Mengajarkan anak konsekuensi sudah seharusnya Anda lakukan sejak dini. Bahkan, hal initermasuk dalam salah satu tips parenting penting yang tidak boleh diabaikan. Perihal konsekuensi dan tanggung jawab akan menentukan bagaimana anak tersebut tumbuh kedepan kelak.
Seiring dengan pertumbuhan seorang anak, tentu kemampuan berpikirnya ikut berkembang.Rasa ingin tahunya meningkat pesat namun tidak diimbangi dengan pengendalian diri. Tidakjarang, mereka akan melanggar aturan-aturan yang Anda buat sebagai orangtuanya. Sebagaiorangtua, tidak ada pilihan selain memberi hukuman sebagai efek jera kepada anak-anakyang masuk fase tersebut.
Pada momen ini, rasanya memberi pelajaran disiplin kepada anak adalah bagian paling sulit.Banyak orang tua yang memilih cara keras agar anak dapat belajar disiplin sejak dini.Padahal, seiring dengan berkembangnya ilmu parenting, sudah banyak tips mendisiplinkananak dengan mudah, tanpa harus marah-marah.
Mengenalkan Rasa Disiplin pada Anak
Menurut pakar pendidikan anak, terdapat dua jenis disiplin yang bisa dipelajari anak sejakdini, yaitu disiplin konvensional dan disiplin positif. Disiplin konvensional adalah bagaimanasuatu sosok atau peraturan dapat membuat seseorang patuh dan tunduk tanpa harus tahu latarbelakang dankonsekuensiatas rasa takut tersebut.
Pola disiplin ini sering diterapkan pada asuhan orang tua jaman dulu. Anak akan cenderungdiancam dan dimarahi saat membuat kesalahan. Alih-alih paham atas apa dan kenapatindakannya tersebut salah mereka akan lebih takut. Jadi, alasan mereka tidakmengulangikesalahan bukan karena tahu hal itu salah, melainkan agar tidak mendapat hukuman.
Tipe disiplin ini berkebalikan dengan disiplin positif. Pada jenis ini diajarkan bahwa dalamsemua hal terdapatkonsekuensiyang harus diterima. Oleh karena itu,sebelum melakukansesuatu, hendaknya paham tindakan apa yang akan dilakukan tersebut
Dalam pola asuh, disiplin positif tidak hanya ditentukan oleh orangtua, melainkan melibatkananak secara proaktif. Terdapat komunikasi dua arah dari Anda sebagai orangtua dan anak.Anda akan menjelaskan segala hal yang akan atau sedang dilakukan anak secara sabar.Dengan begitu, anak akan menerima informasi secara sadar pula.
Seperti halnya mengajarkan anak membaca,mengajarkan konsekuensi sejak dinijugatidak bisa sekali langsung selesai dan bisa. Perlu dilakukan berulang-ulang hingga anak Andapaham apa maksud dari pelajaran yang diperolehnya tersebut. Beberapa kali mungkin Andaakan merasa anak begitu bebal, tapi percayalah, disitu justru letak praktek-nya.
Ketika anak tetap membuat kesalahan, biarkan mereka bertanggung jawab atas apa yangmereka lakukan. Dengan begitu Anda tidak hanya mengajarkan teori saja, melainkan juga praktek konkret dalam kehidupan sehari-hari yang bisa langsung dirasakan oleh anak.
Perbedaan Konsekuensi dan Hukuman pada Anak
Meski tampak tipis, tapi terdapat perbedaan antara konsekuensi dan hukuman. Anak pun bisa merasakan dan membedakannya. Menurut pakar psikoterapis, terdapat perbedaan antarahukuman dan konsekuensi. Hukuman biasanya bertujuan membuat anak takut dan seringnya tidak relevan dengan kesalahan yang diperbuat, sedangkan konsekuensi sebaliknya.
Misalnya begini, anak Anda tidak bersedia membereskan mainannya setelah bermain.Kemudian Anda mencubit tangan anak dan memarahinya sambilmengancam bahwa anaktersebut akan digigit hantu jika tidak mau membereskan mainan setiap selesai bermain. Tentuanak akan selalu membereskan mainan setelahnya, namun karena rasa takut, bukan pahambahwa tindakannya memang harus dilakukan.Hal ini akan berbeda jika Andamengajarkan konsekuensi pada anakdengan memotongjatah bermain mereka setiap tidak membereskan mainan.
Hal ini karena Anda harusmembereskan mainan mereka sehingga pekerjaan lainnya terganggu. Dari sini anak akanberpikir bahwa tindakan mereka justru merugikan mereka sendiri. Anak tidak takut, tapipatuh, karena paham akibat dari perbuatannya
5 Tips Mengajarkan Konsekuensi Sejak Dini pada Anak dengan Mudah
Bertanggung jawab atas hal kecil
Cara pertama dan paling mudah adalah dengan mengajarkan anak bertanggung jawab atasapapun yang mereka lakukan. Misalnya anak harus mencuci piring mereka sendiri setelahmakan. Jika tidak, maka saat jam makan berikutnya dia tidak akan bisa menggunakan piringtersebut karena masih kotor.
Disini Anda harus tegas dan mempunyai trik tersendiri. Buat jatah piring masing-masing satuuntuk orang rumah. Dengan begitu, siapapun yang tidak bertanggung jawab atas bekas makansendiri, maka tidak bisa menggunakan piring bersih di jam makan berikutnya.
Cara ini mungkin cukup ekstrim karena bisa jadi anak memilih tidak makan. Tapi percayalahBunda, anak Anda tidak akan sekuat itu dalam memberontak. Kuncinya adalah tidak adabentakan, melainkan komunikasi sehat dua arah yang membuat anak mengerti apa yangBunda maksud.
Berani mengambil resiko
Berani mencoba hal baru
Bersedia mengakui kesalahan
Tips berikutnya yang juga bisa Anda gunakan untuk membantu anak belajar bertanggungjawab adalah berani mengakui kesalahan. Semua sepakat poin ini adalah yang paling susah.Sebagai orang tua pasti mempunyai naluri denial bahwa melakukan kesalahan. Orang tuaakan cenderung mencari alasan dan pembenaran bahwa anaknya wajar melakukan haltersebut.
Tapi jika Anda melakukan hal ini, makakonsekuensiadalah hal yang mustahil akan anakAnda pahami dan lakukan nantinya. Hal ini dikarenakan, dari kesalahan lah mereka pahambahwa yang mereka lakukan memang salah dan mereka mempunyai kewajiban untukmeminta maaf atas tindakannya. Selain meminta maaf, mereka juga harus menyelesaikanmasalahnya.
Meski sulit, poin nomor 4 ini justru menjadi yang paling ampuh dalam proses belajar anak.Mereka tahu apa kesalahannya dan tahu apa yang harus dilakukan atas kesalahan tersebut.
Orangtua memberi teladan (role model)
Poin terakhir adalah penutup dari empat tips sebelumnya. Di sini peran Anda sangat pentingdalam memberikan ide-ide perilaku pada buah hati Anda. Meski semua tips di atas Andaterapkan tanpa cela, namun jika teladan orang sekitarnya khususnya orang tua tidak ada,maka anak hanya akan paham teori, tidak dengan prakteknya. Jadi, pastikan Anda sudahmampu menjadi orang tua yang mampu menjalankankonsekuensi, ya!
Demikian ulasan tentang bagaimana caramengajarkan konsekuensi sejak dinipada anak.Semoga bermanfaat!