Anak merupakan amanah dan titipan sekaligus ujian dan cobaan dari Allah. Anak bisa menjadi sumber kebahagiaan serta penyejuk hati, namun anak juga bisa menjadi sumber petaka dan kesedihan jika orang tua tak mampu menjaga amanah titipan Allah tersebut. Tak hanya anak yang ada kewajibannya terhadap orang tua, maka sebaliknya juga, kewajiban orangtua terhadap anak juga ada. Dalam Islam anak itu bukan milik orang tuanya, jadi orang tua tak bisa memperlakukan anak dengan bebas sesuka hatinya, namun ada tanggung jawab orangtua terhadap anak. Jadi kapanpun saja, Allah ingin mengambil kembali titipannya tersebut, maka tidak akan ada yang dapat menghalangi-Nya, oleh karenanya jangan pernah menyia-nyiakannya. Segala tindakan anak selama di dunia adalah tanggung jawab orang tuanya. Termasuk mendidik seorang anak itu adalah tanggung jawab orang tuanya. Masa depan anak itu sangat tergantung pada pola asuh serta pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Dengan demikian maka memberikan pengetahuan agama terhadap anak juga adalah merupakan bagian tanggung jawab orang tua yang paling utama terhadap anak.

Kebanyakan masalah serta keburukan yang ditimbulkan dari perilaku anak merupakan buah dari kelalaian orang tua. Hal ini dapat bersumber dari kurangnya perhatian yang diberikan orang tua kepada anak, atau kurangnya pendidikan, contoh yang buruk dari orang tua, terlalu memanjakan anak, dan lain sebagainya, yang mengakibatkan anak menjadi tumbuh dengan pribadi serta sikap yang buruk serta tercela. Jika ilmu psikologi barat menyatakan bahwa anak itu diibaratkan sebagai kertas putih yang masih kosong dan tergantung pada orang tuanya akan menuliskan apa padanya, maka Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan bahwa semua anak itu dilahirkan dalam keadaan Islam (fitrah), lurus dan suci namun orang tuanya lah yang akan bisa membuat anak itu tumbuh menjadi yahudi, atau Nasrani atau Majusi. Dalam hal ini jika orang tua salah dalam mendidiknya atau mengabaikan pendidikannya, sehingga membuat anak menjadi salah jalan. Orang tua kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap anaknya di hari kiamat sebelum seorang anak ditanya mengenai pertanggungjawaban atas orang tuanya masing-masing. Anak merupakan amanah dan titipan terbesar yang Allah berikan kepada tiap orang tua di dunia. QS At Tahrim 66:6 menyatakan bahwa Allah memerintahkan agar orang yang beriman menjauhkan dirinya dan keluarganya, yakni istri dan anaknya, dari api neraka, dengan tidak durhaka kepada Allah dan selalu mengerjakan perintah Nya. Selain itu ada banyak juga hadits kewajiban orang tua terhadap anak. Berikut ini adalah tanggung jawab orangtua terhadap anak menurut Islam.

Hadits Tiga Kewajiban Orang tua Terhadap Anak

Menentramkan Hati

Anak merupakan karunia dan titipan Allah, ketika seseorang dikaruniai anak maka akan mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi yang menjadi hak anak, sebagaimana sabda Nabi dalam hadits di kitab Tanbih al Ghafilin, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, yang antara lain menyatakan bahwa anak memiliki hak atas orang tuanya, yakni pertama, diberikan nama yang baik setelah lahir, dan kedua, diajarkan tentang al Quran ketika sudah berakal atau tamyiz, serta yang ketiga adalah menikahkannya ketika ia sudah menemukan pasangannya yang baik. Dengan demikian setidaknya ada 3 kewajiban orang tua kepada anak.

Pemberian Nama yang Baik dan Melakukan Aqiqahnya

Kewajiban pertama orang tua setelah anaknya lahir adalah memberikan nama yang baik, sebab nama juga merupakan suatu doa serta harapan terhadap sang anak kelak ke depannya. Nama merupakan suatu hal yang penting, nama yang baik juga bisa memberi rasa percaya diri yang bagus untuk proses tumbuh kembang anak. Terkait dengan nama ini juga ada hadis Nabi riwayat Abu Dawud yang antara lain menyatakan bahwa kelak tiap manusia akan dipanggil di hari kiamat dengan nama masing-masing, sehingga diperintahkan untuk memberi nama anaknya sebagus mungkin. HR Tirmidzi juga menyatakan bahwa Rasulullah itu memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah mengenai nama tersebut, sehingga beberapa kali ketika beliau menemukan nama yang tidak layak, kurang baik maknanya atau tidak memiliki arti, maka beliau lantas mengubahnya dan memilihkan beberapa nama yang baik yang lebih pantas. Pemberian nama anak tersebut juga bisa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan aqiqahnya, sebagaimana HR Tirmidzi, yang antara lain menyatakan bahwa anak itu tergadai dengan aqiqahnya, oleh karenanya disarankan untuk menyembelih kambing untuk aqiqah dan memberi nama serta mencukur kepalanya di hari ketujuh setelah kelahirannya.

Mendidik Anak, Mengajarkan al-Quran jika Anak Sudah Berakal atau Tamyiiz

Mengantarkan orang tua menuju

Kewajiban orang tua kepada anak yang berikutnya adalah memberi pendidikan bagi anak, terutama pada saat anak telah mulai bisa berpikir serta menerima ilmu, maka kewajiban orang tua untuk memberikan pelajaran tentang cara membaca al-Quran serta makna yang terkandung di dalamnya, dan beserta ilmu fikih serta ilmu agama yang lain sebagai pedoman hidup bagi sang anak. Memberikan pendidikan, mendidik dan mengajarkan anak tentang ilmu agama itu tidak harus diakukan sendiri namun dapat juga dengan memasukkan anak ke sekolah-sekolah yang juga mengajarkan ilmu agama. Anak berusia 2 tahun ke atas, tergantung perkembangannya masing-masing, biasanya sudah mulai bisa berfikir, dan mulai banyak bertanya, apalagi usia emas itu adalah usia balita sehingga sebaiknya pendidikan agama telah dimulai sejak anak masuk playgroup atau Kelompok Bermain (KB) ataupun saat Taman Kanak-kanak (TK) atau Sekolah Dasar (SD). Dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Ali radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah juga menyatakan agar mengajarkan tiga hal kepada anak-anak, yakni ajarkan untuk mencintai nabi dan mencintai keluarga serta membaca Al Qur’an. Pada hadis yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy, dan juga HR At-Tirmidzi dan imam Al-Hakim dari sahabat Amr bin Sa’id bin Ash r.a., Nabi juga antara lain pernah bersabda bahwa tidak ada suatu pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada sang anaknya, melainkan adalah pengajaran atau pemberian pendidikan yang baik. Sejak sedini mungkin anak perlu dikenalkan tentang Tuhannya dan agamanya, anak perlu diajari agar bisa berwudhu, melakukan sholat, berpuasa sesuai kemampuan fisiknya masing-masing, dan juga diajarkan untuk bersedekah dan lain sebagainya. Warisan harta akan bisa habis dengan cepat, namun tidak dengan warisan pendidikan yang baik, yang akan melekat seumur hidup dan menjadi bekal bagi sang anak selamanya. Pada HR imam At Trimidzi dari sahabat Jabir bin Samurah ra., Nabi juga berpesan mengenai keutamaan mendidik anak sebagai lebih utama daripada bersedekah sebesar satu sha (sekitar 3 kg) setiap harinya.

Menikahkannya Dengan Pasangan yang Baik

Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban orang tua kepada anaknya hingga si anak menjadi dewasa dan menikah. Orang tua sebaiknya tidak mempersulit ketika anak telah berusia siap nikah dan telah menemukan pasangan yang baik dan berniat untuk menikah, menghindari kemaksiatan dan dosa zina, guna menghindarkan anak dan juga orang tua dari api neraka. Tidak pula perlu khawatir dengan rezekinya karena menurut QS An Nur 24:32 maka Allah lah yang akan mencukupi dan menganugerahkan rezekinya.

Memberi Nafkah dan Makanan Halal

Kewajiban orang tua juga adalah untuk memberi nafkah halal, yakni dengan harta yang baik yang bersumber dari suatu pekerjaan atau mata pencaharian yang halal. Berdasarkan HR Turmudzi, Nabi antara lain pernah bersabda, yakni bahwa kedua kaki seorang hamba itu tidak akan bisa bergeser di hari kiamat kelak, hingga ia ditanya mengenai empat hal perkara, yaitu pertama, tentang umurnya diisi untuk melakukan apa saja, lalu kedua tentang ilmunya, mengenai apa yang dikerjakannya dengan ilmunya tersebut, kemudian yang ketiga, tentang hartanya dari manakah asalnya dan cara mendapatkannya serta harta itu digunakan dan dibelanjakan untuk apa saja, dan yang keempat, yaitu tentang tubuhnya dipergunakan untuk melakukan apa saja. Berdasarkan HR Thabraani di dalam Al Ausaath, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mengajarkan kepada sejumlah anak agar selalu berpesan kepada orang tuanya sewaktu hendak keluar rumah untuk bekerja dan mencari nafkah, yakni antara lain agar jangan sekali-kali membawa pulang kecuali yang halal serta yang thayyib saja, karena anak dan istri mampu untuk bersabar dari kelaparan dan kemiskinan namun tidak akan mampu untuk menahan azab Allah subhanahu wa ta’ala di neraka kelak jika sang ayah atau suami membawa pulang harta yang haram, dan menjadi daging serta darah dalam tubuh mereka bagaikan racun dan kotoran noda.

Memberi Air Susu Ibu

Kemudian ada juga kewajiban ibu untuk memberi Air Susu Ibu (ASI) nya kepada anak. QS Al Baqarah 2:233 memerintahkan agar para ibu memberikan ASI kepada anak-anaknya hingga selama dua tahun penuh. Berbagai penelitian medis ilmiah dan modern juga telah menemukan bukti bahwa pemberian ASI selama masa dua tahun pertama pertumbuhan anak itu sangat penting, dan sehat serta alami, dan bisa mempengaruhi tak hanya kondisi kesehatan fisik anak, namun juga hingga ke pertumbuhan kejiwaan dan kepribadian anak hingga dewasa kelak.

Membesarkan Anak dengan Penuh Kasih Sayang dan Adil

Kewajiban orang tua adalah untuk membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang dan secara adil hingga anak-anak bisa hidup dengan bahagia. Ada HR riwayat imam Abu Ya’la dari sayyidah Aisyah r.a. yang antara lain menyatakan bahwa di surga itu ada rumah kebahagiaan yang khusus ditujukan bagi orang yang membahagiakan anak-anak kecil. QS At Taghaabun 64:14-15 antara lain menyerukan kepada orang mukmin, agar memaafkan serta tidak memarahi dan juga mengampuni anak-anak dan bersabar ketika menghadapi kenakalan anak-anak, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Juga pentingnya agar orang tua bisa bersikap adil terhadap seluruh anak, sehingga tak ada anak yang cemburu, hal ini termuat dalam QS Yusuf 12:7-8 yang menyatakan kekeliruan nabi Yakub yang terlalu mencintai nabi Yusuf sebagai salah satu anaknya, sehingga menimbulkan kecemburuan oleh saudara-saudaranya, agar menjadi pelajaran.

Demikianlah beberapa kewajiban orangtua terhadap anak menurut ajaran Islam. Orang tua yang bertanggung jawab dan amanah akan berusaha memenuhi kewajiban-kewajibannya tersebut dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin, serta tak akan melalaikannya.

Kesimpulan

Apa isi hadits yang menjelaskan tentang kewajiban orang tua terhadap anak?

Hadits di kitab Tanbih al Ghafilin, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, yang antara lain menyatakan bahwa anak memiliki hak atas orang tuanya, yakni pertama, diberikan nama yang baik setelah lahir, dan kedua, diajarkan tentang al Quran ketika sudah berakal atau tamyiz, serta yang ketiga adalah menikahkannya ketika ia sudah menemukan pasangannya yang baik. Dengan demikian setidaknya ada 3 kewajiban orang tua kepada anak

Sebutkan kewajiban orang tua terhadap anaknya?

1. Pemberian nama yang baik dan melakukan aqiqahnya

2. Mendidik anak, mengajarkan al-Quran jika sudah berakal atau tamyiiz

3. Memberi nafkah dan makanan halal

Mengapa memberi air susu ibu termasuk kewajiban orang tua terhadap anak?

Berbagai penelitian medis ilmiah dan modern telah menemukan bukti bahwa pemberian ASI selama masa dua tahun pertama pertumbuhan anak itu sangat penting, dan sehat serta alami