hati Anda. Tujuannya adalah agar Si Kecil bisa mengetahui dan mengenali emosi apa yang sedang dia rasakan.

9. Berikan Latihan pada Anak untuk Mengekspresikan Emosi

Anda bisa melatih Si Buah Hati untuk merasakan dan mengekspresikan emosinya dalam kehidupan sehari-hari. Caranya cukup mudah, Anda hanya perlu menyiapkan beberapa stiker bergambar ekspresi senyum, sedih, datar (netral), dan lainnya.

Pada jam-jam tertentu mintalah pada Si Kecil untuk menempelkan salah satu stiker tersebut sesuai dengan perasaannya waktu itu. Stiker bisa ditempelkan di papan atau pintu kulkas, tergantung dari selera dan kesukaan anak.

Kemudian berikan tanggapan atau mengajak buah hati Anda untuk menceritakan kenapa Si Kecil merasakan emosi tersebut.

10. Ajarkan Ekspresi Emosi Secara Verbal

Tidak semua ekspresi emosi selalu ditunjukan dengan perbuatan. Anda bisa mengajarkan pada anak bahwa dia bisa menunjukan ekspresi emosi dengan verbal atau kata-kata.

Misalnya ketika si kecil marah tidak harus menunjukan wajah sedih, menangis meraung-raung, sambil melempar benda di sekitarnya. Tapi dia bisa mengucapkan: “Aku sedih lho kalau mama pergi.”.

Atau bisa juga mengatakan: “Aku marah kalau kamu mengambil mainanku.”. “Aku takut saat berada di sekitar orang yang tidak aku kenal.”. Dan masih banyak lagi kata-kata sebagai ekspresi emosi.

Dengan membiasakan anak untuk mengekspresikan emosinya secara verbal, maka Si Kecil akan terbiasa menyampaikan perasaannya dengan kata-kata.

Beberapa tips yang di atas sangat bermanfaat untuk mengatasi tantrum akibat overstimulasi pada Si Kecil, baik itu saat kejadian atau secara  jangka panjang. Ketika tantrum muncul pada anak, Anda bisa menggunakan tips nomor 1-5.

Sedangkan untuk nomor 6-10 untuk mengatasi secara jangka panjang. Itulah beberapa tips untuk mengatasi tantrum akibat overstimulasi pada Si Kecil.

 

Kenali Penyebab Tantrum Akibat Overstimulasi, Temukan Solusi yang Tepat

Tantrum akibat Overstimulasi bisa menjadi salah satu faktor penyebab tantrum pada anak. Tapi Anda juga harus ingat bahwa tantrum merupakan hal yang wajar, dan bukan merupakan gangguan mental yang permanen.

Penyebab tantrum akibat overstimulasi karena anak belum bisa menemukan cara yang tepat untuk mengekspresikan emosinya. Butuh kesabaran dan ketelatenan orang tua agar Si Buah Hati bisa menemukan cara yang tepat untuk mengelola emosinya.

Selain orang tua, seluruh anggota keluarga juga harus berperan aktif dalam mendampingi anak. Dukungan keluarga merupakan faktor penting untuk mengurangi gejala tantrum akibat overstimulasi pada anak.

Baca juga : 5 cara Menangani Amuk Anak dan Tanda Tantrum yang Tidak Normal Pada Anak

1. Apa pengertian Tantrum?

Tantrum adalah suatu kondisi ketika seorang anak menunjukan reaksi emosi dan perilaku yang berlebihan.

2. Kapan anak bisa mengalami Tantrum?

Anak yang berusia antara satu hingga empat tahun sangat rentan mengalami tantrum.

3. Bagaimana cara menghadapi anak Tantrum?

Hindari Pemicu Tantrum, Berikan Pelukan Hangat, Ucapkan Kata-kata yang Menenangkan, Ajak Anak ke Tempat yang Tenang, Alihkan Perhatian Anak, Berikan Rasa Aman pada Anak, Sediakan Waktu untuk Mendengarkan, Kenalkan Berbagai Bentuk Ekspresi Emosi, Berikan Latihan pada Anak untuk Mengekspresikan Emosi, Ajarkan ekspresi Emosi secara Verbal.