Anak mulai menjauh dari orang tuanya merupakan fenomena yang sering terjadi dalam masa remaja. Jika Anda dapat menyikapi kondisi anak jaga jarak dengan orang tua dengan baik, maka hal tersebut dapat Anda lalui dengan baik sebagai salah satu fase pertumbuhan putra-putri tercinta.

Sebaliknya jika hal tersebut tidak Anda sikapi dengan bijak,bisa saja kondisi tersebut akan terbawa hingga saat anak dewasa. Sehingga hubungan Anda dengan anak yang telah dewasa akan terasa jauh.

Untuk itu pahami dengan baik alasan anak jaga jarak berikut ini, termasuk bagaimana cara agar oang tua dapat menyikapinya dengan baik.

Alasan Anak Jaga Jarak dengan Orang Tuanya

Pahami 6 Alasan Anak Jaga Jarak dengan Orang Tuanya - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Karlyukav on Freepik

Tampaknya terjadi hampir dalam setiap remaja. Anda merasa telah membangun hubungan dekat dengan putra atau putri remaja Anda. Tiba-tiba, dia menolak saran dan pendapat Anda, menuntut sesuatu dari Anda, serta menuduh Anda sebagai orang tua yang buruk.

Tapi yakinlah, kejadian tadi tipikal untuk sebagian besar hubungan orangtua dengan anak remaja mereka, Anda tidak sendirian. Sebagai orang tua, Anda tidak melakukan kesalahan apa pun.

Pasang surut yang Anda rasakan dengan putra-putri remaja Anda adalah bagian normal dari perkembangan mereka. Agar dapat menyikapinya dengan baik, berikut ini beberapa penyebab remaja cenderung menjaga jarak dengan orang tuanya.

1. Sedang Mencari Jati Diri

Selama masa remaja, anak sedang berusaha menemukan identitasnya. Mereka berusaha mendapat pengakuan dari lingkungannya terhadap sikap maupun keputusan yang mereka ambil. Akibatnya dalam upaya tersebut, tidak jarang bagi mereka untuk menarik diri dan “menjauh” dari orang tuanya.

Apa yang mereka perjuangkan adalah lebih banyak otonomi, kebebasan, dalam membuat keputusan yang berdampak pada mereka. Pada saat itu mereka cenderung mengambil keputusan sendiri tanpa intervensi dari orang tuanya.

Meskipun terkadang mereka tampak tidak peduli dengan apa yang orang tuanya sampaikan, sebenarnya mereka masih peduli. Hanya saja mereka tidak tahu bagaimana cara untuk menunjukkannya.

2. Krisis Percaya Diri

Tumbuh dewasa merupakan proses yang perlu setiap orang lalui. Menjadi dewasa bukan berarti hanya sebatas cukup usia, namun juga dapat bertanggung jawab atas dirinya maupun lingkungannya.

Proses ini biasanya dimulai pada awal remaja atau pada sekitar usia dua belas tahun. Anak Anda akan cenderung berusaha memisahkan diri dari orang tuanya. Pada saat tersebut mereka sedang berusaha mendapatkan kepercayaan atau pengakuan dari lingkungannya tanpa intervensi dari orang tuanya.

Jika awalnya anak Anda selalu mengandalkan orang tuanya dalam menyelesaikan masalahnya. Pada masa beranjak dewasa, mereka akan berusaha untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa melibatkan Anda, orang tuanya.

Ingat, ini bukan hal yang mudah untuk dicapai oleh remaja. Mereka berusaha menjadi orang yang terpisah dari orang-orang yang telah mengendalikan hampir setiap aspek kehidupan mereka sejauh ini.

3. Merasa Mampu dalam Membuat Keputusan

Kondisi ini merupakan salah satu kondisi yang paling rawan, karena biasanya tidak terjadi gejolak yang mencolok dalam lingkungan keluarga. Namun bukan berarti anak Anda tidak memiliki masalah, hanya saja mereka pandai menutupinya.

Hal ini tidak akan berdampak selagi keputusan yang mereka buat baik dan dapat menyelesaikan masalahnya. Namun jika sebaliknya yang ada hanya akan menambah masalah.

4. Tertarik pada Lawan Jenis atau Pergaulan Baru

Bagi sebagian besar remaja, biasanya akil balik, terjadi pada saat mereka memasuki masa remaja. Dalam hal ini mereka mulai merasa ada ketertarikan kepada lawan jenisnya.

Bagi kebanyakan anak remaja, menyampaikan rasa tertariknya kepada lawan jenis merupakan suatu hal yang memalukan. Karena tidak tahu bagaimana cara menyampaikan kepada orang tuanya. Sehingga mereka akan mencari tempat yang nyaman untuk menyampaikan kondisinya.

Jika dibiarkan, kondisi ini sangat rawan bagi anak Anda untuk mendapatkan informasi yang keliru tentang pergaulan dengan lawan jenis.

5. Takut Disalahkan

Sebagian besar anak merasa tidak suka jika menyadari dirinya telah melakukan suatu kesalahan. Apalagi jika Anda cenderung menghakimi dalam memberikan pembinaan kepada anak.

Bagi anak yang tertutup, sikap menghakimi dari orang tua dapat mendatangkan trauma tersendiri. Ditambah lagi dengan memasuki masa pencarian jati diri, hal tersebut merupakan kondisi yang dapat menjadi alasan anak jaga jarak.

Dampak dari hal tersebut, banyak remaja yang cenderung menutupi pendapat maupun keputusannya karena takut disalahkan. Walaupun kenyataannya belumlah tentu seperti yang mereka duga.

6. Ingin Kebebasan Berekspresi

Semakin matang tingkat kecerdasan emosional seorang anak maka semakin tinggi juga kebutuhannya untuk mengekspresikan dirinya. Sehingga perhatian maupun pengawasan orang tua menjadi semacam kekang dalam anggapan putra-putri remaja Anda.

Dalam masa pencarian jati diri, tidak sedikit anak remaja yang membutuhkan sedikit privacy dalam lingkungannya. Pada umumnya mereka ingin ada tempat bagi mereka untuk bebas berekspresi dengan dirinya sendiri. Bagi orang tua, tentunya hal ini akan terasa anak jaga jarak dengan Anda.

Mengatasi Anak Remaja Jaga Jarak dengan Orang Tuanya

Pahami 6 Alasan Anak Jaga Jarak dengan Orang Tuanya - Sekolah Prestasi GlobalPhoto by Freepik on Freepik

Menghadapi anak yang menjauh dari Anda, cobalah untuk tetap tenang. Dan ingat bahwa anak remaja Anda sedang berusaha membangun jati dirinya. Adalah normal bagi mereka untuk tidak setuju dengan apa yang Anda lakukan atau pikirkan.

Bahkan normal bagi mereka untuk bertindak berlawanan dengan pemikiran atau keputusan Anda. Hal ini dapat berlangsung sampai mereka menemukan identitasnya.

Serta perlu Anda ingat, cepat atau lambat, anak Anda suatu saat akan berpisah dengan Anda dan hidup mandiri. Dan orang tua sebagai orang yang memiliki pengaruh paling besar bagi anak, bagaimana Anda mengatasinya?

1. Memahami Perkembangan Remaja

Setiap kali anak remaja Anda memberikan respons negatif atau tampak terganggu oleh keberadaan Anda. Ingatkan diri Anda bahwa ini adalah bagian normal dari perkembangan remaja. Redakan emosi Anda sebelum merespon sikap anak tadi.

Tentu saja, menjadi remaja dengan kondisi yang labil, bukan alasan bagi remaja Anda untuk bersikap negatif. Sehingga jangan segan untuk mengingatkan mereka, jika dengan sikapnya tersebut mereka akan menyakiti orang lain.

Cobalah untuk tidak mengambil tindakan anak remaja Anda menjadi suatu dendam atau sakit hati. Ingatkan diri Anda bahwa ini adalah fase yang dia lalui dan pada akhirnya dia akan menjadi anak muda yang mandiri dan bertanggung jawab.

Pahamilah jika anak remaja Anda tengah berusaha keras untuk membangun identitasnya tanpa campur tangan orang tua. Namun mereka juga masih merasa diri mereka sebagai keluarga Anda. Jika ada kata-kata mereka menyakitkan, itu hanyalah sementara.

2. Tetapkan Aturan Mengenai Rasa Hormat

Meskipun sangat normal bagi anak remaja Anda untuk menjauh dari Anda selama masa remaja. Anda tidak boleh mentolerir rasa tidak hormat dari anak remaja Anda. Karena bagaimanapun mereka adalah anak dan Anda orang tuanya.

Ingatkan jika mereka dapat menyatakan pendapat, ketidakpuasan, dan ketidaksetujuan dengan nada yang normal dengan kata-kata yang sopan. Tanamkan kepada anak untuk tidak mengatakan “Aku membencimu” kepada orang tuanya. Karena hal tersebut dapat berkembang menjadi kebencian yang sebenarnya.

Saat Anda sedang berdua dengan anak, jelaskan jika dia ingin mendapat perlakuan seperti orang dewasa, maka dia perlu berkomunikasi dan bertindak seperti orang dewasa. Dan, jika dia tidak dapat berkomunikasi dengan sopan, ada konsekuensi atas pilihannya.

3. Tahu Kapan Harus Menggali Lebih Dalam

Terkadang remaja akan marah pada Anda ketika sedang mengalami frustasi, walaupun hal itu tidak ada hubungannya dengan Anda sama sekali. Dalam hal ini, Anda hanyalah tempat pelampiasan yang mudah dan aman.

Dalam kondisi ini, penting untuk membedakan antara frustasi remaja yang normal dan yang lebih serius. Jika respons anak remaja Anda terhadap Anda tampak ekstrem, segera cari tahu penyebabnya. Hindari sikap emosional, pikirkan mengapa dia berperilaku seperti itu dan kemudian ajukan pertanyaan dengan hati-hati.

Ingat, masa remaja tidaklah mudah. Selain mengalami perubahan fisik pada tubuh mereka, remaja juga menghadapi banyak hal lain, termasuk tekanan sosial dan tantangan akademis.

4. Jangan Takut Dibenci

Salah satu tanggung jawab terbesar sebagai orang tua adalah membantu membentuk anak Anda sampai dewasa. Terkadang hasilnya adalah anak remaja Anda tidak menyukai Anda.

Tapi itu tidak masalah. Sangat penting bagi Anda untuk menjadi orang tua terlebih dahulu dan fokus membimbing anak remaja Anda untuk melakukan apa yang benar. Tidak sedikit, orang tua berusaha untuk disukai oleh anak remajanya atau menjadi orang tua yang keren.

Berusaha menjadi teman dan terlihat keren bagi anak bisa saja berdampak buruk. Karena anak remaja Anda memiliki banyak teman, tetapi hanya Anda yang dapat mengisi peran sebagai orang tua.

5. Berikan Kebijakan Bagi Anak

Berbuat salah dan gegabah adalah hal yang wajar bagi anak remaja. Ini adalah bagian dari proses pembelajaran. Jadi, meskipun membuat Anda gugup untuk mengizinkan anak Anda mengemudi kendaraan sendiri. Jika dia telah membuktikan bahwa dia adalah pengemudi yang bertanggung jawab hal tersebut tidak masalah.

Banyak terjadi orang tua membuat kesalahan dengan mengencangkan cengkraman mereka pada anak remaja mereka. Bahkan mencoba mendoktrin dengan mengendalikan setiap gerakan mereka. Hasilnya, hampir selalu mengarah pada pemberontakan.

Bahkan jika Anda tidak setuju dengan saran atau ide anak remaja Anda, tunjukkan Anda menghargainya. Dengarkan apa yang dia katakan tanpa memberi kuliah.

6. Jalin Kepercayaan Andak dengan Orang Tua

Membina kepercayaan antara anak remaja dengan orang tua adalah hal sulit namun perlu untuk dilakukan. Karena hasilnya akan lebih memuaskan daripada Anda harus terus menerus mengawasi dan mendoktrin anak Anda.

Hal ini memerlukan waktu dan proses. Diawali dengan Anda memberikan kepercayaan kepada anak. Dan selanjutnya bimbing anak Anda untuk dapat  menjaga kepercayaan yang Anda berikan.

Sebaliknya sebagai orang tua Anda juga perlu terbuka setidaknya mendengarkan apa kondisi yang anak Anda alami. Dan berikan saran yang dapat membantunya menyelesaikan kendala atau masalah yang ada.

Dengan demikian komunikasi Anda dengan anak akan tetap terjaga dan Anak tetap merasa terlindungi oleh orang tuanya.

Penutup

Dengan memahami dengan baik anak jaga jarak dengan orang tua dapat membantu Anda dalam memahami dan mengatasi kondisi yang berkembang pada anak remaja Anda.

Sebagai orang tua, tentunya tidak ada yang lebih berharga daripada melihat anak remaja Anda dapat membangun identitasnya dan menerima siapa dirinya dengan baik dan benar.

Baca juga: Orang Tua Wajib Tahu Cara Memahami Emosi Anak Remaja yang Tidak Stabil

Apakah Normal Anak Menjaga Jarak dengan Orang Tua Mereka?

Anak mulai menjauh dari orang tuanya merupakan fenomena yang sering terjadi dalam masa remaja. Hal ini terjadi hampir dalam setiap remaja. Kejadian tersebut tipikal untuk sebagian besar hubungan orangtua dengan anak remaja mereka. Pasang surut yang Anda rasakan dengan putra-putri remaja Anda adalah bagian normal dari perkembangan mereka.

Kapan Anak Merasa Krisis Percaya Diri?

Proses krisis percaya diri ini biasanya dimulai pada awal remaja atau pada sekitar usia dua belas tahun. Anak Anda akan cenderung berusaha memisahkan diri dari orang tuanya. Pada saat tersebut mereka sedang berusaha mendapatkan kepercayaan atau pengakuan dari lingkungannya tanpa intervensi dari orang tuanya.

Apa Saja Tips Mengatasi Anak Remaja yang Jaga Jarak dengan Orang Tuanya?

1. Memahami Perkembangan Remaja 2. Tetapkan Aturan Mengenai Rasa Hormat 3. Tahu Kapan Harus Menggali Lebih Dalam 4. Jangan Takut Dibenci 5. Berikan Kebijakan Bagi Anak 6. Jalin Kepercayaan Andak dengan Orang Tua