Kisah Nabi Ibrahim merupakan kisah yang harus menjadi pelajaran bagi generasi muda umat Islam. Sebab dari kisah Nabi Ibrahim tersebut, ada begitu banyak pelajaran penting dari kisah tersebut untuk kehidupan saat ini.

Apalagi mengingat Nabi Ibrahim sebagai Bapak Para Nabi yang kisahnya menjadi asal dari ibadah haji. Ingin memahami kisah Nabi Ibrahim secara lebih dalam? Silahkan simak penjelasan kami berikut ini yang mengulas lebih mendalam mengenai kisah Nabi Ibrahim.

 

Masa Kecil Nabi Ibrahim

Kisah Nabi Ibrahim sering bersinggungan dengan ibadah haji. Namun sebelum membahas hal tersebut, akan lebih baik jika memahami kisah masa kecil Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim lahir di wilayah Mesopotamia atau yang kini memiliki nama Iraq. Masyarakat yang hidup saat itu belum mengenal Tauhid dan masih berada pada kondisi jahiliyah.

Mereka menjadikan bintang, bulan dan matahari sebagai tuhan. Bahkan kebanyakan dari mereka membuat patung-patung sebagai sesembahan.

Kondisi ini juga terjadi di sekitar Nabi Ibrahim. Bahkan ayahnya merupakan salah satu pembuat patung berhala ternama di daerah tersebut. Meski begitu, Nabi Ibrahim tidak lantas menjadikan patung sebagai tuhannya.

Nabi Ibrahim justru merasakan keraguan karena melihat patung yang tidak berdaya tidak mungkin merupakan tuhan. Proses pencarian tuhan yang Nabi Ibrahim lakukan terdapat pada Alquran surat Al An’am ayat 76-79.

Pada surat tersebut, menunjukkan bagaimana Nabi Ibrahim awalnya melihat bintang sebagai tuhan. Namun ketika bintang tersebut lenyap, ia meyakini bahwa bintang bukanlah tuhan.

Lalu munculah bulan dan matahari yang lebih besar. Namun ketika bulan dan matahari tersebut hilang akibat pergantian siang dan malam, Nabi Ibrahim meyakini bahwa bulan dan matahari bukanlah tuhan.

Kemudian Nabi Ibrahim barkata bahwa tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan Pencipta Langit dan Bumi. Nabi Ibrahim lalu berniat untuk menyadarkan kaumnya dari kekeliruan selama ini.

Dikisahkan dalam Alquran surat Al-Anbiya ayat 51-70 bagaimana cara Nabi Ibrahim menyadarkan masyarakatnya. Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala dan menyisakan satu berhala yang besar.

Melihat patung berhala hancur, masyarakat Nabi Ibrahim lalu marah dan mencari pelakunya. Lalu Nabi Ibrahim berkata untuk bertanya pada satu patung yang tersisa.

Namun masyarakat saat itu justru berkata bahwa patung tentu tidak dapat berbicara. Mendengar jawaban tersebut, lantas Nabi Ibrahim bertanya mengapa mereka masih menyembah patung meski tahu patung-patung tersebut tidak dapat berkata dan membela diri.

 

Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud

Perjuangan Nabi Ibrahim dalam membela tauhid bukan hanya melawan masyarakat biasa. Namun Nabi Ibrahim juga harus berhadapan dengan penguasa yang mengaku sebagai Tuhan.

Kisah tersebut sebagaimana yang tertulis di dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 258[3]. Raja yang menjadi lawan Nabi Ibrahim saat itu adalah Raja Namrud.

Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud-Presgo

Photo by Adli Wahid on Unsplash

Raja Namrud berkata bahwa ia adalah tuhan. Namun Nabi Ibrahim berkata bahwa Tuhan ialah yang menghidupkan dan mematikan. Namun Raja Namrud dapat membalas argumen tersebut.

Raja Namrud memanggil kedua pelayannya untuk maju ke hadapannya. Lalu ia membunuh satu pelayan dan membiarkan pelayan lainnya hidup. Setelahnya Raja Namrud berkata bahwa ia mampu menghidupkan dan mematikan.

Meski begitu Nabi Ibrahim tidak kehilangan akal. Nabi Ibrahim berkata bahwa Tuhan ialah yang menerbitkan matahari dari timur. Maka Nabi Ibrahim meminta Raja Namrud menerbitkan matahari dari barat.

Mendengar argumen tersebut, Raja Namrud tidak dapat membalasnya dan hanya diam kebingungan. Setelah itu Raja Namrud mengusir Nabi Ibrahim untuk pergi dari istananya.

 

Kelahiran Nabi Ismail

Ketika dewasa, Nabi Ibrahim menikah dengan seorang perempuan bernama Sarah. Walau begitu, setelah puluhan tahun menikah, mereka belum juga mendapatkan seorang anak.

Kondisi ini membuat Nabi Ibrahim merasa sedih. Sebab ia sangat mendambakan seorang anak yang akan menjadi penerus perjuangannya dalam menyebarkan ajaran tauhid.

Hingga Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah untuk mendapatkan keturunan yang sholeh. Doa Nabi Ibrahim tersebut terdapat dalam Alquran surat As-Saffat ayat 100.

Sarah juga memahami kesedihan yang Nabi Ibrahim miliki karena belum mempunyai keturunan. Oleh karena itu Sarah mengizinkan Nabi Ibrahim untuk menikah lagi dengan seorang Wanita Bernama Hajar.

Dari pernikahan dengan Hajar tersebut, Nabi Ibrahim mendapatkan seorang keturunan yaitu Nabi Ismail. Kelahiran Nabi Ismail tentu membuat hati Nabi Ibrahim senang dan gembira.

 

Perintah Meninggalkan Siti Hajar & Nabi Ismail

Namun pada kisah Nabi Ibrahim ini diceritakan pula bahwa kebahagiaan Nabi Ibrahim atas kelahiran Nabi Ismail ternyata membuat sedih Sarah. Lalu Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah untuk mengatasi persoalan tersebut.

Setelah itu Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan Nabi Ismail pergi. Hingga tibalah mereka pada suatu tempat yang gersang dan tandus.

Ketika berada di tempat tersebut, Nabi Ibrahim mendirikan tenda untuk beristirahat. Tidak lama setelah itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk Kembali dan meninggalkan Siti Hajar dan Ismail.

Meninggalkan istri dan anak di tempat yang gersang dan tandus tentu merupakan hal yang berat bagi Nabi Ibrahim. Meski begitu, ia tidak bisa menolak sebab perintah tersebut diberikan oleh Allah.

Nabi Ibrahim hanya bisa berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya tersebut. Doa Nabi Ibrahim tersebut terdapat di Alquran surat Ibrahim ayat 37.

Siti Hajar juga merasa sangat berat Ketika Nabi Ibrahim harus meninggalkannya di sana. Sebab ia harus merawat Nabi Ismail yang saat itu masih harus menyusui dan membutuhkan nutrisi.

Benar saja, tidak lama setelah kepergian Nabi Ibrahim, Nabi Ismail menangis kencang karena kelaparan. Hal ini membuat Siti Hajar kebingungan dan berlari di antara dua bukit sebanyak tujuh kali untuk mencari makanan.

Kedua bukit tersebut adalah bukit Shawa dan Marwa. Pada kisah Nabi Ibrahim, kejadian ini masih menjadi perayaan hingga hari ini ketika ibadah naik haji. Ibadah tersebut memiliki nama sa’I atau lari-lari kecil.

Perintah Meninggalkan Siti Hajar & Nabi Ismail-Presgo

Photo by ekrem osmanoglu on Unsplash

Meski sudah berlari, namun Siti Hajar tidak bisa menemukan sumber makanan untuk Nabi Ismail. Namun, mukjizat terjadi pada saat itu. Dari bekas hentakan kaki Nabi Ismail yang menangis ternyata muncul air.

Lalu Siti Hajar memberikan air minum tersebut untuk Nabi Ismail. Hingga kini, telaga air tersebut masih terus mengeluarkan air yang dikenal sebagai mata air Zamzam.

Adanya mata air di tempat tersebut mengundang para musafir untuk tinggal dan menetap. Sampai saat ini, tempat ditinggalkannya Siti Hajar dan Nabi Ismail menjadi sebuah kota yang bernama Makkah.

 

Perintah Menyembelih Nabi Ismail

Bertahun-tahun telah berlalu hingga Nabi Ismail tumbuh menjadi anak yang sehat. Pada kisah Nabi Ibrahim ini diceritakan bahwa Nabi Ibrahim pergi mengunjungi putra dan istrinya tersebut.

Namun suatu hal yang tidak pernah disangka oleh Nabi Ibrahim terjadi. Ia mendapatkan mimpi untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Kisah Nabi Ibrahim ini tercantum di dalam Alquran surat As-Saffat ayat 99–111.

Nabi Ibrahim menyampaikan mimpi tersebut pada Nabi Ismail. Maka, jawaban yang diberikan oleh Nabi Ismail membuat Nabi Ibrahim kagum.

Nabi Ismail bukan membenci ayahnya. Ia tidak menolak permintaan tersebut namun justru menyarankan Nabi Ibrahim untuk menjalankan mimpinya.

Tentu perintah ini merupakan perintah yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang ayah yang sudah menanti keturunan selama puluhan tahun namun harus menyembelih sendiri keturunan tersebut.

Pada cerita kisah Nabi Ibrahim ini disebutkan bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tidak berpaling dari perintah Allah. Dengan penuh kesabaran mereka menjalankan perintah yang diperintahkan oleh Allah.

Hingga akhirnya Nabi Ismail sudah tergeletak dan pisau sudah siap untuk menyembelihnya. Namun dengan penuh kuasa-Nya, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor sembelihan yang besar.

Bukan hanya itu, Allah juga memberikan kedudukan yang tinggi kepada Nabi Ibrahim. Hal ini sebagaimana yang tertulis di dalam Alquran surat As-Saffat ayat 108-109 yang berbunyi “Dan kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang dating kemudian, selamat sejahtera bagi Ibrahim”.

Maka benar saja, hingga hari ini, kisah Nabi Ibrahim tersebut masih dikenang dan dirayakan oleh umat Islam. Bukan hanya dikenal sebagai Nabi yang pertama kali naik haji, namun momen tersebut diabadikan dalam perayaan Idul Adha. Kisah Nabi Ibrahim sangatlah memiliki peran dalam umat Muslim.

Bahkan dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Allah menganugerahkan kembali Nabi Ibrahim dengan seorang anak yaitu Ishaq. Dari kedua anak Nabi Ibrahim tersebut, lahirlah para Rasul yang melanjutkan perjuangan dakwah Nabi Ibrahim.

 

Nabi Ibrahim & Nabi Ismail Membangun Ka’bah

Ketika Nabi Ismail sudah beranjak dewasa, Nabi Ibrahim mengajaknya untuk membangun Ka’bah. Hal ini sebagaimana yang terdapat di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 127.

Di dalam ayat tersebut disebutkan bahwa pada kisah Nabi Ibrahim bersama dengan Nabi Ismail meninggikan dasar-dasar Baitullah. Nabi Ibrahim juga berdoa agar Allah menerima amalnya.

Setelah pembangunan Ka’bah selesai, Nabi Ibrahim melaksanakan haji bersama Nabi Ismail. Selanjutnya Ibadah haji menjadi ibadah wajib secara turun temurun sampai hari ini.

Meski memang sempat terjadi kekeliruan di dalam pelaksanaan ibadah haji ketika masa jahiliyah. Yaitu ketika orang-orang Quraisy membawa masuk ratusan patung berhala ke dalam Ka’bah sebagai sesembahan.

Namun setelah kejadian pembebasan kota Makkah yang Rasul Muhammad lakukan, Ka’bah sudah terbebas dari berhala dan menjadi pusat ibadah haji bagi umat Islam hingga hari ini.

 

Hikmah & Kesimpulan

Ada begitu banyak hikmah dan kesimpulan yang bisa diambil dari kisah Nabi Ibrahim. Mulai dari memiliki pendirian dalam memegang kebenaran meski berada di lingkungan yang salah.

Hal ini seperti kisah Nabi Ibrahim yang tidak ikut menyembah patung, bintang, bulan ataupun matahari meski mayoritas masyarakat melakukan hal tersebut. Tanpa pendirian yang kuat, sangat sulit untuk mempertahankan kebenaran.

Bahkan teguhnya pendirian Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah juga terlihat pada kisah-kisah selanjutnya. Ketika Nabi Ibrahim rela meninggalkan istri dan anak tercinta di gurun yang tandus dan gersang.

Sampai Nabi Ibrahim rela untuk menyembelih putra kesayangannya tersebut demi menjalankan perintah Allah. Sehingga Allah yang telah melihat pembuktian Nabi Ibrahim memberikan kedudukan yang amat tinggi terhadapnya.

Maka kisah Nabi Ibrahim ini dapat dijadikan pelajaran, jika kita ingin menjadi seseorang yang memiliki kedudukan tinggi baik di dunia dan di mata Allah, kita harus senantiasa menjalankan setiap perintah-Nya. Dengan begitu kitab isa meneladani kisah Nabi Ibrahim yang menjadi pengawal dari ibadah haji.

Baca Juga : Mengenal Wali Songo, Tokoh Penyebaran Agama Islam di Nusantara

1. Bagaimana cara Nabi Ibrahim menyadarkan masyarakatnya untuk mengenal Allah?

Dikisahkan dalam Alquran surat Al-Anbiya ayat 51-70 bagaimana cara Nabi Ibrahim menyadarkan masyarakatnya. Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala dan menyisakan satu berhala yang besar. Melihat patung berhala hancur, masyarakat Nabi Ibrahim lalu marah dan mencari pelakunya. Lalu Nabi Ibrahim berkata untuk bertanya pada satu patung yang tersisa. Namun masyarakat saat itu justru berkata bahwa patung tentu tidak dapat berbicara. Mendengar jawaban tersebut, lantas Nabi Ibrahim bertanya mengapa mereka masih menyembah patung meski tahu patung-patung tersebut tidak dapat berkata dan membela diri.

2. Apa saja perintah Allah yang dijalankan oleh Nabi Ibrahim?

Dalam kisah perjuangan Nabi Ibrahim terdapat 2 perintah Allah yang dijalankan oleh beliau yaitu perintah meninggalkan Siti Hajar & Nabi Ismail dan perintah menyembelih Nabi Ismail yang merupakan putranya sendiri.

3. Apa kesimpulan yang dapat dipelajari dari kisah Nabi Ibrahim?

Jika kita ingin menjadi seseorang yang memiliki kedudukan tinggi baik di dunia dan di mata Allah, kita harus senantiasa menjalankan setiap perintah-Nya. Dengan begitu kitab isa meneladani kisah Nabi Ibrahim yang menjadi pengawal dari ibadah haji.