Sebenarnya wajar saja ketika anak merasa cemas. Namun, terkadang ada yang sampai ekstrim hingga membuatnya tak mau bicara, terutama saat bertemu dengan orang baru atau di suasana yang tidak ia sukai. Jika ini terjadi pada anak Anda, jangan anggap sepele, karena bisa saja itu adalah mutisme selektif.

Ketika terjadi mutisme selektif, ini akan menyebabkan anak susah berkomunikasi dengan orang lain. Pada artikel ini kami akan membahas lebih jauh tentang apa itu mutisme selektif, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Apa Itu Mutisme Selektif?

 

Mutisme selektif - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by AMIT RANJAN on Unsplash

Mutisme selektif atau bisu selektif adalah gangguan kecemasan parah yang menyebabkan anak tidak dapat berbicara, terutama pada suasana dan kondisi yang membuatnya merasa terganggu. Misalnya pada saat suasana ramai atau berjumpa dengan orang asing.

Biasanya gangguan ini dimulai sejak usia kanak-kanak, mulai dari 3 tahun, saat anak sudah pintar berbicara. Bahkan setidaknya 1 dari 140 anak menderita gangguan ini. Namun jika Anda tidak mengatasinya dengan baik, hal ini juga dapat berlanjut hingga ia dewasa.

Penyebab Anak Mogok Bicara

Seperti yang kami jelaskan sebelumnya, gangguan ini akan membuat anak mogok bicara, padahal biasanya di rumah dia sangat suka bicara. Sebenarnya, belum ada penyebab pasti mengapa mutisme selektif dapat terjadi. Namun beberapa hal di bawah ini dapat mendorong seorang anak menjadi mogok bicara.

1. Faktor Keturunan

Anggota keluarga yang memiliki riwayat kesehatan terkait gangguan kecemasan dapat menurunkan mutisme selektif pada si kecil. Jika Anda menemukannya dalam keluarga, sebaiknya lakukan beberapa tindakan sebelum si kecil memberi tanda terkena gangguan ini.

Anak-anak dengan mutisme selektif biasanya menunjukkan perasaan cemas berlebih, tantrum dan menangis, mengalami gangguan tidur, dan sangat pemalu.

2. Gangguan dalam Proses Rangsangan Sensorik

Penyebab lainnya adalah kesulitan memproses informasi sensorik, seperti suara nyaring dan keramaian. Kondisi ini lebih dikenal dengan disfungsi integrasi sensorik. Akibatnya anak menjadi pemalu dan tidak mampu berbicara dalam kondisi lingkungan yang ramai dan berisik.

3. Kecemasan Berlebihan

Para ahli perkembangan anak mengungkapkan bahwa salah satu pemicu mutisme selektif yaitu sifat yang sudah ada sedari anak lahir. Anak yang mudah cemas cenderung akan mengalami mutisme selektif akibat reaksi berlebihan pada amygdala, sebuah bagian dari otak.

Bagian ini berfungsi untuk menerima dan memproses sinyal bahaya yang menentukan reaksi anak terkait perlindungan diri. Karenanya amygdala pada anak yang mudah cemas sangat rentan dan sensitif.

Ketika anak berada dalam kondisi yang tidak aman baginya, kondisi ini akan membuat bagian pada otak tadi memberi perlawanan pada tanda bahaya tersebut.

4. Gangguan Berbicara

Jika si kecil memiliki gangguan bicara misalnya stutter atau gagap, ini akan akan membuatnya lebih stres ketika berbicara. Terlebih lagi ketika anak terpisah dari orang tua, ia akan merasa sangat tertekan saat berbicara.

5. Pengalaman yang Menimbulkan Trauma

Salah satu contoh anak memiliki pengalaman yang menimbulkan trauma, misalnya pernah berbicara di depan teman sekelas lalu ditertawakan. Akibatnya, anak menjadi trauma untuk berbicara kembali di depan kelas atau orang banyak.

Anak akan menunjukkannya dengan tiba-tiba berhenti bicara pada situasi tertentu padahal sebelumnya tidak mengalami kesulitan sama sekali.

6. Masalah Lingkungan

Ketika orang tua terlalu mengekang anak sehingga mereka merasa tidak bebas dalam mengutarakan keinginannya, ini dapat memicu mutisme selektif. Anak akan memilih untuk diam dan enggan berbicara.

Gejala Mutisme Selektif pada Anak

Umumnya, anak dengan gangguan ini akan memiliki gejala perubahan tingkah laku sebagai berikut:

1. Cemas Berlebihan Ketika Akan Terpisah dari Orang Tua

Anak yang mengalami mutisme selektif, biasanya cenderung tidak ingin jauh dari orang tuanya. Terutama saat ia berada pada lingkungan asing dan baru. Kadang bahkan dia tidak mau berinteraksi dan hanya ingin mau mengekor orang tuanya.

2. Cenderung Menyendiri

Sebenarnya dia memiliki keinginan untuk bergabung dan bermain bersama teman-teman yang lain. Namun perasaan cemas yang berlebihan, membuatnya mengurungkan keinginan itu. Akhirnya anak cenderung menarik diri dan memilih sendiri.

3. Sangat Sensitif Terhadap Rangsangan

Beberapa anak akan sangat sensitif pada rangsangan suara, cahaya, rasa, dan bau. Akibatnya, ketika mendapat rangsangan tersebut, ia akan merasa itu adalah sebuah bahaya. Sehingga alih-alih bicara, dia malah memberikan alarm bahaya, seperti menangis, tantrum, dan lainnya.

4. Selalu Gagal Berbicara pada Kondisi Tertentu

Bukan karena tidak pandai, namun karena gangguan kecemasan yang anak miliki membuatnya menjadi sangat pemalu. Pada kondisi tertentu bahkan anak cenderung diam atau tidak bicara sama sekali. Akibatnya anak selalu gagal berbicara pada kondisi yang tidak nyaman baginya.

5. Selalu Menempel dengan Orang Terdekatnya

Ketika anak merasa tidak nyaman bertemu orang asing, dia akan mencari cara melindungi dirinya. Salah satunya dengan selalu menempel dengan orang terdekatnya. Karena itu akan membuatnya selalu merasa aman.

Sementara pada perubahan fisik, anak akan memberikan gejala sebagai berikut:

  1. Sering menghindari kontak mata dengan orang lain.
  2. Sering merasa gugup dan gelisah.
  3. Raut wajahnya kaku dan tegang ketika diajak bicara.
  4. Hanya menganggukkan atau menggelengkan kepala untuk menjawab saat ditanya.

Cara Mengatasi Mutisme Selektif

 

Mengatasi Mutisme Selektif - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Saeed Karimi on Unsplash

Walaupun tergolong parah, kabar baiknya adalah mutisme selektif masih bisa disembuhkan. Namun biasanya seiring bertambahnya usia, akan semakin lama waktu untuk menyembuhkan gangguan ini.

Selain itu, sebelum menentukan metode mana yang akan Anda pilih untuk memulihkan kondisi ini, beberapa faktor berikut dapat mempengaruhi efektivitas dari pengobatan atau terapi.

  1. Berapa lama anak telah mengalami gangguan kecemasan ini.
  2. Ada atau tidaknya masalah atau gangguan lain terkait dengan berbicara.
  3. Apakah lingkungan sekitar anak mendukung kesembuhan anak? Semakin banyak dukungan yang anak dapatkan, akan semakin cepat proses penyembuhan pada anak.

Untuk mengatasi mutisme selektif, Anda dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:

1. Mendukung Penuh saat Anak di Rumah

Karena hanya bisa bicara dengan orang terdekat, tentu dukungan orang terdekat sangat dibutuhkan anak saat di rumah. Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan ketika bersama anak di rumah:

  •  Mengakui dan Menerima Kecemasan Anak Terkait Berbicara

Jangan tambah kecemasan anak dengan memaksanya agar mau bicara di depan kelas atau saat bertemu orang baru. Berikan penjelasan singkat pada anak mengenai gangguan ini, dan ajak anak untuk melewatinya bersama.

  • Berikan Pujian Atas Pencapaiannya dalam Berbicara

Selalu berikan pujian pada anak saat anak berani melakukan hal baru terutama terkait perkembangan bicara dalam suasana baru. Hal ini akan memberikan kepercayaan diri pada si kecil.

Ketika anak sudah mulai percaya pada dirinya bahwa ia mampu menghadapi rasa cemasnya, terutama saat berkomunikasi dengan orang baru, ini akan menjadi awal yang baik untuk menanggulangi gangguan ini.

  • Berikan Contoh

Saat Anda bertemu dengan orang baru, berilah senyum, sapaan, atau sekadar bertanya kabar mereka. Setelah itu Anda dapat menjelaskan bahwa tidak ada yang buruk dengan bicara dengan orang lain.

Anda juga dapat memberikan contoh bagaimana cara Anda mengatasi kecemasan atau gugup, misalnya dengan menarik napas, pikiran positif, dan melakukan hal lainnya.

  • Bacakan Buku

Anda dapat membacakan anak buku yang bercerita mengenai tokoh yang sedang menghadapi gangguan kecemasan. Belakangan cerita seperti ini mulai banyak tersedia pada buku bacaan anak, seiring makin banyak yang peduli dengan gangguan kecemasan pada anak.

2. Membawa Anak ke Terapis Anak atau Psikiater

 

 

Anda bisa membawa anak ke terapis atau psikiater untuk membantu anak mengatasi rasa cemasnya yang berlebihan. Ada berbagai metode yang bisa Anda coba lakukan untuk mengatasi mutisme selektif, diantaranya:

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Jenis terapi psikologi ini akan membantu pasien untuk memusatkan perhatian hanya pada dirinya sendiri, orang lain, dan dunia.

Terapis akan meminta pasien menjelaskan bagaimana ketiga hal tersebut mempengaruhi perasaan dan pemikirannya.

Terapi bicara ini akan membicarakan tentang ketakutan yang dimiliki oleh pasien. Kemudian terapis akan mengajak pasien mengerti bagaimana rasa cemasnya mempengaruhi tubuh dan perilakunya.

2. Behavioral Therapy

Biasanya pasien akan melakukan terapi ini bersamaan dengan cognitive behavioral therapy. Terapi ini akan mengajak pasien melawan rasa takutnya secara perlahan.

3. Teknik Fading

Terapis akan meminta pasien berbicara dalam situasi yang nyaman dengan orang terdekat, seperti orang tua. Pada pertengahan percakapan, orang tua mengenalkan orang baru kepada pasien.

Kemudian melibatkan pasien dalam pembicaraan. Setelah pasien mulai bisa beradaptasi dengan kehadiran orang baru, orang tuanya perlahan akan pergi meninggalkan pasien dan orang baru tersebut untuk saling berkomunikasi.

Setelah itu, orang baru ini akan melibatkan dan mengenalkan orang baru lainnya kepada pasien. Prosesnya terulang seperti pertama tadi.

4. Desensitisasi

Teknik ini bertujuan mengurangi rasa sensitif pasien terhadap respon orang lain saat mendengarkan suaranya. Terapis akan memulai dengan saling mengirimkan rekaman suara atau video pada orang lain.

Setelah beberapa lama, pasien dapat meningkatkan komunikasi dua arah dengan telepon langsung atau video call.

5. Shaping

Teknik ini akan membantu pasien memberikan respon positif saat berbicara dengan orang lain secara perlahan.

Terapis akan meminta pasien membaca dengan suara keras, kemudian berganti dengan orang lain. Setelah itu, pasien akan mengikuti permainan interaktif, yang melibatkan orang lain pada games tersebut..

Setelah melalui tahapan tersebut, pasien akan pelan-pelan mulai berbicara dengan lawan bicaranya.

3. Menggunakan Obat-obatan

Biasanya dokter akan memberikan obat pada pasien ketika gangguan kecemasannya sudah sangat parah atau dapat berdampak dengan gangguan mental lainnya.

Obat-obatan ini akan membantu mengurangi rasa cemas, khususnya jika percobaan terapi sebelumnya masih belum sukses. Meskipun begitu, dokter tentu akan memilih terapi sebagai pilihan pertama untuk pengobatan gangguan ini.

Penutup

Mutisme selektif adalah gangguan kecemasan parah yang dapat menyebabkan anak mogok bicara. Gangguan ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan sensorik, kecemasan berlebihan, gauan berbicara, trauma, hingga masalah lingkungan.

Gejalanya dapat berupa cemas berlebih ketika terpisah dari orang tua, cenderung menyendiri, sangat sensitif terhadap rangsangan, bahkan selalu menempel pada orang terdekat. Terkadang anak juga dapat menampakkan rasa gugup dan cemas yang berlebihan.

Jika meremehkan anak dengan mutisme selektif, karena bisa berlanjut hingga dewasa bila Anda tidak menanganinya dengan baik. Berikan dukungan kepada anak, sehingga dia lebih percaya diri dan mampu mengatasi rasa cemasnya. Jika perlu, temui terapis dan pilih terapi yang cocok untuk menangani gangguan ini.

Anda juga bisa memilih sekolah yang tepat yang dapat membantu anak menangani ganggu kecemasannya. Bersama kami di Prestasi global, kami akan membantu Anda memberikan pendidikan yang tepat untuk meningkatkan kepercayaan diri anak di sekolah.

Apa faktor apa Mutisme Selektif pada Anak?

1. Rasa malu dan kurang percaya diri yang sangat besar yang membuat anak tidak mau berbicara 2. anak jarang bermain di luar lingkungan rumah. 3. Guru memberikan apresiasi ketika anak mau berbicara.

kenapa bisa terjadi Mutisme Selektif pada Anak?

Seorang anak dengan mutisme selektif bukan menolak atau memilih untuk tidak berbicara pada waktu-waktu tertentu, namun ia benar-benar tidak dapat berbicara. Hal ini disebabkan ketika anak merasa panik, seperti demam panggung yang parah.

Apa Penyebab Mutisme Selektif pada Anak?

Sayangnya, apa yang menjadi penyebab mutisme selektif pada anak, belum diketahui dengan pasti. Namun, bisu selektif ini diperkirakan ada kaitannya dengan anxiety atau kecemasan. Jadi, sebagian besar anak dengan mutisme selektif ini, memiliki kerentanan secara genetik terhadap kecemasan (anxiety).

Baca Juga : 5 Manfaat Ubi Ungu untuk Menjaga Kesehatan Anak Obesitas