Istilah toxic parent belakangan ini sering terdengar di kalangan banyak orang. Berkaitan mengenai hal tersebut, setidaknya ada dua pengertian yang harus Anda pahami. 

Pertama, toxic parents adalah orang tua yang melakukan kekerasan secara fisik dan mental kepada anak. Kedua, istilah ini juga mengacu pada orang tua yang melakukan tindakan dengan indikasi meracuni keadaan psikologis anak.
 

12 Ciri-Ciri Toxic Parents yang Tidak Boleh Diabaikan

 

1. Ringan Tangan

Orang tua yang ringan tangan merupakan ciri yang paling terlihat dari toxic parent. Kekerasaan fisik pada anak bisa membuat anak menjadi tidak bahagia dan mengalami rasa traumatis yang mendalam sehingga merusak kesehatan mental anak.
Akibatnya bisa bermacam-macam mulai dari ketidakterbukaan terhadap orang tua saat dewasa atau jika kekerasan tersebut menyebabkan si anak kurang kasih sayang ia dapat melampiaskan pada hal yang negatif.

Efek negatif yang paling buruk adalah tidak putusnya lingkaran setan tersebut. Sebagai peniru yang baik tidak jarang si anak akan melakukan hal yang sama. Terkadang kekerasan tersebut bisa mulai terlihat saat anak masih kecil dan menyasar teman sebayanya.
 

2. Tidak Ada Personal Space untuk Anak

Personal space lebih bisa dikaitkan tentang bagaimana anak sebenarnya punya privasi yang harus dihormati. Memberi dan menghormati privasi termasuk hak anak yang tidak boleh diabaikan oleh orang tuanya. Orang tua yang tidak memberikan hak tersebut dan lebih sering melanggarnya adalah salah satu ciri toxic parents. Mereka tak akan memberi anak hak atas personal space

Para orang tua ini berpikir bahwa anak tidak perlu diberikan hak semacam ini, mereka harus terus menerus diawasi. Padahal kondisi seperti ini bisa merusak kesehatan mental anakSebuah privasi perlu untuk dimiliki oleh semua individu tidak terkecuali oleh anak. Ini perlu agar saat dewasa nanti anak mempunyai tata krama dan kejadian ini tidak terulang pada generasi berikutnya.
 

3. Suka Berkata Kasar

Suka Berkata Kasar - Sekolah Prestasi Global

Orang tua hendaknya mengajari anak untuk selalu berbuat baik-baik sikap dan perkataan. Jika anak sedari dini dikenalkan dengan kata-kata kasar tidak heran perilakunya akan dicap buruk. Seiring kehidupannya yang beranjak menjadi dewasa si anak sedikit banyak meniru apa yang orang tuanya lakukan di rumah.

Anak yang sudah kenal terhadap kata buruk dan kasar tidak lagi mempunyai rasa sungkan dan menganggap hal biasa. Apalagi jika sering melihat ayah ibunya bertengkar dengan kata kasar dan mereka melampiaskan pada anak. Pada kemudian hari jangan heran dia akan melakukan hal yang sama baik pasangan atau anaknya.
 

4. Mengharapkan Imbalan

Imbalan sejatinya tidak perlu diharapkan oleh orang tua kepada anak. Mereka bukan orang yang harus Anda minta imbalan atas apa yang Anda lakukan selama ini. 

Jika Anda berkunjung ke rumah anak Anda dan membawakan makanan olahan rumah jangan mengharapkan imbal balik. Jangan mengharapkan Anda dilayani sebagai ratu atau raja yang berhak memerintah anak-anak melakukan sesuatu. 

Bukankah anak tidak minta untuk dilahirkan? Ia hadir karena Anda harapkan maka dari itu tidak ada imbalan atas merawat mereka.
 

5. Membicarakan Keburukan Anak pada Orang Lain

Pernahkan Anda mengalami sebuah kejadian dimana saat cerita hal tersebut menjadi konsumsi publik. Terkadang cerita-cerita yang dibicarakan oleh anak tidak hanya menjadi rahasia antara anak dan orang tua.  Anak adalah pribadi yang masih belajar untuk menjalani kehidupan. Terkadang ada satu perasaan yang tidak bisa ditahan kemudian menceritakan kepada Anda sebagai orang tua. Merupakan kesalahan jika Anda menganggap remeh hal tersebut.

Percakapan diatas adalah satu dari sekian banyak percakapan yang membuat anak tak lagi mau mempercayai orang tuanya. Rahasia, kesedihan dan ungkapan perasaan serasa tidak ada harganya di mata orang tuanya.  Kesehatan mental Anak akan terganggu jika sedari dini, apa yang dia ceritakan tidak bisa dijaga oleh orangtuanya. Bagi anak orangtua adalah tempat kembali pulang. Tempat bagi anak untuk bercerita segala sesuatu tanpa ada ketakutan akan dihakimi.

Namun jika rasa aman dan percaya direnggut oleh orang tua sendiri dengan membicarakan kesalahan anak pada orang lain jangan harap anak mau bercerita kembali. Tidak usah ungkit bagaimana kejelekan anak kepada orang lain atau Anda akan dilabeli orang tua yang toxic.
 

6. Ingin Menjadi Pusat Perhatian

Ciri orang tua toxic selanjutnya adalah mereka selalu ingin menjadi pusat perhatian. Rasa tidak ingin kalah dari orang lain termasuk anak adalah hal yang sebenarnya tidak terpuji. Hal ini bisa berdampak buruk pada anak karena ia merasa minder/rasa kurang percaya diri kurang kuat. Anak akan merasa bahwa semua orang tidak perhatian padanya.

Tidak ada orang yang peduli dan menyukainya.Anak-anak ini akan memiliki kesehatan mental yang terganggu. Banyak yang kemudian melampiaskan pada hal-hal yang negatif misalnya saja mencari siapapun yang bisa membuatnya merasa spesial.
 

7. Anak Tidak Diberi Kebebasan Memilih

Orang Tua Toxic terkadang bersembunyi pada alasan ‘mereka ingin memberi yang terbaik’. Padahal belum tentu apa yang mereka inginkan sesuai dengan bakat dari anak. Ambil saja contoh ada seorang anak gadis yang menyukai olahraga dan sangat berbakat pada bidang tersebut. Dilandasi perasaan tidak menyenangi akan bau dari keringat dan debu lapangan akhirnya ibu memilihkan pelatihan lain. Beliau memilih pelatihan biola agar anaknya lebih bermartabat di kalangan masyarakat.

Ibu tersebut akhirnya mendaftarkan anaknya ke pelatihan biola dan menyuruh anaknya berlatih setiap hari. Hari demi hari berlalu namun tidak ada perubahan kemampuan dari si anak. Rapor dari tempat les sangat buruk namun sang ibu menutup mata dan tetap memaksa si anak bermain biola. Anak tersebut merasa kurang bahagia atas pilihan ibunya namun tidak berani membantah karena sang ibu terkenal galak. Berdasarkan contoh diatas sebenarnya si anak bisa menjadi atlet yang bagus dan mendapatkan kebahagiaan. Namun atas nama kebaikan yang diajarkan sang ibu, anak tersebut tidak menjadi apa-apa dan tidak bahagia.

Anak Tidak Diberi Kebebasan Memilih - Sekolah Prestasi Global
 

8. Candaan yang Kelewat Batas

Tahukah Anda bahwa toxic parent adalah orang-orang yang kurang peka pada perasaan sang anak. Anak yang masih kecil itu sedari dini sudah memiliki perasaan yang peka. Candaan dari orang tua akan sangat berbekas di hati si kecil.
Orang tua yang tidak toxic akan menggunakan kalimat-kalimat candaan sewajarnya. Orangtua toxic jangan harap melakukannya.
Jika anak tersinggung mereka akan berlindung pada kata-kata,”begitu saja dibawa perasaan.”, “Cuma bercanda kok, nggak usah nangis cengeng sekali sih.”
Padahal kalimat yang dilontarkan melukai hati dari si anak akibatnya bermacam-macam. Jika sedari kecil selalu candaan tentang berat badan berlebih, anak akan mencari cara untuk memenuhi keinginan orang tuanya dengan berbagai macam cara. Tingkat kepercayaan diri juga rendah dan rasa sayang pada diri sendiri juga akan menghilang.
 

9. Anak Selalu Disalahkan

Ciri orangtua toxic selanjutnya adalah menyalahkan anak atas segala sesuatu. Orang tua ini menganggap bahwa ia selalu benar karena mereka adalah orang yang sudah tua dan anak-anak yang salah. Bahkan ketika mereka menyalahkan anak akan sesuatu, scene yang dilibatkan tidak hanya kecil. Mereka cenderung over reacting atas hal tersebut. Bahkan tidak ada satu pintu pun yang bisa membuat anak adu argumen untuk membela diri.

Sebut saja karena lahirnya anak badan sang ibu menjadi melar. Tidak bisa lagi mejeng keluar rumah seperti dulu dan hanya berkutat pada pekerjaan rumah. Anak yang kemudian menjadi sasaran kemarahan dari si ibu.
Anak-anak tersebut bisa dengan mudah menjadi pendiam karena kurang rasa percaya diri akibat terus menerus dimarahi. Hal sebaliknya juga bisa terjadi yaitu si anak akan menjadi orang yang lebih pemarah dari orang tuanya. Anak melihat dan merupakan mesin kopian sempurna dari perilaku kedua orang tuanya.
 

10. Menghambat Keberhasilan Usaha Anak

Orang tua yang toxic terkadang mereka sendiri tidak menyadari. Banyak anak kemudian hanya menjadi ‘orang biasa’ padahal mempunyai kemampuan untuk menjadi orang yang lebih baik. Hal ini dikarenakan orang tuanya tidak mendukung dan malah menghambat. Bisa kita ambil contoh orang tua yang toxic dan menghambat adalah mereka yang tidak membiarkan si anak untuk sekolah pada tingkat lebih tinggi. Di Indonesia banyak sekali ditemukan anak-anak yang harus terpaksa putus sekolah karena orang tua tidak mengizinkan.

Jika ditelaah banyak faktor yang menghalangi. Ada yang lebih sayang pada harta padahal sebenarnya mampu (punya ladang berhektar-hektar dan emas bergram-gram) untuk menyekolahkan di tingkat SMA.
Mereka membiarkan si anak hanya lulus SMP saja karena jarak yang terlalu jauh. Mengeluarkan uang lebih hanya untuk kost dan biaya makan dianggap sangat membebani.
 

11. Mudah ‘Ngambek’

Salah satu penyebab toxic parents adalah anggapan bahwa ketika menjadi orangtua sifat mereka akan kembali pada anak kecil. Padahal pemikiran ini keliru, orang tua harus berpikiran seperti orang tua pada umumnya.
Beliau harus bisa mengayomi anak-cucu dan membuat suasana rumah menjadi menyenangkan. Bila memiliki orang tua yang toxic jangan harap hal ini bisa terjadi.

Biasanya yang menjadi ciri adalah seringnya ‘ngambek’ atau memberikan silent treatment pada anak. Orangtua seperti ini akan mendiamkan anak jika anak melakukan sebuah kesalahan yang sebenarnya tidak terlalu fatal.
Pada kasus lain anak dipaksa menebak isi hati orang tuanya untuk misalnya dibelikan sesuatu dengan harga sekian. Jika lupa? Jangan harap disambut senyuman di rumah.
 

12. Selalu Memandang Anak Masih Kecil

Orang tua toxic juga tidak pernah menganggap anaknya dewasa. Mereka selalu membatasi gerak-gerik anak setiap harinya. Memilihkan sekolah yang bagus, dekorasi kamar atau lokasi dimana mereka bekerja. Bahkan tidak jarang anak tidak diperbolehkan menikah padahal si anak sudah berumur lebih dari 25 tahun. Ia dianggap masih terlalu kecil dan tidak mau untuk melepaskannya kepada lelaki manapun.

Toxic parents dalam Islam harus dihindari. Untuk itulah dalam Islam mereka yang mempunyai kemampuan harus segera menikah demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Ini juga merupakan treatment agar orang tua memberikan kebebasan dan rasa percaya bahwa si anak bukan anak kecil lagi, mereka sudah dewasa.
 

Kesimpulan

Istilahnya toxic parent berarti orang tua yang beracun. Orang tua yang ringan tangan merupakan ciri yang paling terlihat dari toxic parent. Akibatnya bisa bermacam-macam mulai dari ketidakterbukaan terhadap orang tua saat dewasa atau jika kekerasan tersebut menyebabkan si anak kurang kasih sayang ia dapat melampiaskan pada hal yang negatif.

Efek negatif yang paling buruk adalah tidak putusnya lingkaran setan tersebut. Orang tua hendaknya mengajari anak untuk selalu berbuat baik baik sikap dan perkataan. Seiring kehidupannya yang beranjak menjadi dewasa si anak sedikit banyak meniru apa yang orangtuanya lakukan di rumah. Anak yang sudah kenal terhadap kata buruk dan kasar tidak lagi mempunyai rasa sungkan dan menganggap hal biasa. Menghindarkan diri menjadi toxic parents bisa membawa anak ke titik bahagia. Anak tak lagi merasa ketakutan jika memikirkan atau bercengkrama dengan orangtuanya.

Baca Juga : 13 Tips Untuk Mendorong Anak Memiliki Hubungan Baik dengan Saudara Kandung
 

Sebutkan Ciri-Ciri Toxic Parents yang Tidak Boleh Diabaikan!

Ciri Toxic Parents yang Tidak Boleh Diabaikan 1. Ringan Tangan 2. Tidak Ada Personal Space untuk Anak Suka Berkata Kasar 3. Mengharapkan Imbalan 4. Membicarakan Keburukan Anak pada Orang Lain 5. Ingin Menjadi Pusat Perhatian

Apa yang dimaksud Efek Negatif Dari toxic parent?

Efek negatif yang paling buruk adalah tidak putusnya lingkaran setan tersebut. Orang tua hendaknya mengajari anak untuk selalu berbuat baik baik sikap dan perkataan. Seiring kehidupannya yang beranjak menjadi dewasa si anak sedikit banyak meniru apa yang orangtuanya lakukan di rumah.

Jelaskan Pengertian Ringan Tangan!

yang ringan tangan merupakan ciri yang paling terlihat dari toxic parent. Kekerasaan fisik pada anak bisa membuat anak menjadi tidak bahagia dan mengalami rasa traumatis yang mendalam sehingga merusak kesehatan mental anak. Akibatnya bisa bermacam-macam mulai dari ketidakterbukaan terhadap orang tua saat dewasa atau jika kekerasan tersebut menyebabkan si anak kurang kasih sayang ia dapat melampiaskan pada hal yang negatif.